Past 27

9.7K 857 16
                                    

Zafriel membuka matanya pelan kemudian tersentak pelan. Bukankah tadi ia berada di rumah sakit ? Melakukan donor darah untuk Alva lalu ketiduran di sofa dalam ruang rawat Alva.

Dia di mobil sekarang dan mendapati Elgar yang sibuk menyetir. Melihat hari yang ternyata sudah gelap.

"Kak El."

Elgar menoleh lalu menatap tajam kedua mata Zafriel. Membuat nyali Zafriel menciut seketika. Elgar sedang marah.

Elgar menepikan mobilnya lalu berhenti. Wajahnya menatap sepenuhnya kearah Zafriel. Tatapan mata yang tajam itu tak kunjung lepas membuat Zafriel benar-benar yakin kalau Elgar sedang marah.

"Kak El marah?"

"Menurutmu."

Zafriel menundukkan kepalanya. Genggaman kedua tangan saling meremat takut. Hawa dingin yang Elgar keluarkan seakan sanggup membuatnya menggigil.

"Maaf."

"Zafi lupa kalau belum ngabarin Kak El."

Mendongak menatap sang dominan.

"Maafin Zafi ya."

Matanya berbinar penuh melas. Berharap Elgar agar luluh dan menghentikan aksi marahnya yang menakutkan ini.

Elgar melepas safety belt Zafriel lalu menarik anak itu agar duduk di pangkuannya. Memeluknya erat dan membenamkan wajahnya pada leher anak itu.

Mengendus aromanya pelan lalu mengecupnya. Mencari kenyamanan untuk meredam amarahnya yang masih membara.

Elgar begitu takut saat Vano mengabari nya bahwa Zafriel di rumah sakit bersamanya. Elgar yang terlanjur panik tak mendengarkan penjelasan Vano namun langsung mengeluarkan mobilnya dan mengebut menuju rumah sakit.

Zafriel bahkan tak mengabarinya samasekali membuat Elgar kian geram merasa tak berguna.

Ia mendapat kabar itu baru beberapa jam yang lalu. Mendapati Zafriel yang tertidur kelelahan karena menjaga Alva dan efek lemas karena sehabis melakukan donor darah.

"Kak El takut."

Kini Zafriel paham. Kak El nya takut, takut kalau ia kenapa-kenapa. Wajar saja Elgar marah. Lagipula juga salahnya sendiri lupa mengabari orang paling penting dalam hidupnya itu.

Zafriel mempererat pelukan itu, membenamkan wajahnya pada dada bidang Elgar dan mengelus punggung tegap suaminya agar rasa khawatir yang masih ada di hati Elgar sirna.

"Maafin Zafi."

Elgar mengurai pelukannya lalu mengecup sekilas bibir Zafriel. Mengangguk pelan menyetujui untuk memaafkan kelalaian Zafriel.

"Jangan nakal lagi."

Mengelus pipi tembam Zafriel dan kembali membawa anak itu ke pelukannya.

"Tidur."

Elgar kembali melajukan mobilnya. Tak merasa terbebani akan adanya tubuh Zafriel di pangkuannya.

Ia menyetir dengan tenang sambil satu tangannya menahan pinggang Zafriel dan sesekali mengecupi pucuk kepala anak itu.

Membawanya pulang menuju Tracy Carty palace. Saat hampir sampai pada gerbang utama terdengar suara tembakan yang begitu keras.

Terdapat banyak mobil yang berjejer di halaman depan. Juga ada beberapa orang yang berkumpul di halaman mansion itu.

Suara tembakan tadi membangunkan Zafriel dari tidur nyenyak nya. Tersentak saat ada banyak orang yang melihat kearah mobil yang mereka tumpangi.

Elgar membawa Zafriel keluar dari mobil sambil menggendongnya ala koala. Tak memperdulikan tatapan orang-orang di sana.

In The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang