D e t i k t i g a p u l u h e n a m

287 26 0
                                    

Sastra masih bergeming di tempat duduknya. Saat ini dia sudah berada di ruang kelasnya. Setelah tadi Gama mengucapkan itu dan laki-laki itu harus kena pukulan dari Damian, kakaknya itu langsung menyeret dirinya dan berangkat ke sekolah.

Selama perjalanan pun Sastra hanya terdiam sembari terisak meratapi nasibnya. Gama sekarang sudah tidak mencintainya lagi. Sedari tadi pun Damian juga diam seolah mengerti jika Sastra butuh waktu untuk sendiri.

"Hai Sastra. Tumben udah datang," ucap Tamara sembari duduk di sampingnya. Tamara mengernyit heran saat melihat Sastra yang masih termangu dalam duduknya.

"Woi! Pagi-pagi udah ngelamun aja lo!" teriak Tamara dan membuat Sastra langsung berjerengit kaget.

"Eh... Tamara kamu sudah sampai?"

"Iyalah, pertanyaan macam apa itu? Lo kan udah lihat gue duduk manis disini."

Sastra hanya membalas dengan senyuman yang tipis dan kembali menatap ke arah depan. Tamara menyadari jika sepertinya Sastra sedang ada pikiran yang sangat mengganggu dirinya.

"Sastra lo kenapa?"

Saat mengatakan itu, tiba-tiba saja Sastra langsung menangis dan menutupi wajahnya. Dia sudah tidak bisa menahan rasa tangisnya lagi.

"Hei lo kenapa ada yang jahatin lo? Siapa bilang sama gue, apa ini ulang Damian? Atau Almira?"

"Aku diputusin Gama Tam. Dan lebih buruk lagi ternyata Gama sudah gak cinta sama aku. Jadi, selama ini apa Gama yang selalu perlakukan aku gak baik karena dia udah gak cinta sama aku?" ucap Sastra di sela-sela isak tangisnya.

Tamara langsung memeluk Sastra dengan erat dan dia hanya dapat mengumpati Gama. Laki-laki itu benar-benar membuktikan omongannya seperti dikantin jika dia akan memutuskan hubungannya dengan Sastra dan akan menjalin hubungan dengan Almira. Dasar laki-laki brengsek! Masih mending kalau wanita itu bukan Almira. Lah ini... Setiap hari pasti Sastra makan hati kalau harus bertemu dengan Almira setiap di rumahnya.

"Gue juga udah bilang dari lama kan Sas. Kalau lo itu lebih baik putusin Gama dia itu laki-laki yang gak bener."

"Em... Sastra gimana kalo kita absen sehari aja dan kita pergi ke suatu tempat supaya lo bisa lupain si brengsek itu? Mau enggak?" tanya Tamara hati-hati.

Sastra langsung mengangguk menyetujui usulan dari Tamara. Sesekali dia ingin mencoba perbedaan. Toh... Kalau dia masih di sekolah pun pasti tidak akan membuatnya bisa fokus dan bisa saja saat disekolah nanti dia bertemu dengan Almira ataupun Gama.

"Sip deh ayok!"

***

"Kita mau kemana ya Tam?" tanya Sastra saat sudah berhasil kabur dari sekolahan. Sungguh, sebenarnya dia tidak ingin melakukan ini. Namun, hatinya juga butuh hiburan agar tidak stress. Sastra sendiri juga sudah memutuskan jika sekarang dia akan mencoba melupakan Gama dari dalam hidupnya.

"Bentar. Kita tunggu seseorang dulu," balas Tamara sembari melihat jalanan menunggu seseorang.

"Kamu ngajak siapa Tam?"

"Ada lah... Kita tunggu aja bentar. Nah itu dia orangnya," seru Tamara menatap orang yang sekarang sedang berjalan ke arah mereka.

Sastra mengernyit heran saat mengetahui jika Noah lah yang sekarang sedang menghampirinya. Kenapa Tamara mengajak laki-laki ini?

"Heh... Heh... " ucap Noah ngos-ngosan saat berlarian tadi.

"Eh... Sastra lo gak papa kan mana yang sakit?" tanya Noah langsung.

Sastra bingung dengan pernyataan dari Noah. Memang apa yang sakit dari dirinya. Sakit hati yang ada bukan sakit fisik dari dirinya.

Tiba-tiba saja Tamara langsung tertawa melihat Noah yang begitu khawatir dengan Sastra. Tamara lah yang memang merencanakan untuk membuat Noah datang kemari.

Tamara sebelum sampai di tempat ini tadi pun bilang kepada Damian bahwa dirinya akan membawa Sastra untuk membolos karena sakit hatinya. Mulanya, Damian menolak itu dengan keras dan laki-laki itu juga meneror dirinya dengan telepon berkali-kali, tapi pada akhirnya laki-laki itu menyetujui dan menyuruh Tamara untuk merencanakan rencana yang telah mereka buat di rumah sakit dengan mendekatkan Sastra dengan Noah.

Damian menyuruh Tamara untuk mengabari Noah jika Sastra keserempet mobil dan akan menilik bagaimana respon dari laki-laki itu.

Dan sekarang sudah terbukti jika memang sepertinya Noah memiliki perasaan kepada Sastra saat melihat dirinya yang begitu khawatir.

"Ngapain lo ketawa? Sinting!" dengus Noah menatap Tamara.

"Sorry ya boy.... Gue bohongin lo. Supaya lo kesini. Dan pasti lo seneng juga kan dapat bolos dari sekolahan," sahut Tamara seperti tak punya dosa.

"Apa? Dasar ya lo!" gemas Noah. Bagaimana tidak dirinya terkejut saat mendapati banyak pesan dari Tamara dan mengatakan kalau mereka terserempet mobil dan tidak ada yang menolong karena sepi.

"Emang Tamara ngomong apa?" tanya Sastra penuh penasaran.

"Dia bilang lo sama dia itu terserempet mobil dan gak ada yang nolongin. Gila gak tuh cewe mana sekarang udah ketawa kayak kerasukan lagi," balas Noah sembari melihat Tamara dengan kesal.

"Ya ampun Tamara. Kamu bohong!" tegur Sastra. Gadis itu menjadi merasa tidak enak sampai Noah tadi benar-benar seperti orang yang khawatir.

"Iya... Iya... Sorry deh. Gak akan gue ulangi lagi... Kecuali kepepet," ujar Tamara dan kembali tertawa lagi saat melihat wajah Noah dan Sastra yang kesal dan malah lucu menurut Tamara.

"Tamara!" ucap Sastra dan Noah bebarengan.

"Cie... Cie... Ngomongnya bareng. Jodoh kali ya?" goda Tamara.

"Apaan sih Tam. Ya udah lebih baik kamu balik ke sekolah aja Noah. Maafin kami ya udah buat kamu jadi khawatir," kata Sastra sembari menatap Noah. Sedangkan, Noah tiba-tiba saja merasakan pipinya memanas saat ditatap seperti itu oleh Sastra.

"Eh... Oke... Bukan salah lo kok. Tapi, salah nenek lampir itu! "

"Yaudah deh sebagai permintaan maaf gue bakal traktir kalian yok cus... Sastra dengerin gue ya ini udah jam delapan lebih beb pasti sekolah Noah juga udah tutup. Ayo lebih baik hari ini kita bersenang-senang dan rayain lo udah bebas dari si brengsek itu!"

"Tamara," tegur Sastra sembari menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak setuju dengan apa yang baru saja dia ucapkan.

"Iya Sas. Kayaknya gue juga gak balik lagi. Gue setuju aja sih kalau mau di traktir nih bocah. Mau gue porotin juga tuh duitnya biar cepat miskin," sahut Noah dab langsung mendapatkan pukulan di lengannya dari Tamara.

"Awas ya lo! Udah yuk Sas nunggu apa sih kata tadi mau have fun. Ayok... "

Dan mau tidak mau akhirnya Sastra menyetujui Tamara dan mereka langsung masuk ke dalam mobil Tamara. Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang membututi Sastra dan Tamara sejak keluar dari sekolah dengan mengendap-ngendap. Seorang laki-laki yang tidak lain adalah Gama.

Gama merasa marah atas tindakan Sastra. Gadis itu berani membolos, itu bukan seperti perilaku Sastra si gadis baik. Pasti ini semua ulah dari temannya itu. Dan tadi ada juga cowok yang selalu berusaha mendekati Sastra. Tapi, sekarang Gama tidak memiliki hak lagi akan Sastra jadi dia tidak bisa untuk menyuruh Sastra apapun. Gama sungguh benci dengan kondisi seperti ini.

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang