D e t i k d e l a p a n b e l a s

367 34 0
                                    

Tamara masih cemas dengan keadaan Sastra sekarang dirinya bahkan tidak bisa fokus dengan guru yang sekarang sedang mengajar di depan kelas.

Ingin sekali Tamara segera pulang, tetapi dia masih harus menunggu lima jam lagi untuk bel pulang akan berbunyi dan itu pasti sangatlah lama.

Lebih baik tadi dia tidak mendengarkan mamanya saja dari pada dia tetap datang ke sekolah, tetapi pikirannya tidak tenang dan selalu mengkhawatirkan keadaan dari sahabatnya.

"Apa Gama sudah tahu kalau Sastra di rumah sakit? Nanti gue datengin Gama aja deh siapa tahu nanti dia mau ikut gue bareng ke rumah sakit, sebenernya malas banget gue harus berurusan dengan Gama, tapi mau gimana lagi kalau Sastra udah cinta banget sama Gama dan semoga nanti dengan datangnya Gama membuat Sastra lebih senang," gumam Tamara sendiri.

Hingga pukul sudah menunjukkan 10 tepat bel istirahat sudah berbunyi dan Tamara langsung melangkahkan kakinya menuju ke kelas Gama.

Saat akan sampai di depan kelas Gama dia dapat melihat jika Gama sedang berada di depan kelasnya bersama dengan kedua temannya itu.

"Gama lo sudah tahu keadaan Sastra sekarang?" tanya Tamara langsung tanpa basa-basi.

"Kenapa sama Sastra?" Melihat Gama yang malah bertanya balik menyimpulkan jika laki-laki ini tidak tahu kondisi dari kekasihnya itu.

"Sastra masuk rumah sakit pagi tadi dan gue cuma mau kasih tahu itu, semoga lo nanti mau jenguk dia siapa tahu dengan kehadiran lo maka Sastra bisa lebih baik lagi," setelah mengatakan itu Tamara langsung pergi meninggalkan Gama dan kedua temannya tanpa mendengarkan kedua teman Gama yang memanggil-manggil dirinya untuk dimintai kejelasan dari yang Tamara ucapkan tadi.

Gama yang mendengarkan itu merasa terkejut dan cemas, bukankah kemarin Sastra baik-baik saja? Apa memang Gama sendiri yang lalai saat mengajak Sastra jalan-jalan tanpa memperhatikan kondisinya saat itu dan Gama sendiri juga baru menyadari jika Almira tidak datang ke sekolah, apa dia juga sedang menemani Sastra di rumah sakit?

Tidak ingin memikirkan lagi Gama langsung pergi dari kelasnya dan menuju ke parkiran dia ingin segera tahu kondisi Sastra, sebelum itu dia harus tanya dulu kepada Tamara dimana rumah sakit yang Sastra tempati sekarang.

"Woi mau kemana lo Gama?" tanya Reno saat melihat Gama yang sudah berlarian menjauh.

"Ren gue bingung deh sama Gama, lihat deh dia tadi khawatir banget kan sama Sastra? Tapi kenapa dia selalu memperlakukan Sastra dengan seenaknya sampai nyakitin gadis itu," gumam Guntur heran.

"Gue juga gak tau Gun, ini tuh konsepnya Gama gimana, dia masih cinta sama Sastra atau gak?"

Guntur hanya mengangkat bahunya sebagai tanda jika dia tidak mengerti juga.

***

Tamara dengan langkah lebarnya menyusuri koridor rumah sakit, akhirnya dia sudah pulang sejak tiga puluh menit yang lalu dan sekarang dia akan menuju ke ruangannya Sastra setelah bertanya kepada mamanya tadi melalui pesan yang dia kirim dari ponselnya.

Saat sampai di depan pintu yang merupakan ruangannya Sastra, Tamara langsung membuka pintunya dan melihat jika Sastra sekarang sudang disuapi mamanya buah.

"Astaga Sastra lo kenapa? Dan ini kenapa wajah lo lebam-lebam ha?" tanya Tamara hampir berteriak karena melihat luka dari sahabatnya itu.

"Nah itu yang sudah Mimom tanyakan dari tadi sama Sastra, tapi anak ini tidak mau menjawab dengan jujur. Mana ada kalau jatuh dari tangga wajahnya bisa lebam semua gitu?" tanya Tari heran.

"Sastra lo jangan bohong, apa lo dipukuli sama Papa lo atau Damian brengsek itu?" tanya Tamara pelan.

"Enggak kok aku beneran tadi jatuh dari tangga kepleset dan tadi jatuhnya wajah aku duluan di lantai jadi ya kayak gini deh," ucap Sastra sembari terkekeh kecil sedang Tamara dan mamanya saling berpandangan dan dapat Tamara lihat jika mamanya sekarang sedang menggelengkan kepalanya tanda tidak percaya.

"Tapi---"

"Tamara tolong nyalain televisinya ya? Aku mau nonton," potong Sastra cepat karena dia tidak ingin ditanyai lagi tentang lukanya ini. Melihat Sastra yang terlihat tidak ingin mengatakan kejadian yang sebenarnya membuat Tamara akhirnya mengalah saja dan mengambil remot untuk menyalakan televisi di depan mereka.

"Mom nanti aku boleh pulang?" tanya Sastra setelah beberapa menit mereka terdiam.

"Belum sayang kamu harus di rawat beberapa hari disini untuk melihat kondisi jantung kamu lagi," jelas Tari.

Sastra langsung menghembuskan nafasnya lelah.

"Mom apa tadi Papa sama Mama datang kesini saat Sastra belum bangun?" tanya Sastra pelan sembari menunggu jawaban penuh harap jika memang tadi kedua orang tuanya datang dan menunggu dirinya.

"Ehm, tadi yang bawa kamu kesini Bi Mirna sama Pak ujang dan Bi Mirna tadi yang menghubungi Tamara memberi tahu kabar kamu, tapi sampai sekarang Papa dan Mama kamu belum datang, mereka kemana Sastra?"

Sastra yang mendengarkan ucapan dari Tari menguatkan hatinya karena dia sudah tahu pasti jawaban itu yang akan keluar dari Tari.

"Sastra tidak tahu Mom, maaf buat kalian jadi kerepotan gara-gara aku, lebih baik Mimom sama Tamara pulang aj. Nanti aku bisa hubungi Bi Mirna untuk jagain aku disini," ucap Sastra menatap Tamara dan Tari.

"Biar Mimom coba lagi  yang hubungi Revan sama Nita dia harus tahu kondisi anaknya sekarang, tapi tidak ada balasan dari mereka sebenarnya kemana mereka itu?" dengus Tari kesal.

Sastra hanya bergeming sembari menatap ke arah televisi kosong.

"Sastra lo  jangan khawatir biar gue sama Mimom yang disini, kita disini itu ingin jagain lo dan ingat gak ada kata merepotkan untuk membantu lo," ucap Tamara menenangkan Sastra.

Sastra yang mendengarkan itu merasa terharu dia mendapatkan kasih sayang dari orang luar bahkan tidak ada darah yang sama mengalir dalam tubuh mereka.

"Benar yang dikatakan Tamara sayang. Kamu ini juga anak Mimom lo, jadi gak ada yang merepotkan sama sekali disini," sahut Tari sembari mengelus puncak kepala Sastra dengan halus.

Sastra yang sudah tidak dapat menahan tangis disudut matanya akhirnya dia meluruhkan air matanya juga.

"Jangan nangis Sastra kita semua ada buat lo," ucap Tamara sembari mengusap air mata Sastra dan memeluk sahabatnya itu dengan hati-hati.

Saat memeluk Sastra, Tamara bisa merasakan betapa hancurnya dirinya itu, Tamara pun ikut menitikkan air matanya dan tambah memeluk erat Sastra menyalurkan kehangatan dan perlindungan bahwa dia akan selalu bersama dengan sahabatnya ini meskipun semua orang di dunia ini menjauhinya.

Tamara melonggarkan pelukannya dan mengusap air matanya juga dengan Sastra.

"Sastra tadi Gama kesini kan? Tadi lo tahu gak Gama itu tadi bolos kelas saat gue bilang lo berada di rumah sakit," ucap Tamara.

"Hah Gama? Tapi dari tadi gak ada orang sama sekali yang datang kesini Tam."

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang