D e t i k s e m b i l a n b e l a s

368 31 0
                                    

Gama langsung mengendarai motornya dengan kecepatan penuh saat tadi dia sudah tahu dimana alamat rumah sakit dari Sastra. Dari dalam saku tiba-tiba  ponselnya berbunyi dan membuat Gama harus menghentikan laju motornya.

Gama membuka helmnya dan mencoba mengambil ponsel yang berada di dalam sakunya. Gama mengernyit heran ketika melihat nama yang terpampang dalam ponselnya itu.

"Papa? Ngapain telpon gue?" gumam Gama sendiri setelah itu dia langsung mengangkat panggilannya.

"Halo Pa, ada apa?" tanya Gama.

"Gama, Papa ada berita buruk, kamu ingatkan dengan anak yang Papa ceritain sama kamu waktu itu dan dia sekarang menghilang dari rumah Gama, jadi tolong kamu cari gadis itu sampai ketemu. Ini tadi Papa dapat kabar dari keluarganya."

Gama mengernyitkan dahinya, dia tahu gadis yang dimaksud papanya itu.

"Tapi Pa, Gama gak bisa sekarang ini Gama lagi ada urusan."

"Gak ada tapi-tapian Gama. Kamu mau apa yang Papa ucapkan waktu itu terjadi ha?!"

Ucapan dari papanya membuat Gama langsung mencengkeram kuat setang motornya. Sungguh dia sangat membenci situasi seperti ini. Papanya selalu dapat mengancam dirinya dan dengan kelemahan yang sama.

"Pa nanti Gama coba cari tapi setelah Gama---"

"Sekarang Gama kalau kamu tidak ingin main-main sama Papa maka kamu harus temukan gadis itu sekarang juga sebelum Papa melakukan hal yang buruk yang pasti tidak akan kamu sukai."

"Pa tapi---" Gama melihat ponselnya yang sekarang panggilannya sudah dimatikan oleh papanya.

"Arghh... Bangst!"

Sekarang Gama harus bagaimana menemui Sastra atau harus mencari gadis tadi ? Gama benar-benar merasa bingung sekarang karena tidak ada pilihan yang baik diantaranya keduanya.

***

Revan masuk ke dalam rumah dengan cepat diikuti Nita di belakangnya. Saat mencari Almira di luar tadi dia hanya dapat informasi jika gadis itu pergi menaiki bus dan pergi dari kota ini.

"Kurang ajar banget Sastra usir Almira, akan aku buat perhitungan sama anak itu."

"Mas tapi ini bisa dibicarakan baik-baik dulu, coba kita tanya dengan pelan sama Sastra, kamu tadi juga sudah menghajar dirinya habis-habisan kan, jangan lagi aku mohon. Aku tidak tega melihatnya kesakitan," ucap Nita mencegah suaminya untuk tidak berbuat nekat.

"Kamu tidak tega? Lalu apa kamu tega dengan anak kamu sendiri?"

"Ini semua salah Arman kenapa dia memberikan putrinya kepada kita? Kalau Arman masih hidup sekarang aku udah buat pelajaran sama dia," dengus Revan dengan wajah yang penuh amarah.

"Kita selama ini membesarkan orang yang salah! Kita kasihi Sastra dan rawat dengan baik tapi apa selama ini ternyata dia adalah anak dari Arman dan bukan anak kita, malah anak kita yang sebenarnya harus tinggal di lingkungan kumuh bersama dengan Arman. Orang itu benar-benar gila karena anaknya menderita sakit jantung kenapa malah kita yang harus dibebani dengan itu semua?!"

"Mas mungkin memang Arman waktu itu tidak punya pilihan lain dan menukar anak kita dengan anaknya. Pasti sebagai orang tua dia ingin anaknya bisa hidup dengan baik dan Arman mengetahui ternyata Sastra terkena penyakit jantung pasti membuatnya merasakan takut karena dirinya juga tidak akan mampu untuk membayar biaya pengobatan dari Sastra."

"Apapun alasannya itu tidak lah benar! Aku benar-benar membenci Sastra sekarang. Seharusnya dia masih bersyukur kita tidak mengusir dirinya dari rumah ini, tapi apa yang dia perbuat? Dia malah mengusir anak kita dan dengan bangganya dia mengatakan kepada kita kalau dia sudah berhasil menghilangkan orang lain dari rumah ini. Padahal jelas-jelas sebenarnya dialah orang lain disini."

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang