Past 34

7.1K 661 22
                                    


Saat di dapur Aksa terperangah melihat masakan yang tersaji dimeja makan. Harum lezat yang gurih langsung menyapa indra penciuman nya.

"Siapa yang memasak semua ini?" tanyanya pada salah satu maid yang sedang menata tisue di meja itu.

Si maid itu menundukkan kepalanya pelan baru menjawab "Tuan Muda Zafriel yang memasaknya Tuan."

Aksa tersenyum senang namun juga kecewa karena melewatkan menonton aksi menantunya memasak. Tak apa Aksa kau masih punya banyak waktu untuk itu.

"Baiklah kembali bekerja."

Si maid kembali munduk sopan dan berlalu untu mengerjakan hal lainnya. Sementara Aksa mulai meracik kopi hitam untuk suaminya dan si sulung.

Membuat susu vanilla untuk Zafriel dan teh hangat untuk Elgar. Matanya terus melirik masakan menantunya yang terlihat begitu menggoda.

Dari tangga terdengar langkah kaki yang begitu bersemangat. Terkesan terburu-buru membuat Aksa khawatir jika saja kaki indah itu tergelincir.

"Baby Zafi jangan lari-lari. Nanti jatuh."

Pria kecil berlesung pipi itu tersenyum kecil menanggapi Papa mertuanya.

"Maaf Papa."

"Sini duduk. Nunggu yang lain."

Zafriel meletakkan tas sekolahnya di sofa ruang keluarga lalu menghampiri Aksa di meja makan. Duduk dengan pose tegap dan tidak menaruh kedua tangannya di atas meja dan menunggu yang lainnya datang.

Sarapan bersama seperti ini membuat Zafriel merasa begitu senang. Terlebih Aksa yang dulunya selalu makan berdua dengan Arkan kini seluruh anaknya berkumpul, terasa menyenangkan.

"Papa nggak sabar tau sebenarnya mau nyicipin ini."

Aksa duduk di samping kanan Zafriel dan di samping kiri kursi utama milik Arkan.

"Tapi kalau nggak enak maaf ya Pa."

"Loh ya nggak papa dong. Namanya juga belajar pasti ada salah-salah nya, tapi kalau mau terus berjuang buat jadi ngerti dan kasih yang terbaik. Papa udah seneng banget kamu udah berusaha."

Aksa tersenyum sangat manis membuat Zafriel tiba-tiba terpana. Kenapa ia bahkan baru sadar kalau Papa mertuanya tak hanya terlihat manis namun juga cantik, terlalu cantik untuk ukuran pria diusianya yang sudah berkepala tiga.

"Papa cantik."

"Oh ya? Zafriel juga cantik, manis lagi. Makanya Elgar cinta."

"Ish Papa, Zafi kan jadi malu. Tapi Papa emang cantik banget loh. Skincare e nya apa? Bukan air wudhu kan Pa?"

Aksa tergelak begitu spontan. Lucu sekali, menantunya sangat polos.

"Nanti Papa kasih tau deh. Kita bisa night routing bareng buat perawatan diri. Nanti Papa kasih produk-produk yang bisa bikin Elgar nggak akan berpaling dari kamu."

"Jangan ajarin yang nggak nggak Pa."

Elgar datang menghampiri mereka berbarengan dengan Arkan dan Avram. Pada akhirnya keluarga itu berkumpul bersama untuk sarapan.

"Apa?"

Aksa tak akan perduli dengan ungkapan Elgar. Bukankah harusnya Elgar bersyukur karena Aksa akan mengajarkan hal-hal positif untuk hubungan keduanya?

Semuanya menempatkan diri untuk memulai sarapan pagi ini. Aksa yang menyiapkan makanan untuk Arkan dan Avram. Sedangkan Elgar sedang rewel karena ingin makan sepiring berdua.

"Piring banyak loh El."

Avram tentu panas melihatnya. Apalagi tatapan mengejek Elgar setelah menyuapi Zafriel nya makan.

In The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang