D e t i k e m p a t

652 62 13
                                    

"Hai Gam kamu hari ini ada acara gak?" tanya seorang gadis kepada Gama yang saat ini mereka sedang berada di kantin sekolaha karena sehabis pelajaran olahraga, ya mereka ini satu kelas.

"Kenapa? Kayaknya sih enggak," balas Gama.

"Em boleh minta bantuan kamu nanti buat anterin aku ke toko buku," ujar gadis itu.

"Ya elah hari gini masih minta bantuan sama pacar orang situ ada harga diri enggak," sahut laki-laki disebelah Gama yang tidak lain adalah teman dari Gama.

"Eh... eh... gak boleh bicara kayak gitu Gun," sahut Reno kepada Guntur, mereka berdua ini memanglah teman Gama.

"Maaf tapi aku gak ada niatan kayak gitu," jawab gadis itu.

"Gini deh Ra lo pikir aja ya,lo punya pacar tapi pacar lo itu diajak jalan sama cewek lain perasaan lo gimana coba?" balas Guntur kepada gadis yang bernama Almira.

"Iya maaf sebelumnya tapi aku ajak Gama karena aku nanti mau minta bantuan dia buat pilihin buku yang bagus buat olimpiade aku nanti, itupun aku juga di suruh sama bu guru buat minta Gama temenin aku karena Gama yang dulu juga pernah ikut olimpiade ini."

"Kalau emang gak bisa gak papa kok,aku bisa nanti cari sendiri kalian tenang aja," imbuh gadis yang bernama lengkap Almira Carissa Rinjani.

"Gue bisa, nanti gue anterin," sahut Gama.

Kedua teman Gama pun langsung saling pandang terkejut dengan ucapan Gama tadi.

"Gam yang bener aja lo! Gila kali nih orang," sahut Reno kesal.

"Udahlah kalian itu kenapa sih sewot banget sama Almira, toh dia juga disuruh sama Bu guru kan bukan kemauannya sendiri," bela Gama karena merasa tidak tega Almira disudutkan oleh kedua temannya.

"Udahlah Ren kek gak tau Gama aja mungkin dia emang pengen PDKT sama Almira," balas Guntur santai sambil menekankan kata PDKT.

"Jaga omongan lo ya Gun," ucap Gama tak terima dikatakan oleh Guntur.

"Udah-udah kalian gak usah berantem cuma karena ini, Gam aku nanti pergi sendiri aja aku gak mau kamu ribut sama teman-teman kamu," sahut Almira.

"Enggak usah dengerin mereka gue nanti juga gak ada acara kok."

Merasa kesal dengan Gama, Guntur langsung pergi meninggalkan kantin.

"Eh Gun mau kemana lo?" ucap Reno melihat Guntur yang tiba-tiba saja pergi berlalu.

Reno pun lebih memilih mengikuti Guntur saja dari pada dia disekitar Gama dan Almira yang akan membuatnya merasa kesal.

"Maaf Gam gara-gara aku, kamu jadi berantem sama teman-teman kamu," ucap Almira tak enak hati.

"Gak usah lo pikirin, nanti gue tunggu lo di parkiran," setelah mengucapkan itu Gama juga ikut berlalu untuk segera ganti pakain.

***

"Udahlah Sas gak usah dipikirin mau Gama marah atau enggak, lo itu gak usah pikirin!"

"Aku cuma takut nanti Gama tahu terus dia nanti pukulin Noah tetangga kamu itu."

"Kamu juga tahu sendiri kan Gama itu orangnya kayak gimana," imbuh Sastra.

"Gue juga bingung sebenernya sama cowok lo itu dia itu cinta sama lo apa enggak, lo gak boleh deket-deket sama cowok lain tapi dianya sendiri malah jadi tukang selingkuh," ujar Tamara dengan wajah kesal.

Saat ini keduanya sedang berada di perpusatakaan sekolah untuk mengerjakan tugas kelompok karena guru mereka sedang berhalangan hadir.

Sastra hanya terdiam tak tahu harus menjawab, dirinya sendiri pun tidak tahu dengan perasaan Gama sekarang terhadap dirinya.

"Udah deh gak ada benefit juga mikirin tentang Gama," sela Tamara karena merasa bersalah saat melihat wajah Sastra yang tadi terlihat sangat sedih akan ucapannya.

"Oh ya Mimom mau ketemu sama lo, nanti mampir dulu ya ke rumah," ajak Tamara.

Mimom ini adalah sebutan untuk  mamanya Tamara, Keluarga Tamara memang adalah keluarga kedua bagi Sastra disana Sastra bisa mendapat kasih sayang dari sebuah keluarga tidak seperti di rumahnya.

"Oke aku juga udah kangen sama Mimom," balas Sastra sembari tertawa.

"Nah gitu dong ketawa,cantik buanget sih anaknya Mimom satu ini," ujar Tamara sembari mencubit pipi Sastra gemas.

***

Sastra dan Tamara berjalan beriringan bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, Sastra pun sudah meminta izin kepada Damian untuk pergi ke rumah Tamara dan seperti biasa hanya jawaban ketus yang Sastra dapatkan dari kakaknya itu.

Tamara sedang mengambil motor metiknya di parkiran dan Sastra hanya menunggu di belakang, saat mengalihkan pandangannya tanpa sengaja Sastra melihat Gama yang sedang memegang tangan seorang gadis untuk naik ke atas motornya.

Melihat hal itu Sastra langsung teringat saat dulu dia awal-awal berdekatan dengan Gama.

Sastra terlihat bingung saat akan menaiki motor dihadapannya ini karena terlalu tinggi untuk dirinya yang pendek. Sedang lelaki yang tidak lain adalah Gama mengernyitkan dahinya saat dia tak kunjung merasa jika gadis yang akan dia bonceng sudah duduk di belakangnya.

Gama menoleh ke samping dan melihat Sastra yang mengigit kukunya bingung, melihat hal itu dia tertawa kecil. Apakah sesusah itu hanya untuk naik motor?

"Kenapa?" tanya Gama.

"Eh... aku... ini motornya aku gak bisa naik kalau gak ada pegangan," balas Sastra.

"Yah kalau mau pegang tangan gue mah bilang aja," goda Gama.

Mendengar hal itu pipi Sastra terasa panas, dia malu.

"Enggak kok, bukan itu maksud aku," sahut Sastra dengan menggelengkan kepala cepat.

"Gue cuma bercanda kali, sini pegang tangan gue."

Gama mengulurkan tangannya dan Sastra dengan kaku menerima uluran tangan tersebut dan mencoba naik ke motor.

"Nah udah bisa kan," ujar Gama sembari memperhatikan Sastra dari spion motor.

"Iya, terima kasih,"  balas Sastra.

Sastra mengernyitkan dahinya karena Gama tidak segera menjalankan motornya.

"Kok gak jalan? Ada yang ketinggalan?" tanya Sastra.

"Iya ada yang ketinggalan," sahutnya.

"Apa? Aku turun lagi ya supaya kamu ambil barang ketinggalan itu."

"Emang gue bilang yang ketinggalan itu barang?" balas Gama.

"Kalau bukan barang lalu apa?" tanya Sastra pelan.

Dengan perlahan Gama mengambil kedua tangan Sastra dan meletakkan di depan perutnya.

"Ini yang ketinggalan kalau gak peluk gini nanti di jalan bisa jatuh lo."

Sastra yang mendengar itu langsung tidak dapat menyembunyikan senyumnya yang secerah matahari. Dirinya merasa bahagia saat itu.

"Iya udah," balasnya.

"Sastra awas," ucap Tamara saat melihat Sastra yang hampir tertabrak siswa lain.

"Jangan di tengah jalan dong!" teriak siswa laki-laki itu.

"Ya sorry orang gak tahu juga," balas Tamara.

"Hei kok lo ngelamun sih mikiran apa?" ucap Tamara  di samping Sastra.

"Eh, maaf tadi aku cuma kepikiran sedikit," balas Sastra sembari menatap ke arah depannya dan ternyata sudah tidak ada lagi Gama dengan gadis itu.

"Kepikiran apa sih?"

"Enggak ada kok, ayo kita segera ke rumah kamu pasti Mimom sekarang udah nungguin," sahut Sastra.

"Yaudah ayo naik sini," ajak Tamara.

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang