Sastra berjalan di pinggiran jalan, sungguh tadi bukan karena apa Sastra menolak untuk naik ojek karena sebenar-benarnya dirinya memang setakut itu,baru beberapa bulan ini dia beradaptasi dengan dunia luar.
Dari dia kecil sampai menginjak sekolah menengah pertama Sastra bersekolah home schooling karena dulu dia menderita penyakit yang menyebabkan dirinya menjadi lemah dan tidak dapat bersekolah biasa seperti temannya.
Sastra mengidap penyakit jantung lemah dan baru beberapa bulan kemarin kondisinya sudah mulai membaik begitu kata dokter yang menangani Sastra.
Selama ini hari-hari Sastra selalu dilingkupi rasa takut akan penyakitnya entah karena apa dia bisa memiliki penyakit tersebut sedang dari keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat jantung lemah.
Sastra meminta kepada kedua orang tuanya untuk dia bisa bersekolah layaknya teman yang lain bergaul dengan sesama dan melakukan hal-hal yang normal pada umumnya di masa remaja ini.
Dan bagaimana bisa Almira berada di keluarga mereka? Almira adalah anak dari saudara papanya Revan.
Almira dulu hanya memiliki seorang ayah saja yaitu Arman dalam hidupnya karena ibunya sudah meninggal saat Almira berumur 7 tahun dikarenakan sakit yang diderita ibunya.
Keluarga Almira dulu pas-pas an hidup di sebuah pemukiman biasa sedangkan keluarga Sastra hidup dengan kemewahan.
Revan yang mengetahui keadaan Arman juga sudah memberikan pekerjaan di kantornya yang saat itu Revan sedang ada proyek bangunan dengan senang hati Arman menerima pekerjaan tersebut karena dia juga butuh uang untuk memenuhi kebutuhan Almira. Hingga beberapa bulan terdapat kejadian nahas menimpa Arman. Ada sebuah kecelakaan di proyek yang membuat Arman menjadi meninggal dunia.
Revan dan Nita pun memutuskan untuk merawat Almira karena tidak tega dengan gadis kecil yang waktu itu seumuran dengan anak perempuannya harus hidup sebatang kara.
Sastra hampir tertabrak saat akan menyebrangi jalan karena sedang memikirkan bagaimana kehidupannya dulu.
"Hei nyebrang yang bener dong!"
Sastra masih meredakan degub jantungnya yang berdetak keras karena kejadian yang baru saja terjadi, dia masih merasa kaget. Sastra menoleh kebelakang dan melihat laki-laki itu.
"Guntur... Maaf tadi aku tidak fokus saat jalan," ucap Sastra saat melihat ternyata yang hampir menabrak dirinya adalah Guntur teman dari Gama.
"Loh Sastra? Ternyata lo, kenapa lo jalan ke sekolah bukannya biasanya naik mobil lo?" tanya Guntur dengan heran.
"Em ada masalah sama mobilnya jadi gak bisa berangkat naik mobil," balas Sastra dengan tersenyum.
"Gama gak jemput lo?"
"Enggak Gama kan lagi sibuk ngajar siswa lain yang ikut olimpiade."
"Lah bisa bareng Kak Damian kan lo harusnya?"
Sastra hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari Guntur.
"Yaudah Guntur aku jalan lagi ya kamu juga harus cepat ke sekolah nanti takut telat, sekali lagi terima kasih udah nolongin aku tadi," ucap Sastra dan berbalik arah untuk melanjutkan langkahnya.
Guntur dengan sigap menarik tangan Sastra ketika melihat Sastra yang akan pergi.
"Eh... Tunggu, udah lo bareng gue aja sini, ini juga udah jam tujuh kurang lima belas jarak sekolah juga masih jauh nanti lo telat."
Benar juga apa yang dikatakan oleh Guntur, jarak ke sekolahnya memang masih jauh jika Sastra tetap nekat maka nanti dia bisa saja telat.
"Tapi apa gak masalah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Sastra (completed)
Ficción GeneralFOLLOW SEBELUM MEMBACA VOTE DAN KOMEN SETELAHNYA Sastra Arumi tidak mengetahui mengapa kedua orang tuanya yang dulu begitu menyanyangi dan mencintainya tiba-tiba saja berubah saat seseorang datang di tengah-tengah kehidupan mereka. Tidak cukup kasi...