Past 22

10.8K 954 17
                                    

Sepertinya yang diucapkan Elgar benar. Aksa sedang sibuk karena sedari tadi tidak terlihat dimana pun.

Elgar membawa Zafriel berkeliling mansion dan mengenalkannya pada seluruh maid dan pekerja yang ada di sana.

Mereka berhenti pada ruangan yang menyimpan barang-barang penghargaan dan Piala piala.

Ada banyak sekali piala yang berjejer rapih dalam lemari kaca. Piagang penghargaan juga tak ketinggalan.

"Zafi."

Elgar menuntun Zafriel agar duduk di sofa yang tersedia.

"Kak El cerita. Mau denger"

"Apa?"

Elgar manarik nafasnya mencoba menguatkan diri untuk berbagi pada pasangan hidupnya.

"Kak El bukan anak Papa dan Daddy. Kak El punya keluarga sendiri."

"Oh ya? Dimana?"

Elgar menarik Zafriel kedalam pangkuannya, menyenderkan kepalanya pada bahu si manis.

"Mereka disini. Tapi cuma tinggal Ibu. Ayah dan adikku sudah meninggal."

Zafriel mengelus lengan yang melingkari pinggangnya.

"Kak El nggak mau tinggal sama Ibu. Karena kalau saja Ibu mau berubah, Ayah dan adikku pasti tak akan pergi."

Zafriel masih setia mendengarkan dan mengelus lengan suaminya pelan.

"Apa Kak El membencinya?"

Pelukan Elgar mengerat. Sorot matanya penuh amarah dan kebencian yang nyata.

"Sangat. Aku sangat membencinya. Kenapa orang bisa berubah hanya karena harta dan tahta."

"Ibu ku Maria Dayu. Model yang terjerat banyak sekali terseret penggerebekan karena bermain dengan banyak pria muda dihotel."

"Aku membencinya. Adikku korban pelecehan pacarnya yang kala itu sedang ke rumah kami. Aku pergi sekolah hingga tidak bisa menjaga adikku Zafriel. Aku Kakak yang buruk sekali."

Terdiam cukup lama Elgar menangis dalam diam. Zafriel membalikkan badannya dan segera memeluk Elgar.

Membiarkan suaminya meluapkan seluruh emosi yang ada dalam hatinya. Elgar tak mengeluarkan suara, namun bahunya bergetar hebat.

Zafriel bahkan bisa merasakan sakit dan kosongnya hati Elgar saat bercerita tadi.

"Zafi tidak tahu apa yang bisa membantu Kak El. Tapi Zafi bisa berjanji satu hal, Zafi tak akan meninggalkan Kak El sendirian."

"Janji?"

Elgar mengurai pelukannya. Bisa Zafriel lihat mata suaminya yang memerah.

Mengecup bibir Elgar pelan. Hanya mengecup.

"I'm promise my hubby."

Elgar menyambar bibir kecil Zafriel sedikit kasar. Kembali meluapkan emosi yang ada di hatinya.

"Eh-mmh."

Elgar menggigit kecil bibir bawah Zafriel. Meminta akses untuk masuk kedalam mulut kecil istrinya.

"Ka-k Ellhh."

Perih menerpa bibir Zafriel. Namun lumatan dan permainan lidah Elgar terasa begitu memabukkan.

Tangan Elgar bergerak liar di area pinggang kecil Zafriel. Mengelus dan menggoda tubuh istrinya.

Tangan satunya menahan tengkuk Zafriel agar mudah memperdalam ciuman keduanya.

"Kak El ih!"

Sekuat tenaga Zafriel mendorong bahu Elgar karena nafasnya hampir tercekat. Tak perduli akan protes si manis Elgar kembali melumat bibir tipis yang sudah bengkak dan lecet itu.

In The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang