Tamara mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah, tapi dia belum menemukan objek yang dia cari. Siapa lagi kalau bukan Sastra. Tamara khawatir dengan gadis itu.
Hingga tanpa sengaja Tamara melihat seorang gadis yang sangat dia kenali sosoknya berada di kursi taman belakang sekolah ini.
"Sastra...yaampun gue cariin lo kemana-mana ternyata disini, ngapain sih?"
Tamara yang baru saja tiba di depan gadis itu langsung terdiam melihat Sastra yang dengan sigap mengusap kedua matanya yang sudah sembab.
"Lo nangis? Siapa yang udah bikin lo kayak gini bilang sama gue!"
Tamara langsung duduk di samping Sastra dan menghadap ke arah gadis itu dan menatap Sastra dengan tatapan penuh intimidasinya.
"Tadi ada Gama," lirih Sastra.
"Laki itu lagi, gue bener-bener muak sama Gamanjing!"
"Dia apain lo lagi" imbuh Tamara.
Sastra langsung menjelaskan kesalah pahaman dari Gama minus dimana Gama bersama sosok perempuan tadi karena dirinya tidak ingin membuat Tamara merasa kesal dan jengkel, bahkan sudah berapa kali Tamara mengumpat hari ini hanya karena Gama dan juga Damian kakaknya?
"Stop gak usah lanjutin lagi, gue mual dengernya."
"Ayo pulang nanti keburu malam," ajak Tamara dan hanya di angguki kepala oleh Sastra.
***
Sastra tiba di rumahnya dan langsung menuju ke arah kamarnya untuk segera menyegarkan dirinya dengan mandi.
Ketika Sastra akan menaiki tangga rumah suara dari belakang mengintrupsinya dan membuat langkahnya berhenti.
"Wow masih ingat pulang juga lo!" sarkas seorang laki-laki yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.
Sastra hanya terdiam dan dia melihat jam dinding yang sekarang menunjukkan pukul enam sore. Sastra hanya membuang nafas lelah dan akan segera berlalu tanpa menjawab ucapan dari kakaknya, toh...kalau Sastra menjawab pun kakaknya itu punya balasan jawaban yang tidak akan ada hentinya.
Melihat adiknya yang tidak mengindahkan dirinya Damian hanya mendengus saja, saat akan berbalik dirinya melihat seorang gadis yang baru saja memasuki rumahnya.
"Baru pulang lo, tumben gak telpon biasanya suruh kakak jemput di sekolah," ucapnya kepada gadis di depannya.
"Tadi aku diantar kak jadi gak minta jemput deh," balas gadis itu sembari terkekeh.
"Yaudah aku ke kamar dulu ya kak mau bersih-bersih," lanjut gadis itu dan hanya diangguki kepala oleh Damian.
Sastra yang baru saja menaiki unakan tangga terkahir mencengkram besi tangga karena melihat bagaimana kakaknya yang begitu khawatir dengan seseorang.
"Kakak aku kangen kamu yang dulu."
***
Sastra melangkahkan kaki kecilnya menuju kelasnya, sebelum masuk ke kelas tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang.
Mendapati kekasihnya ada di depannya Sastra bingung ada apa dengan kekasihnya yang tidak lain adalah Gama pagi-pagi mendatanginya karena laki-laki itu tidak pernah datang ke kelasnya sepagi ini.
"Ikut gue," ucap Gama dan menarik tangan Sastra.
Gama menarik tangan Sastra hingga keduanya sampai di rooftop.
"Ada apa?" tanya Sastra sembari menatap Gama yang sekarang lelaki itu menatap dirinya tajam, apakah Gama sedang marah? Tapi apa lagi alasannya?
"Kemarin kenapa gak angkat telfon gue? Sibuk sama pacar baru lo itu?!"
"Maaf aku gak angkat kemarin karena aku ketiduran," balas Sastra jujur karena kemarin dia memang setelah pulang langsung tertidur di kamarnya.
"Halah bohong lo! Jadi cewek jangan ganjen bisa gak sih, gak inget lo udah punya pacar!"
"Aku gak bohong Gam."
"Alesan doang, denger ya Sas sampe lo selingkuhin gue, gue gak akan tinggal diem, gue hancurin lo sama selingkuhan lo itu!"
"Cukup Gam, sebenernya yang selingkuh disini tuh siapa sih? Aku atau kamu sendiri?" balas Sastra.
"Berani lo sama gue sekarang, siapa yang ngajarin? Jangan-jangan cowok yang kemarin iya?!"
"Udahlah ngomong sama kamu gak ada habisnya aku mau balik ke kelas," ucap Sastra dan berbalik akan meninggalkan Gama.
"Gue gak ada hubungan apapun sama dia yang lo lihat kemarin gak seperti apa yang lo pikirin," Sastra menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Gama dia menahan rasa nyeri didadanya mengingat Gama bersama dengan perempuan kemarin.
"Tapi apa yang kamu ucapkan gak sesuai dengan apa yang kamu lakukan Gam," setelah mengatakan itu Sastra langsung pergi meninggalkan Gama sendirian yang masih mematung menatap langkah Sastra yang kian menghilang dari pandangannya.
"Arghhhh...sialan!"
***
"Sas lo darimana sih tumben lo ke kelas hampir bel," ucap Tamara saat melihat Sastra yang baru saja duduk di sampingnya.
"Tadi aku mampir ke kantin dulu," balas Sastra sembari mengeluarkan perlengkapan buku untuk jam pertamanya.
Tamara mengernyitkan dahinya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sastra.
"Ke kantin atau menemui Gama?"
"Ke kantin kok," balas Sastra langsung.
"Tapi kenapa gak ada makanan yang lo bawa?"
"Oh tadi udah aku makan di kantin soalnya laper tadi belum sarapan," balas Sastra terkekeh sedang Tamara hanya menganggukkan kepalanya.
"Sas gue mau cerita, ternyata yang kemarin lo gak sengaja tumpahin minuman itu si Noah tetangga gue," ucap Tamara.
Sastra langsung mengingat kejadian kemarin saat dirinya menabrak seseorang hingga menumpahkan air ke baju laki-laki itu, yang menimbulkan pertengkaran antara Gama dengan laki-laki itu.
"Apa dia baik-baik aja? Ada luka yang parah gak kemarin aku gak sempat minta maaf saat dia dihajar sama Gama," balas Sastra.
"Cuma lebam-lebam di pipinya sih, oh ya asal lo tahu tiba-tiba aja nih gak ada angin gak ada hujan dia tanya-tanya soal lo."
"Dia tanya apa?"
"Ya tanya kemarin dia kan lihat lo sama gue tuh terus dia tanya nama lo, kenapa lo nangis dan apa lagi ya gue lupa."
"Kenapa nanya-nanya ya Tam, apa dia mau cari aku terus minta pertanggung jawaban karena habis dihajar sama Gama."
"Ya elah Noah mah kagak kayak gitu Sas."
"Lah terus kenapa ya?" bingung Sastra.
"Oh ya gue baru inget kemarin dia tanya sama gue apa lo udah punya pacar gitu dan gue langsung jawab enggak karena memang lo gak ada pacarkan? Gamanjing itu gue anggap bukan pacar lo."
"Tamara...nanti kalau Gama tahu bisa marah dia," ucap Sastra tidak tenang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Sastra (completed)
General FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA VOTE DAN KOMEN SETELAHNYA Sastra Arumi tidak mengetahui mengapa kedua orang tuanya yang dulu begitu menyanyangi dan mencintainya tiba-tiba saja berubah saat seseorang datang di tengah-tengah kehidupan mereka. Tidak cukup kasi...