D e t i k d u a b e l a s

406 35 0
                                    

Gama mengendarai motornya dengan kecepatan penuh hingga dia sudah sampai di depan sekolahannya. Gama sangat berharap jika saja gadis itu baik-baik saja sebab sejak tadi ponsel gadis itu tidak aktif sama sekali dan sangat menambah gama menjadi kesal sekaligus khawatir.

Dengan langkah lebarnya Gama sudah berada di depan gerbang sekolahan yang sudah dalam keadaan terkunci. Jika seperti ini berarti sudah tidak ada murid dalam sekolahan kan?

Gama tidak tenang dengan itu bisa saja Sastra ketiduran di dalam sana dan satpam sekolahan tidak mengetahuinya. Melangkah ke samping sekolahan Gama mulai mencoba untuk naik dan akhirnya dia sudah sampai di dalam sekolahan.

Segera Gama melangkahkan kakinya mencari satu objek yang sekarang selalu berkeliaran di dalam kepalanya. Cahaya yang tidak terang dan minim membuat Gama harus ekstra menajamkan matanya.

Sudah beberapa menit berkeliling di sekolahannya, tetapi dia tidak melihat ada Sastra disini. Berarti gadis itu sudah keluar dari sekolahan.

Gama memilih untuk keluar dari sekolahan dan mencari Sastra di jalanan siapa tahu gadis itu akan berjalan untuk pulang.

"Arghh... Sial dimana lo Sastra?" gumam Gama frustasi saat melihat dijalanan tidak ada gadis yang dia cari.

Di sisi lain Sastra ternyata sedang dibonceng oleh seseorang yang tidak lain adalah Noah tetangga dari temannya Tamara. Setelah kejadian tadi Noah memberi tawaran untuk mengantarkan dirinya pulang dan Sastra lebih memilih untuk mengikuti Noah karena hari sudah malam meskipun mereka baru saja kenal, tetapi Sastra bisa merasakan jika laki-laki ini seseorang yang baik dan tidak macam-macam.

"Lo kok belum pulang sih jam segini?" tanya Noah sembari melihat kaca spion yang sekarang menampakkan wajah Sastra.

"Tadi aku nunggu seseorang," balas Sastra lirih, mengingat hal itu Sastra merasakan sakit kembali ketika harus dibohongi oleh Gama.

"Lah nunggu orang sampai jam segini gak datang orangnya ya?" tanya Noah lagi.

Sastra hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan dari laki-laki itu . Laki-laki ini sangatlah kepo sekali dengan dirinya.

"Oh ya kita belum kenalan kan? Nama gue Noah anak SMA sebelah, nama lo siapa? Sebenernya nih gue pernah dengar nama lo sih kalau gak salah Sastri atau Sastro atau siapa sih?"

Sastra yang mendengar itu langsung refleks memukul kepala laki-laki yang menggunakan helm itu dan Noah hanya dapat mengaduh kesakitan meski sebenarnya itu tidaklah terasa sakit sesungguhnya.

"Telinga kamu perlu diperiksa mana ada nama aku Sastri apalagi Sastro itu."

"Ya mana gue tahu,makanya gue tanya ini," ucap Noah.

"Nama aku Sastra ingat ya S A S T R A bukan Sastri apalagi Sastro."

"Oh iya...iya...Sastra ya? Ya gak usah dengan marah-marah dong orang juga tempatnya salah kan."

Sastra hanya cemberut mendengar ucapan dari Noah.

"Anak sastra ya?"

"Enggak."

"Terus kok namanya Sastra?"

"Ya emang kalau namannya Sastra harus banget gitu jadi anak sastra?" balas Sastra jutek.

"Ya ampun gadis ini galak bener deh,iya iya gak nanya lagi deh tau tau nanti gue habis dinyinyirin sama tuh mulut yang cemberut kayak bebek."

Sastra yang mendengar itu mengulum senyumnya jenaka.

"Eh itu senyum...senyum kenapa ya? Jangan-jangan lo suka lagi sama gue?"

"Dihh gak ada ya aku mah udah punya pacar yang ganteng gak kayak kamu," balas Sastra cepat.

"Percuma ganteng kalau bisanya nyakitin," sindir Noah.

Sastra langsung murung mendengar ucapan dari Noah."Udah kamu fokus aja sama jalanan aku pingin cepat pulang."

Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara Noah dan Sastra lagi dalam perjalanan, mereka berdua berada dalam pikirannya sendiri-sendiri.

Sastra yang memikirkan Gama sedang Noah yang memikirkan apakah dirinya tadi salah bicara terhadap gadis itu.

***

Gama langsung kembali ke rumah Sastra lagi setelah dia dari tadi mencari di jalanan yang biasanya dilewati Sastra saat berangkat dan pulang sekolah, tetapi tidak menemukan gadis itu.

Gama sangat berharap saat dia sampai di rumah Sastra nanti dia mendapati gadis itu sudah ada di rumah, Gama sungguh sangat khawatir dengan gadis itu.

Saat akan sampai di rumah Sastra, Gama melihat Sastra yang baru saja turun dari motor seorang laki-laki. Gama langsung menambah kecepatannya untuk melihat siapa laki-laki yang berani membonceng Sastra.

"Terima kasih ya udah antar aku pulang,lain kali aku akan balas jasa kamu ini," ucap Sastra kepada Noah.

"Jasa apaan gue gak jual jasa," balas Noah sedang Sastra yang mendengar jawaban dari Noah memutar bola matanya malas.

"Ya pokoknya sekali lagi terima kasih."

"Hm,gue balik dulu kalau gitu," pamit Noah dan diangguki kepala oleh Sastra, saat akan menjalankan motornya tiba-tiba saja ada motor yang menghadang jalannya. Noah membuka kaca helmnya dan melihat laki-laki yang kemarin sudah dua kali menghajar dirinya dan sialnya dia adalah pacar dari gadis yang baru saja dia antar.

Gama turun dari motornya dan mendekati Sastra,lagi-lagi dia harus melihat Sastra dengab laki-laki yang sama.

"Sastra lo dari mana aja gue cariin lo mana ponselnya gak aktif lagi, lo habis jalan sama dia," ucap Gama dengan ketus sembari menatap Noah tajam.

"Gama aku capek aku mau istirahat kita bicarakan ini besok aja ya," balas Sastra karena sungguh dia sedang tidak ingin harus berdebat lagi dengan Gama dan mengapa malah laki-laki itu yang marah kepada dirinya? Seharusnya yang marah disini itu Sastra bukan Gama.

"Lo tuh bikin gue khawatir kenapa malam-malam baru balik habis dari mana lo!"

"Hei tunggu dulu bisakan kita bicarakan ini baik-baik," ucap Noah untuk menengahi masalah ini, Noah hanya berfikir mengapa laki-laki ini sangat temperamen sekali.

"Gue gak bicara sama lo ya, lebih baik lo juga pergi dari sini sebelum gue hajar lo yang ketiga kali."

"Sebenarnya disini gue juga gak tahu apa salah gue sampai lo hajar gue dari kemarin, tapi ini tadi masalahnya lo kasar sama cewek lo, lo juga belum dengerin penjelasan dia kan."

Gama yang mendengar itu rasanya kupingnya sangat panas sekali dia mengepalkan tangannya mengapa laki-laki di depan ini seolah-olah sedang mencari perhatian Sastra dengan mencoba membela gadis itu. Gama tidak akan membiarkan ini terjadi.

"Gama apa kamu amnesia? Aku bisa pulang malam itu ya gara-gara kamu yang lagi-lagi bohong sama aku," ucap Sastra menatap Gama dengan tatapan yang sangat kecewa.

"Gue tahu gue salah tadi itu gue beneran lupa kalau gue suruh lo untuk pulang bareng sama gue," jelas Gama menatap lekat Sastra.

"Sastra akhirnya kamu pulang juga aku khawatir banget sama kamu," ucap Almira yang baru saja datang, saat di dalam rumah tadi dia mendengar suara dari luar dan Almira langsung melihat siapa tahu itu adalah Sastra dan ternyata benar jika Sastra sudah pulang bersama Gama dan satu irabg laki-laki yang tidak dia kenal.

Sastra hanya diam melihat Almira yang menatap dirinya dengan senyumannya.

"Sastra maafin aku gara-gara Gama tadi nemenin aku buat belajar jadi dia lupa sama kamu."

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang