Hari ini Sastra dan Noah akan menghabiskan waktu bersama. Karena hari ini minggu, Noah memaksa Sastra untuk mau ikut dengannya. Noah akan mengajak Sastra untuk berjalan-jalan sebagai hari untuk merayakan hubungan mereka dan Sastra menyetujui itu.
"Waduh cantik banget nih pacar aku," seru Noah sembari memberikan helm kepada Sastra.
"Halah gombalan anak SMP itu," dengus Sastra geli.
"Yah Mbak pacar ini gimana sih, dipuji malah bilang gombal. Orang Mbak pacar ini memang cantik banget kok," sahut Noah.
"Ya... Ya... Ya... Terserah Mas pacar. Oh iya mau kemana kita ini Mas pacar?" tanya Sastra.
"Kita mau pergi ke suatu tempat yang penting ada kamunya," balas Noah. Memang Noah sudah mengganti panggilannya dari lo, gue menjadi aku, kamu karena Noah ingin menjadi pacar yang romantis katanya.
"Oke Mbak pacar ngikut aja deh."
"Oh iya hari ini lebih baik ponsel kita matikan deh supaya gak ada yang ganggu gimana? Mbak pacar setuju kan?"
"Iya Mas pacar!"
Mereka berdua pun tertawa bersama dan motor Noah sudah melaju meninggalkan rumah Sastra. Selama perjalanan pun mereka sibuk dengan pembicaraan meraka bahkan mereka berdua tidak ada topik pembicaraan yang dapat memberhentikan keseruan mereka.
***
"Bunda saya kenapa Sus?" tanya Gama syok karena baru saja dia bangun tidur dan selesai mandi dirinya mendapatkan panggilan dari suster yang menelpon dirinya.
"Anu... Mas Ibu masuk rumah sakit. Dan sekarang sedang ditangani Dokter di dalam. Tolong Mas segera kesini ya. Saya takut Mas," sahut suster itu dengan nada khawatir.
Gama langsung mengatakan jika dirinya akan segera pergi kesana dan meminta untuk selalu mengabari dirinya mengenai apa yang terjadi dengan dengan bundanya nanti.
"Pa... Bunda masuk rumah sakit," ucap Gama saat melewati ruang makan dan melihat jika Sandi sedang menghabiskan makanan.
"Nanti biayanya Papa transfer yang penting kamu tetap ada dalam aturan Papa," balas Sandi yang masih sibuk dengan IPad di tangannya.
Gama yang mendengar itu langsung mengepalkan tangannya dia memang tidak berdaya di hadapan papanya karena semua yang ada di rumah ini dan yang membiayai semuanya adalah milik papanya. Tidak ingin memikirkan apapun lagi Gama langsung pergi meninggalkan Sandi. Sedangkan, lelaki paruh baya itu hanya menatap kepergian Gama melalui sudut matanya.
"Gimana keadaan Bunda saya?" tanya Gama kepada suster yang merawat bundanya saat sudah sampai di depan IGD yang menangani bundaya. Entah apa yang terjadi hingga bundanya harus dibawa ke IGD.
"Mas Gama... Dokter belum keluar sejak tadi Mas " balas suster itu.
Gama langsung mengusap wajahnya gusar, pikirannya sangat kalut sekarang. Dalam hatinya dia selalu berdoa agar bundanya tidak mengalami hal yang buruk.
Selang beberapa menit pintu IGD terbuka dan seorang Dokter keluar dari dalam ruangan itu.
"Permisi, apakah ada keluarga dari pasien?" ucap Dokter itu dan dengan segera Gama langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri sang Dokter.
"Bagaimana keadaan Bunda saya Dok."
"Pasien mengalami serangan jantung dan kamu sudah berusaha untuk mempertahankan pasien. Dan saat sadar tadi pasien mencari keluarganya. Mungkin Anda bisa masuk ke dalam dan bertemu dulu dengan Bunda Anda."
Dengan segera Gama langsung masuk ke dalam ruangan itu dan melihat jika bundanya terbaring lemah di ranjang dengan mata yang terpejam.
"Bunda," panggil Gama sembari memegang tangan yang terlihat sangat lemah itu.
"Gama," ucap Melati dengan lemah.
"Iya, Bunda. Gama ada disini. Bunda tenang aja ya Bunda bakalan segera sembuh oke?"
"Gama kamu harus hidup bahagia ya Nak. Bunda sangat menyangimu. Bunda tidak tahu dengan Gama yang akhir-akhir ini seperti berbeda. Gama juga gak bercerita dengan Bunda---"
"Bunda jangan banyak ngomong dulu. Bunda harus istirahat ya?" potong Gama cepat.
"Bunda ingin istirahat lama setelah ini Gama. Bunda... Hanya ingin melihat kamu untuk terakhir kalinya."
Gama yang mendengar itu langsung terisak dalam tangisnya. Dia tidak tahu mengapa bundanya berbicara seolah-olah mereka tidak akan bertemu kembali.
"Bunda ini bicara apa sih? Ha? Bunda pasti sembuh dan bisa kembali pulang. Bunda jangan pergi siapa yang akan rawat taman bunga Bunda? Bunda tahu sendiri kan kalau aku gak suka untuk menyirami bunga Bunda itu."
"Iya... Bunda ingat. Hahaha... Kamu sangat benci kalau Bunda suruh."
"Gama setelah ini, Gama harus hidup bahagia ya? Sayang sekali Bunda belum bisa melihat gadis yang telah membuatmu jatuh cinta. Tetapi, Bunda yakin jika gadis itu adalah gadis yang sangat.... Baik. Bisa buat anak Bunda jatuh cinta."
"Bunda jangan ngomong apapun lagi hiks... Gama mohon Bun... Bunda gak bakal kemana-mana."
"Gama kamu jangan mau jadi budak Papa kamu. Kamu berhak bebas dari kekangannya. Setalah ini kamu harus hidup sesuai dengan keinginanmu. Kamu tidak akan terbebani dengan adanya Bunda."
"Bunda bukan beban untuk Gama! Bunda tahu kan kalau Gama sangat mencintai Bunda."
"Gama tetap bertahan ya? Dan ajak Sastra nanti ketemu Bunda."
"Iya Bunda. Gama bakal ajak Sastra, tapi Bunda harus sembuh dulu ya."
"Emm... Bunda mau tidur dulu."
Gama menangis kencang saat tangan Melati melepas genggamannya. Tangan putih itu sudah terkulai lemas dan Gama sudah berteriak bahkan mengguncang badan dari bundanya tetapi tidak mendapati pergerakan dari bundanya.
Laki-laki itu langsung keluar dan berteriak kencang memanggil Dokter untuk segera membantu bundanya. Dokter dan beberapa perawat langsung masuk ke dalam ruangan dan langsung mencoba membuat jantung bundanya berdetak lagi.
Namun, seolah Melati seolah tidak ingin bangun wanita cantik itu tetapi bersikukuh untuk tertidur. Gama langsung merasakan dunianya hancur saat sang Dokter menjelaskan jika Melati sudah kembali ke rumah Tuhan. Dan tubuh Melati sudah ditutupi dengan kain putih hingga kepalanya.
Rasanya baru kemarin Gama bercanda ria dengan Bundanya dan Melati terlihat sehat-sehat saja, tidak ada tanda-tanda kesakitan. Namun, mengapa hari ini begitu buruk dan bundanya malah pergi meninggalkan dirinya selama-lamanya.
Kepada siapa lagi Gama bertahan hidup. Jika orang-orang yang disayanginya sudah pergi meninggalkan dirinya sendirian.
Sastra aku butuh kamu sekarang. Aku butuh kamu disampingku.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Sastra (completed)
Художественная прозаFOLLOW SEBELUM MEMBACA VOTE DAN KOMEN SETELAHNYA Sastra Arumi tidak mengetahui mengapa kedua orang tuanya yang dulu begitu menyanyangi dan mencintainya tiba-tiba saja berubah saat seseorang datang di tengah-tengah kehidupan mereka. Tidak cukup kasi...