D e t i k d u a p u l u h s e m b i l a n

327 21 0
                                    

Pagi ini Gama menghentikan motornya di rumah sakit yang sekarang sedang ditempati oleh Sastra dan Almira. Kedua gadis itu membuat Gama bingung harus melakukan apa sekarang. Tidak, ada pilihan yang mudah dan keduanya pun juga memiliki konsekuensi yang berbeda. Sebuket bunga telah dia bawa untuk seseorang dan sekarang Gama sudah berada dikoridor rumah sakit.

Hari ini adalah hari Sabtu dan yang jelas Gama sedang libur. Gama sudah tidak sabar untuk menemui gadis itu, gadis yang sudah menempati hatinya selama beberapa tahun ini.

Pertemuan pertama Gama dengan Sastra bukanlah waktu saat Gama menolong Sastra terjatuh saat akan berjalan menuju ke sekolahan, melainkan saat Gama melihat Sastra berasa di rumah sakit.

Gama keluar dari dalam ruangan inap bundanya. Baru saja dia tiba di sekolahan, tiba-tiba saja dirinya mendapati telepon dari pihak rumah sakit jiwa bahwa bundanya telah menyayat nadi tangannya sendiri.

Dengan perasaan sangat cemas dan kalut Gama langsung meninggalkan kelas dan membolos di hari itu untuk menemui bundanya yang sekarang berada di rumah sakit.

Dalam perjalanan Gama selalu mengutuk papanya sendiri yang sangat gegabah, menempatkan bundanya di rumah sakit jiwa. Ini bukan pertama kali bundanya mencoba bunuh diri, sudah beberapa kali bundanya masuk rumah sakit sejak bundanya itu berada di rumah sakit jiwa.

Gama sendiri sudah menolak jika bundanya itu dibawa di rumah sakit dan lebih baik dirawat di rumah sendiri, namun papanya lagi-lagi egois dengan tidak memikirkan hal itu.

Saat sudah sampai di rumah sakit, Gama langsung menuju ke resepsionis dan bertanya kepada penjaga disana. Gama langsung menuju ke ruangan bundanya saat sudah mendapati kamar inap dari bundanya itu.

Gama langsung membuka pintu di hadapannya dan melihat jika bundanya sekarang sedang tertidur pulas di atas ranjang dan terdapat seorang Dokter yang baru saja selesai menyuntikkan sesuatu di infus bundanya.

"Bagaimana keadaan Bunda saya Dok?" tanya Gama khawatir.

"Syukur tidak terjadi apa-apa. Untung saja pasien segera dibawa ke rumah sakit dengan cepat jika tidak, pasti pasien sudah kehilangan banyak darah."

Gama yang mendengar itu langsung mengucapkan puji syukur dalam hatinya dan tidak lupa mengucapkan terima kasih saat Dokter yang menangani bundanya izin untuk meninggalkan ruangan.

"Bunda pasti baik-baik saja, cepat sembuh Bun."

Setelah beberapa menit akhirnya Gama memilih keluar dari ruangan bundanya dan ingin pergi ke kantin.

Saat berada di koridor rumah sakit pandangan Gama tak sengaja melihat seorang gadis yang menggunakan pakaian rumah sakit dan terlihat jika gadis itu sangat pucat.

Gama melihat gadis itu yang hanya terdiam saja di taman sembari menatap tak tentu arah, hingga seorang anak kecil jatuh dihadapannya. Gama ingin menghampiri mereka, karena melihat gadis itu yang terlihat kesusahan saat akan beranjak dari duduknya.

Gadis tadi berusaha bangun dan pada akhirnya dia bisa bangkit dengan hati-hati dan menolong anak yang terjatuh dihadapannya. Gama dapat melihat jika gadis itu mulai menenangkan sang anak kecil yang menangis dan dapat dilihat senyuman yang indah terlihat dari bibir pucatnya itu. Dan Gama tanpa dirasa merasakan jantungnya yang berdebar dengan kencang. Sebenarnya ada apa ini?

***

"Tamara bilang apa Mom, jangan percaya sama dedemit itu. Lihat kan kemarin malam dia ninggalin Sastra sendirian," dengus Tamara saat mengingat kemarin jika dirinya setelah sampai dengan Tari di ruang inap Sastra, tidak melihat batang hidung dari Damian, sedangkan Sastra sedang tertidur pulas.

"Ya ampun Tamara, kamu ini masih dipikirin aja, kan kemarin Kak Mian datang lagi juga kan?" ucap Sastra sembari menatap Tamara yang terlihat masih kesal padahal kejadiannya sudah sejak kemarin.

"Iya anak ini... Huh, hanya mencari celah kesalahan dari Kakak kamu Sastra," ucap Tari sembari menyiapkan bubur yang baru saja dia beli tadi.

"Oh... Kalian ini sungguh menyebalkan. Dedemit itu awas aja ya kalau sampai nanti bakal aku bejek-bejek."

"Yakin mau bejek-bejek? Kemarin aja kayaknya ada yang tidur sampingan loh Sas bahkan kepalanya nyender satu sama lain di sofa," sindir Tari saat mengingat jika kemarin dia melihat Tamara dan Damian yang tertidur di sofa.

"Mimom! Apaan sih orang itu gak sengaja kok," sahut Tamara cepat. Tamara sendiri sekarang sudah sangat malu karena mamanya mengetahui hal itu kemarin, dia pikir mamanya itu tidak tahu dan tertidur pulas di sofa yang satunya.

"Oke... Oke gak sengaja ya kan Sas," ucap Tari sembari menaik-naikkan alisnya menatap Sastra. Sedangkan, Sastra langsung tertawa saat melihat raut wajah kesal Tamara saat sedang di goda oleh mamanya.

Pintu ruangan inap Sastra terbuka dan memperlihatkan seseorang laki-laki yang terlihat segar dengan penampilannya. Sastra langsung tersenyum melihatnya sedangkan Tamara hanya dapat memutar bola matanya malas melihat sang lelaki tadi.

***

"Nak Gama kamu kesini?"

Gama hanya mampu tersenyum sebagai jawaban tak lupa memberikan sebuket bunga dan buah tangan yang sudah dia bawakan tadi sebelum ke rumah sakit.

"Iya Tan. Oh iya, bagaimana keadaan Almira sekarang Tan?" tanya Gama sembari melihat keadaan Almira.

"Syukur kemarin malam sudah melewati masa kritisnya, tapi dari kemarin belum sadar dari tidurnya. Kata Dokter jika tidak nanti siang ya sore an Almira bangun," jelas Revan.

Gama hanya tersenyum tipis mendengar jawaban dari Revan. Gama mendengus dalam hatinya, seharusnya Gama sadar jika saat dirinya disuruh mampir ke rumah Sastra dan keduanya terlihat sangat membanggakan Almira dihadapannya yang padahal sudah jelas jika dirinya adalah pacar dari anaknya yang lain, ada sesuatu hal yang janggal. Dan ternyata memang Revanlah yang menginginkan jika dirinya bisa bersama dengan Almira. Namun, itu sungguh mustahil bagi Gama.

"Oh iya, Damian kemana Om?" tanya Gama untuk mengalihkan pembicaraan. Pasalnya sejak beberapa menit tadi dia tidak melihat laki-laki itu.

"Damian sedang di rumah mungkin nanti siang atau sore dia kemari. Dia sangat lelah karena kemarin sudah menjaga Almira hingga pagi ini tadi," ucap Revan berbohong.

Gama yang mendengar itu hanya dapat menganggukkan kepalanya dan berpikir lantas siapa yang menjaga Sastra? Gama sendiri yakin jika Tamara dan mama dari gadis itu pasti menjaga Sastra. Tetapi, kenapa Papa dan mamanya Sastra bahkan kakaknya memilih menjaga Almira semua dan tidak ada satupun yang menjaga Sastra? Bagaimana jika Tamara dan mama dari gadis itu tidak menjaga Sastra. Pasti Sastra akan kesepian dan kesusahan jika sendirian. Gama sangat kesal dengan keluarga ini, bagaimana bisa mereka begitu membedakan anak mereka.

Mengenai Sastra yang bukan anak kandung dari Revan. Gama sendiri sekarang sedang mencari tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi.

"Nak Gama tadi sudah sarapan belum, mari sarapan sama Om di kantin," ajak Revan dan hanya dapat diangguki kepala oleh Gama.

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang