D e t i k s a t u

1.7K 102 18
                                    

Gadis itu berlarian dengan langkah kaki kecilnya. Tidak, ini hari pertamanya dia bisa sekolah, dimana dia bisa melihat kehidupan diluar bagaimana. Bukan hanya di kurung bak rapunzel di dalam kerajaan.

Saat akan berbelok gadis itu tanpa sengaja kakinya tersandung dan alhasil dia terjatuh, hanya suara ringisan yang terdengar dari gadis itu.

Siku kakinya berdarah terkena gesekan dengan jalan aspal kedua matanya sudah mulai berkaca-kaca. Inilah yang paling gadis itu benci dia ini sangatlah lemah bisakah dia tidak menjadi gadis yang lemah? Hanya hal sekecil ini pun dia harus menangis?

"Kenapa lo?" terdengar suara dari depan gadis itu, ternyata seorang laki-laki jangkung yang berdiri dihadapannya. Untuk sekejap gadis itu melupakan rasa sakit di sikunya karena paras tampan yang dimiliki laki-laki itu.

"Hei? Ditanya malah bengong," ucapnya lagi.

Gadis itu terlihat bingung dia harus menjawab seperti apa? Ini pertama kalinya dia berinteraksi dengan orang diluaran, selama ini dia hanya berada di dalam kamar yang mungkin sudah menyembunyikannya dari dunia.

Gadis itu masih terdiam di tempatnya dengan bibir yang sudah membuka ingin menjawab pertanyaan laki-laki tadi.

"Siku lo berdarah," ujar laki-laki tadi dan langsung berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan sang gadis untuk sesaat gadis itu menahan nafasnya.

Gadis itu hanya terdiam melihat apa yang dilakukan laki-laki di depannya ini. Laki-laki itu membersihkan lukanya dengan air dan memberika nnya dengan hansaplast.

"Udah siap, gak usah nangis cuma gara-gara luka kecil, lo ini udah besar."

Gadis tadi hanya menatap laki-laki itu dengan tatapan polosnya.

"Ck... lo orang mana sih gue belom pernah lihat lo?"

"Lo bisu?"

"Bukan... aku... aku mau ke sekolah," jawabnya.

"Nah tuh bisa ngomong, sekolah dimana sini biar gue anterin gak baik cewek polos kayak lo jalan sendirian, nanti lo diculik om-om diiming-imingi permen mau lo."

Akhirnya sang gadis hanya mengangguk dan mengikuti sang lelaki menuju ke motor besarnya dan mereka berdua sudah melesat menuju ke sekolahan yang dituju.

Apakah yang gadis itu lakukan tadi benar? Dengan menerima bantuan dari seseorang yang bahkan belum ada lima menit mereka berkenalan, tetapi mengapa gadis itu merasa bahwa di dekat laki-laki ini dia merasa terlindungi? Dan untuk pertama kalinya gadis itu merasakan dadanya ingin meledak. Kenapa ini? Apakah penyakitnya kambuh lagi? Dan seolah semesta sedang mendukung keduanya ternyata lelaki yang membantunya tadi satu sekolahan dengan dirinya.

***

"Woi lo kenapa disini ayo masuk udah bel nih," pekik seseorang dari arah belakang seorang gadis yang terduduk di taman belakang sekolahnya.

Gadis itu yang baru saja membayangkan kejadian enam bulan yang lalu langsung tersentak dan menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis yang berdiri menatapnya dengan tajam dan jangan lupakan tangan gadis itu yang berkacak pinggang.

Gadis itu tersenyum dan mendekati gadis tadi yang tidak lain adalah temannya itu.

"Kenapa?"

"Kenapa lo bilang? Udah gue cariin satu sekolahan tapi gak nemu lo, gue khawatir tahu!"

"Aku baik-baik aja, gak usah khawatir," tenang gadis itu kepada temannya.

"Gak usah munafik dengan bilang baik-baik aja setelah laki-laki brengsek itu lukai lo lagi!" jawab teman gadis itu dengan menggebu-gebu.

"Tamara jangan teriak-teriak nanti sakit tenggorokannya," balas gadis itu dengan terkekeh.

"Udah deh gue beneran kesel sama lo. Selalu aja lo itu diam aja saat cowok lo itu buat ulah. Kenapa sih lo mau sama tuh bocah brengsek,anji-"

"Hei gak usah mengumpat hanya hal kecil."

Tamara yang mendengar itu hanya menghela nafasnya lelah, entah terbuat dari apa hati sahabatnya ini.

"Ayo balik ke kelas, sini gue gandeng tangan lo," ucap Tamara pelan sembari mengulurkan tangannya.

"Ya ayo..." jawab Sastra dan menerima uluran tangan sahabatnya itu.

Memang gadis yang baru saja membayangkan awal pertemuannya dengan lelaki yang menurutnya adalah sosok pelindung untuknya dulu.

Untuk beberapa awal waktu memang gadis itu merasa terlindungi oleh sang laki-laki tadi, bagaimana cara laki-laki itu mengajari bersikap di dunia luar dan mengajaknya jalan untuk mengetahui beberapa hal yang belum pernah dia ketahui.

Gadis itu terlena dengan perasaan hangat yang selalu ditawari olehnya hingga sebuah perasaan muncul dalam hatinya, dia sudah sangat menjatuhkan hatinya kepada sang laki-laki tadi.

Hingga sampai suatu ketika laki-laki tadi mengutarakan perasaannya kepada dirinya dan mereka berdua pun menjalin sebuah hubungan.

Gadis itu merasa senang karena setelah ini dia mendapati seorang yang dapat melindunginya hingga gadis itu merasa bergantung dengan kekasihnya karena hanya dia yang selalu ada untuknya. Untuk sesaat gadis itu merasa bahagia karena ada orang yang ternyata menginginkan dirinya berada di dunia ini.

Tapi apakah memang akan seperti ini terus jalannya? Ternyata sosok yang dia kagumi dan jadikan pelindung malah sosok itu sendiri yang sekarang sering menyakiti dirinya.

Berhenti atau berjalan, gadis itu belum menemukan jawaban yang pasti. Hatinya menolak tetapi pikirannya selalu menyuruh sang gadis untuk berhenti.

"Lo harus dengerin gue, putusin laki-laki brengsek itu atau gue marah sama lo!"

Gadis itu langsung menoleh ke arah temannya. Oh tidak, ternyata temannya sedari tadi masih memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya. Temannya itu terlalu menyanyangi dirinya. Gadis itu merasa sangat beruntung.

"Pura-pura budek lagi lo! Gue udah bilang jutaan kali putusin lakik brengsek itu, SASTRA ARUMI!

"Iya nanti kalau aku udah lelah."

"Tapi lo gak pernah lelah Sas!" dan gadis itu hanya bisa tersenyum.

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang