Past 44

7K 581 6
                                    


Beberapa jam sebelum Elgar menelfon Zafriel...




"Surez sedang mengamuk karena emas dan uangnya ikut terbakar." Lu Xiang tertawa puas saat ini.

"Dan dia malah membakar gudang kosong kita untuk balas dendam?" ledek Avram tiba-tiba.

Mata-mata yang mengikuti Surez membawa semua kabar itu. Saat ini dia sedang kesal sekali sampai membunuh satu anak buahnya sendiri.

Pintu ruangan Raka terbuka menampilkan satu anak buah mereka yang membawa dua orang dengan tangan diborgol.

"Tuan. Dia memata-matai markas."

Ucap si anak buah sambil mendorong dua penyusup itu untuk berlutut. Setelahnya kembali keluar meninggalkan penyusup itu menemui takdirnya.

"Ohh Avram tangan ku gatal." seru Rajendra sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Hey psychopath gila! Beri aku bagian juga dong." Aaron bisa merasakan lipatnya bergetar yang diartikan Aaron kalau ia ingin minum. Minum darah dari mangsanya.

"Kau boleh ambil yang kiri Aaron."

"Apa perlu ditanya dia suruhan siapa?" tanya Avram sambil melihat dua orang itu.

"Siapa lagi kalau bukan suruhan Surez! Itu pun masih tanya." ketus Arsene.

"Apa salahnya hanya bertanya." dengus Avram yang terdengar malas.

"Banyak bicara!"

Rajendra mulai menggulung lengan bajunya sampai sibuk dan mengeluarkan pisau kecilnya. Menyeret mangsanya agar sampai di pojok ruangan.

"Aku tak akan melepaskan mu meski kau sudah memberiku informasi."

Pisau kecil Rajendra memotong lakban hitam dan langsung ditempel pada mulut salah satu penyusup itu. Tak hanya satu lakban melainkan tiga lakban yang ditempelkan di mulutnya agar tidak berisik.

Lalu mengambil sebuah kain hitam dan memakaikan nya pada mata si mangsa sebelum memulai aksinya.

Rajendra memulainya dengan tangan kanan si penyusup. Rupanya ada sebuah tato di lengannya. Rajendra mengukir kan pisaunya mengikuti alur tato itu dan ya kini tatonya terlihat semakin indah.

Bukan bualan jika psychopath adalah pelukis yang berbakat dan berbeda.

Keduapuluh kuku penyusup yang kini sudah tergelak lemas di lantai itu sudah sepenuhnya terlepas.

"Sssh kenapa menyiksa orang bisa semenyenangkan ini?"

Rajendra menusukkan pisaunya pada dada dan leher korbannya entah sudah berapa kali. Genangan darah itu mengotori lantai dan menjadikannya terlihat begitu menyeramkan.

Pria itu masih lengkap dengan tangannya yang diborgol namun penuh lelehan darah, matanya masih ditutup dan mulutnya masih di lakban.

Rajendra meletakkan pisaunya lalu mengambil kapak hitam kecil yang akan mengakhiri semua permainannya.

Ia lantas segera memenggal leher pria itu menggunakan kapak yang langsung terputus antara kepala dan badannya.

"Avram kau boleh melakukannya."

Tanpa permisi Avram langsung melepaskan kain yang menutupi mata orang itu dan mencongkel kedua bola matanya.

"Masukkan ke dalam sini."

Aaron membuka sebuah toples kaca yang terbungkus kain abu-abu. Avram pun segera memasukkan kedua mata itu ke dalam sana.

Arsene sibuk menulis surat untuk Surez. Agar saat nanti Surez menerimanya sudah tahu kalau itu anak buahnya.

In The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang