Gama merasakan hal yang sangat mengganjal di hatinya. Setelah berbicara dengan Revan tadi dan dirinya juga sudah mengambil keputusan membuat Gama berfikir jika keputusannya itu sangat salah. Tetapi, keputusan yang dia ambil adalah untuk kedua wanita yang sangat dia cintai di dunia ini. Bundanya yang tidak perlu lagi berada di rumah sakit jiwa dan Sastra yang akan kembali mendapatkan sebuah kasih sayang dari orang tua nya.
Menghela nafasnya lelah, Gama beranjak dari duduknya dan akan meninggal rumah sakit. Untuk saat ini lebih baik dirinya tidak menemui Sastra karena hatinya juga tidak kuat melihat Sastra yang lagi-lagi akan dia lukai nantinya karena keputusan yang dia ambil.
"Gue mau bicara sama lo!" ucap Tamara yang menghalangi langkah Gama.
"Sorry... Gue gak ada waktu."
"Gue juga ogah ya ngomong sama lo! Tapi, ini demi kebaikan dari sahabat gue yang udah lo rusak hatinya! Lo pikir gue gak tahu kalau lo mau putusin Sastra dan akan berpacaran dengan Almira?"
"Oh apa jangan-jangan tadi lo makan sama Papanya Sastra untuk meminta restu darinya langsung supaya Papanya Sastra mau menyetujui hubungan lo sama Almira!"
"Lo gak tahu apa-apa jadi lebih baik diem," desis Gama.
"Gue gak tahu apa-apa? Jelas gue tahu. Gue tahu banget cowo brengsek kayak lo ini. Udah berapa kali gue ngomong sama Sastra buat putusin lo duluan tapi apa dia punya beribu alasan untuk mempertahankan lo. Tetapi, apa ini balasan lo untuk Sastra? Ha!"
"Jawab jangan diem aja!" ucap Tamara lagi saat melihat Gama yang terdiam di tempatnya.
"Gue udah gak cinta sama Sastra."
Plakk
"Laki-laki bajingan lo Gama! Gue gak habis pikir sama jalan pikiran lo. Akhirnya keputusan gue untuk buat Sastra putus sama lo itu adalah jalan yang benar. Oke berbahagialah lo sama jalang lo itu dan jangan harap lo bisa kembali dengan Sastra."
Setelah mengucapkan itu Tamara langsung pergi meninggalkan Gama yang masih memegangi pipinya yang merah akibat tamparan kuar dari Tamara. Gama hanya berharap semoga ke depannya dia dapat melihat Sastra bahagia.
***
Tamara membuka pintu ruang inap Sastra. Gadis itu melihat Sastra yang sedang tertawa bersama dengan Damian dan mamanya. Tamara mengusap air mata yang tiba-tiba saja keluar dari matanya. Apakah secepat ini kebahagiaan Sastra akan hilang? Disaat gadis itu sudah mendapati perhatian lagi dari kakaknya, sekarang dia tahu bahwa Sastra akan kembali kehilangan. Kehilangan orang yang dia sayang.
Kehidupan apa yang sedang dijalani sahabatnya ini Tuhan? Tamara tidak bisa melihat Sastra kembali terluka dari orang yang dia sayangi lagi.
"Tamara ngapain kamu disitu? Sini kamu harus dengerin Kak Mian yang tadi digangguin sama banci waktu beli nasi padang," ucap Sastra saat mendapati Tamara sedang berdiam diri berdiri di pintu ruangannya.
Tamara terkesiap dari pemikirannya dan dirinya langsung mengusap air matanya cepat dan menghampiri mereka yang sekarang berada di dekat ranjang Sastra.
"Kamu nangis Tam? Kenapa? Ada yang gangguin kamu tadi di kantin ya? Kalau iya bilang aja sama Kak Mian biar di kasih pelajaran orangnya," ucap Sastra saat melihat mata Tamara yang berkaca-kaca sedangkan Damian hanya dapat menganggukkan kepala setuju dengan Sastra.
"Ehm... Enggak kok Sas. Tadi kelilipan aja. Ada yang bersih-bersih kaca tadi tapi malah debunya masuk ke mataku," ucap Tamara berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Sastra (completed)
Fiction généraleFOLLOW SEBELUM MEMBACA VOTE DAN KOMEN SETELAHNYA Sastra Arumi tidak mengetahui mengapa kedua orang tuanya yang dulu begitu menyanyangi dan mencintainya tiba-tiba saja berubah saat seseorang datang di tengah-tengah kehidupan mereka. Tidak cukup kasi...