e x t r a p a r t I I

531 23 0
                                    

Semenjak lima tahun ini Sastra hidup di negara orang. Dia tidak ingin kembali ke negaranya sendiri. Dia masih merasa trauma dan takut dengan kejadian di masa lalunya. Sastra sendiri baru bisa bangun setelah dinyatakan lima bulan koma di rumah sakit.

Sastra pikir dirinya tidak akan bangun untuk melihat dunia ini lagi. Tetapi, dia tidak ingin menjadi pengecut dengan meninggalkan orang-orang yang masih menyayanginya seperti Noah yang selama ini menunggu dirinya.

Sastra sedikit teringat setiap lelaki itu datang dia selalu membisikkan kata-kata yang seolah menjadi penyemangatnya untuk bisa kembali lagi.

Noah juga mendukung dirinya untuk menjadi seorang desainer hingga dirinya bisa membuka butik sendiri sekarang dengan nama "Sasi's Collection"

Pria itu sungguh baik. Memberikan dunianya untuk Sastra. Tetapi, mengapa hati Sastra tidak bisa menerima sentuhan halus itu dari Noah? Dan mengapa hingga sekarang dia masih mengingat satu nama saja. Apakah orang itu bahagia sekarang? Atau sudah punya keluarga kecil dengan orang itu?

"Hei ngelamunin apa hayo!" tegur Noah saat masuk ke dalam mobil.

"Ah... Enggak kok. Oh iya kamu mau ajak aku kemana sih?" tanya Sastra bingung karena tadi pagi sekali Noah membangunkannya untuk segera bersiap.

"Pergi kencan lah," jawab Noah sembari terkekeh.

"Ck... Noah jangan mulai deh. Terus Tasya gimana?"

"Tenang aja anak itu udah aku titipin sama Mrs. Lala pasti tahu lah kalau Ibu dan Ayahnya mau kencan dulu."

Sastra yang mendengar itu hanya tertawa kecil. Tidak biasanya gadis kecil itu mau di tinggal sendirian entah apa yang dikatakan Noah kepadanya hingga Tasya mau untuk ditinggal.

"Udah siap?"

"Iya."

***

Tamara menatap orang yang berada di depannya ini. Pria ini nampak gugup seperti orang yang berkencan saja.

"Biasa aja kalik," ucapnya.

Setelah kemarin dia terjatuh karena lemas belum makan malah membawa keberuntungan dengan Tamara mau mengatakan dimana keberadaan dari Sastra. Dan dengan segera Damian langsung mengambil penerbangan ke Singapura. Ternyata selama ini adiknya berada di negara orang lain. Pantas saja dia sangat susah ditemukan.

"Hm... Sorry gue agak gugup. Gue gak sanggup melihat Sastra nanti. Rasanya gue gagal jadi Kakak buat dia."

Tamara yang mendengar itu hanya terdiam. Sebenarnya Tamara juga kasihan dengan Damian. Setelah kepergian Sastra, Damian jadi tidak fokus dengan pendidikannya dan mulai keteteran dalam membagi waktunya untuk pendidikan dan mencari Sastra.

Tamara langsung berdiri saat melihat Sastra dan Noah baru saja tiba di sebuah cafe. Damian yang melihat Tamara berdiri dan melambaikan tangannya berarti menandakan jika Sastra adiknya sudah datang. Damian masih duduk membelakangi Sastra yang mungkin sedang berjalan kemari.

"Hai Tamara. Tumben kamu main kesini. Kenapa gak bilang dulu. Kamu juga gak mampir ke butik aku," ujar Sastra cepat.

"Oh maaf gue gak ada waktu Sas. Baru kali ini ada libur."

Damian masih mendengarkan pembicaraan mereka dalam diam. Sastra memiliki butik? Damian ingat jika dulu Sastra ingin sekali menjadi seorang desainer dan memiliki butik sendiri. Dan sekarang Sastra mampu mewujudkannya.

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang