D e t i k e m p a t p u l u h

332 27 0
                                    

Sastra tahu keputusannya sekarang ini adalah suatu kesalahan. Terjebak satu mobil dengan orang yang seharusnya dia hindari. Tetapi, Sastra tidak memiliki pilihan lain lagi. Jika, Sastra tidak menerima tadi maka pasti dirinya akan terlambat datang ke sekolah.

"Gama nanti habis pulang sekolah kita jadikan, jalan?" ucap Almira diantara keheningan mereka. Sastra sendiri sekarang jelas duduk di bangku belakang dan menyaksikan bagaimana sepasang kekasih ini.

"Hm," balas Gama pendek. Gama sendiri merasakan jantungnya berdetak dengan kencang. Dia tadi sebenarnya juga ingin memberi tumpangan kepada Sastra waktu gadis itu berjalan di jalanan, namun ia urungkan karena takut akan membuat hatinya menjadi bimbang. Tetapi, dengan tekat kuat ternyata Almira lah yang meminta dirinya untuk memberikan tumpangan kepada Sastra.

"Sastra kenapa kamu diam aja, ngomong dong," ucap Almira sembari terkekeh seolah-olah ingin mencairkan suasana. Tetapi, dalam hati Almira bersorak saat melihat raut wajah Sastra yang terlihat lesu.

"Eee... Kenapa Ra. Aku gak tahu mau ngomong apa," balas Sastra.

"Kamu gak lagi marah kan? Satu mobil sama mantan kamu?" tanya Almira sembari sedikit menekankan kata mantan.

"Hah? Tentu enggak Ra. Malah aku sangat berterima kasih sama kalian karena sudah mau memberikan aku tumpangan, kalau tidak pasti aku bakalan terlambat. Sekali lagi terima kasih ya," ucap Sastra sembari menyunggingkan senyum dan mencoba menguatkan hatinya.

Gama sendiri hanya terdiam di tempatnya, sesekali Gama akan mencuri pandang menatap Sastra di belakang. Apakah gadis itu baik-baik saja? Setelah putus dari dirinya, ternyataa Sastra baik-baik saja. Apakah karena dia sudah punya seseorang baru? Memikirkan hal itu membuat Gama sedikit merasa terusik.

Sedangkan, Almira sendiri juga melihat mendapati jika sesekali Gama menatap ke arah Sastra. Gadis itu merasa kesal.

Saat sudah sampai di sekolahan. Dengan segera Sastra akan keluar. Tetapi, saat pintu akan terbuka ternyata masih terkunci pintu mobilnya. Sehingga, membuat Sastra urung dari tempatnya. Dan menunggu sepasang kekasih di depannya itu.

"Gama boleh minta tolong buat lepasin seatbelt aku," pinta Almira kepada Gama. Gama sendiri hanya menyetujui saja.

Sastra yang melihat mereka merasakan sesak di dadanya. Almira dan Gama begitu dekat. Apakah perasaan ini masih sama untuk Gama. Tetapi, kenapa melupakan Gama sesusah ini?

***

"Hayo! Ngelamun mulu lo. Oh ya nih gue bawain oleh-oleh dari Thailand. Habisnya kemarin gue ajak lo gak mau, padahal seru tahu Sas," ucap Tamara saat sudah duduk di samping Sastra.

"Kamu kan tahu Tam. Aku juga pingin ikut kok, cuma gak mau repotin aja. Hehehe," balas Sastra.

"Lagi deh ngomong gitu. Oh iya, aku juga boleh nitip ini buat Damian gak?" tanya Tamara hati-hati.

Sastra mengernyit heran dan curiga sepertinya teman dan kakaknya ini memiliki sebuah hubungan. Pasalnya mereka terlihat sangat dekat sekarang.

"Kenapa gak dikasih langsung? Nanti dipaketin kan Kak Damian lagi di Yogya."

"Oh iya gue lupa! Damian kan sekarang di Yogyakarta. Huft... Ngomong-ngomong Kakak lo pintar juga ya Sas."

"Iya semoga bisa nular deh," balas Sasyra terkekeh.

"Oh iya Sas. Kemarin Noah chat gue dia tanya kenapa lo gak balas pesannya, kasihan tahu Sas kalau kamu gantungin dia."

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang