Past 30

8.8K 826 34
                                    


"Mertua?"

Zafriel memandang aneh wanita di depannya. 'Ibunya Kak El bukan sih?'

Elgar hanya menceritakan kisahnya namun tak memberitahukan nama kedua orang tua dan adiknya. Bahkan memperlihatkan foto mereka.

"Saya tahu kamu bingung. Mana mau El menceritakan masa lalunya pada kamu. Orang yang dia sayang."

"Tante ini Mamanya Kak El?"

Wanita itu menoleh dan tatapan matanya langsung disambut oleh dua mata yang menampilkan binar polos dan juga kagum.

"Benar. Saya Ibunya Elgar."

Zafriel sontak mengambil tangan kanan wanita di depannya lantas mencium tangannya pelan. Mengelus nya dan kemudian tersenyum.

"Maaf ya tante, Zafriel nggak tau kalau tante Ibunya Kak El. Emm boleh Zafriel panggil Mama? Zafriel nggak punya Mama soalnya hehehe."

Hati Maria terenyuh. Batinnya tergerak dan bergetar pelan, sungguh rasanya seperti menemukan kehangatan baru dalam hidupnya yang sudah lama mendingin.

Pria manis dan polos ini sudah membuat hatinya bergetar. Sudah lama rasanya ia tidak berinteraksi dengan anaknya sendiri. Membuat perasaannya membuncah tiba-tiba.

"Kamu- hiks huh! Hiks hiks.."

Maria menangis dan tertawa disaat bersamaan. Menangis penuh rasa hangat yang menjalar dalam hatinya karena anak muda di depannya. Tertawa malu lantaran sudah membuat anaknya sendiri menderita.

"Boleh kan tante?"

Zafriel masih mengelus tangan Maria penuh kelembutan. Mengelus pelan penuh perasaan yang begitu tulus.

Maria menganggukkan kepalanya " Boleh Nak. Tapi jangan beritahu El kalau Mama menemui mu. Karen kalau El tau, dia pasti nggak ijinin kita ketemu lagi."

"Maafin Mama. Mama harap kamu sama El bisa bahagia dalam rumah tangga kalian. Satu hal yang perlu Zafriel ingat. Rasa percaya itu memang tidak mudah untuk hadir. Namun komunikasi dalam hubungan juga sama tak mudahnya. Karena kalau kamu sudah bermain kata apalagi berbohong, maka kekacauan akan hadir dalam ikatan itu. Saling percaya dan jaga komunikasi kalian ya Nak. Mama pamit dulu, boleh Mama peluk Zafriel?"

Zafriel mengangguk mengerti lantas memeluk wanita di depannya dengan erat. Bisa Zafriel rasakan kalau wanita yang merupakan Ibu kandung Elgar itu menangis dalam diam.

"Mama hati-hati dijalan ya. Pak sopir jagain Mamanya Zafriel ya, jangan ngebut ngebut bawa mobilnya."

Sopirnya hanya mengangguk pelan lalu tersenyum sopan.

"Mama jaga kesehatan ya, Zafriel mau ke atas lagi. Takut Papa nyariin."

Maria menyempatkan dirinya mengelus kepala Zafriel. Merasakan tangannya mengelus rambut lembut penuh kasih sayang.

Zafriel kembali mengecup punggung tangan Maria. Meninggalkan kesan yang begitu mengena dalam hati Maria.

Kemudian Zafriel turun dari mobil itu dan melambaikan tangannya sambil tersenyum lucu.

"Bay Mama."

Maria entah sadar atau tidak membalas lambaian tangan kecil mungil itu. Dan ikut tersenyum.

'Anak yang baik. El Ibu selalu berharap kalau El bahagia, meski Ibu tau kalau derita El Ibu yang buat.'

Mobil yang membawa Maria melesat pergi diikuti dua motor dibelakangnya. Zafriel terus mengamati mobil itu hingga menghilang dari pandangan matanya.

Terus terdiam tanpa menoleh pada sekitarnya. Zafriel melamun, bahkan dering ponselnya sendiri pun tak dihiraukan.

Hingga tepukan di bahunya membuatnya tersadar. Ada Vano yang memandangnya datar. Zafriel melihat kikat marah bercampur khawatir dalam kedua mata hazel itu. Vano sedang marah, Zafriel yakin itu.

In The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang