D e t i k e n a m b e l a s

359 37 5
                                    

Sastra masih menangis sesunggukan di dalam kamarnya, ucapan dari mama dan papanya tadi seakan-akan menghantui dirinya. Mengapa mereka setega itu dengan anaknya sendiri, sebenarnya salah apa yang dilakukan Sastra hingga mereka berdua seakan membenci dan tidak menperdulikan dirinya lagi.

Entah Gama sudah pulang atau belum Sastra sudah tidak ingin mengetahuinya lagi, hatinya sekarang sudah benar-benar merasa sakit sekali. Bahkan Kakaknya tadi seakan-akan juga mendukung Gama dan Almira tanpa berniat untuk membela dirinya sama sekali.

Seharusnya Sastra sadar jika dirinya ini siapa dalam keluarga ini, mungkin memang dia harus mengerti dan memahami dengan keadaan yang sekarang sudah tidak sama lagi.

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar dan Sastra dapat mendengar suara Almira dari luar. Untuk apalagi gadis itu mencari dirinya? Apakah dia ingin melihat keadaannya yang sekarang sangat menyedihkan?

"Sastra tolong bukain pintunya aku mau ngomong sama kamu," ucap Almira sembari mengetuk pintu Sastra.

Tidak ingin membuat keributan lagi, Sastra akhirnya memilih untuk membukakan pintunya dan sekarang dia melihat Almira berasa disana menatap dirinya sendu.

"Boleh aku masuk?" tanya Almira pelan.

Sastra hanya menganggukkan kepala dan lebih dulu masuk ke dalam kamarnya dan duduk di atas ranjang diikuti oleh Almira.

"Sastra aku ingin membicarakan ini sama kamu dari dulu, tapi kamu selalu menghindar dari aku," ucap Almira mengawali pembicaraan mereka.

"Aku ingin kamu mendengarkan aku dulu sebentar saja," imbuh Almira lagi dan lagi-lagi dia tidak mendapatkan balasan apapun dari Sastra.

"Sastra aku tidak tahu bagaimana kehidupan kamu sebelum aku datang kesini, tapi setelah beberapa waktu aku berada disini entah mengapa malah itu selalu membuat dirimu merasa sedih."

Sastra hanya menjadi pendengar saja tanpa berniat untuk membalas ucapan dari Almira.

"Sastra hari ini aku benar-benar sadar kalau aku sudah merubah hidup kamu, kamu jadi terabaikan oleh kedua orang tua kamu gara-gara aku," ucap Almira menatap Sastra yang sekarang gadis itu hanya menatap dinding kamarnya kosong.

"Aku memutuskan Sas, untuk pergi dari rumah ini, aku tidak ingin menyakiti kamu dengan setiap perkataan dari orang tua kamu sendiri dan kamu juga jangan salah paham tentang aku dengan Gama karena kita ini hanya berteman dan aku sama Gama itu cuma ada keperluan yaitu Gama sebagai tutor aku untuk olimpiade."

Mendengar ucapan dari Almira, Sastra langsung memusatkan perhatiannya kepada Almira. Jadi, Almira memilih pergi dari rumah ini? Apakah itu merupakan keputusan yang baik? Tapi dalam pikiran Sastra semua itu benar, karena memang Almira lah yang merupakan masalah dari ini semua.

"Ya aku akan pergi nanti malam secara diam-diam, kamu jangan khawatir lagi ya?" ujar Almira meyakinkan Sastra.

"Apa benar yang kamu omongin ini?"

Almira menganggukan kepalanya mantap.

"Tapi nanti pasti akan terjadi masalah kalau kamu pergi dari rumah ini Ra, kamu tahu sendiri bagaimana Papa sama Mama aku yang begitu menyayangimu."

"Om dan Tante menyanyangiku karena mereka kasihan kepadaku yang sudah tidak memiliki apapun jadi aku mohon sama kamu untuk tidak salah paham," setelah mengatakan itu semua Almira keluar dari kamar Sastra dan meninggalkan Sastra dalam pikirannya yang bercabang.

Apa Sastra terlalu jahat dengan Almira sehingga Almira lebih memilih untuk pergi dari rumah ini? Tapi Sastra juga sudah tidak kuat bilamana Almira yang selalu menjadi kunci permasalahan diantara dirinya dan keluarganya.

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang