D e t i k e m p a t p u lu h s a t u

321 23 0
                                    

Almira merasa senang hatinya hari ini karena Gama beneran mau dia ajak untuk pergi keluar berdua. Karena biasanya mereka keluar berdua hanya saat Revan menyuruh saja.

"Ayo Gam kita main ke mall yuk kita nonton, gimana mau gak?" usul Almira saat berada di parkiran dan dirinya sudah duduk di dalam mobil Gama.

"Hm... Itu jauh. Mending kita ke cafe aja. Lo mau gak? Kalau gak mau gue gak bisa. Habis ini gue mau ketemu sama Bunda gue."

Almira yang mendengar itu langsung mendengus kesal. Mengapa Gama sangat dingin kepadanya? Apakah Selama dengan Sastra, Gama juga seperti ini atau malah sebaliknya?

"Ah... Iya aku mau kok kita makan disana aja. Nontonnya kapan-kapan aja."

Mobil Gama pun melesat dari parkiran dan menuju ke cafe yang dekat dengan sekolahan mereka.

Seolah takdir sangat mendukung saat Almira dibantu keluar oleh Gama tadi. Dia melihat Sastra bersama dengan seorang cowok yang Almira ingat jika cowok itu adalah cowok yang waktu itu mengantar Sastra. Apakah mereka memiliki hubungan?

Almira mengajak Gama untuk mendekati mereka dan Gama mau tidak mau hanya mengikuti saja. Padahal dalam hatinya Gama sudah merasa sesak saat melihat Sastra yang tersenyum dengan seorang cowok yang Gama kenali, tapi entah siapa namanya.

Gama mendekati keduanya sembari mendorong kursi roda Almira. Saat akan sampai di meja mereka. Dapat Gama dengar bahwa Sastra baru saja mengatakan jika akan memberi kesempatan dalam hubungan mereka? Apakah mereka sedang meresmikan hubungan? Tangan Gama meremas pegangan tangan di kursi roda Almira.

Apakah Sastra sudah melupakannya? Secepat ini? Atau memang Gama yang tidak menyadari jika mereka berdua sudah tidak memiliki hubungan sudah empat bulan dan mereka tidak pernah saling sapa. Jadi, apakah selama itu Sastra sudah melupakannya. Tetapi, mengapa hati Gama masih tertuju untuk Sastra saja dan tidak bisa berpindah kepada Almira? Padahal mereka setiap hari selalu bertemu.

"Wah ada pasangan baru nih," seru Almira. Gadis itu merasa senang saat melihat Sastra yang baru saja meresmikan hubungannya dengan cowok di depannya. Jadi, Gama sudah tidak akan bisa memikirkan Sastra lagi dan mencoba untuk mencintai dirinya.

Sedangkan, Sastra langsung melunturkan senyumnya saat melihat Almira dan Gama berada disana. Mengapa dunia mejadi kecil seperti ini. Mengapa juga Sastra harus bertemu dengan Gama disaat situasi seperti ini.

"Sastra mau rayain dong hubungan kamu sama cowok itu. Boleh gak aku sama Gama gabung sama kalian?"

***

"Jadi, bagaimana kalian bisa kenal? Dan sejak kapan kalian menjadi dekat. Bukankah kamu yang waktu itu ngantar Sastra ya?" ucap Almira dengan semangat seolah ingin mengulik semuanya dan mengetahui apa yang tidak dia ketahui.

Noah sendiri hanya mendengus kesal. Entah berasal dari mana sepasang kekasih ini dan yang dapat Noah kenali jika lelaki yang bersama dengan gadis itu adalah orang yang kerap memukulinya dan yang paling penting adalah mantan pacar dari Sastra.

Noah melihat sampingnya yang sekarang Sastra hanya terdiam dan menunduk sembari mengaduk es yang baru saja diantar pelayan.

"Eh... Kepo banget sih lo," sahut Noah kepada Almira. Sedangkan, Almira yang mendengar itu langsung melunturkan senyumnya.

"Kasar banget sih, cuma tanya kok," dengus Almira sedangkan Noah hanya berdiam diri masa bodoh.

Makanan yang mereka pesan akhirnya datang dan mereka makan dalam keadaan hening. Itu sungguh membuat Noah merasa kesal. Niatnya ingin berduaan dengan Sastra malah diganggu oleh sepasang kekasih ini. Noah hanya dapat menggerutu kesal.

"Sastra lo mau ini gak, sini piring lo gue kasih ini udang enak banget loh ada kejunya lo harus coba. Ini enak banget loh," ucap Noah untuk mencairkan suasana. Pasalnya sedari tadi mereka berempat hanya terdiam saja.

"Sastra alergi udang," ucap Gama refleks.

Semua yang berada disana langsung menghentikan makan mereka. Dan menatap Gama yang sekarang sedang menatap Sastra.

"Sorry... Tapi Sastra setahu gue alergi udang," ucap Gama saat pandangan mereka tertuju kepadanya.

"Oh... Gue gak tahu, makasih bro untung lo ingetin gue makanan apa yang jadi alergi buat cewek gue," ucap Noah sembari menekankan kata cewek.

Gama yang mendengar itu mengepalkan tangan dibawah meja. Jadi, benar cowok ini punya hubungan dengan Sastra. Apakah Sastra benar-benar sudah melupakannya. Tetapi, bukankah ini malah baik Sastra mungkin akan memiliki masa depan dengan cowok ini daripada dengan dirinya. Gama merasa tercekat dengan pemikirannya. Memang benar, pasti Gama juga tidak akan menang dari cowok yang ada di hadapannya ini. Gama harap semoga cowok ini bisa membahagiakan Sastra bukan seperti dirinya yang hanya dapat memberikan rasa sakit untuk Sastra.

"Kenapa malah jadi awkard gini sih. Hahaha... Kalian santai aja kali bisakan? Oh ya... Hei kamu, kamu kan tahu kalau Gama ini mantan pacar dari Sastra pasti dia tahu dong makanan apa yang buat alergi Sastra dan makanan apa kesukaaannya iya kan?" seru Almira untuk mencairkan suasana. Padahal dalam hatinya sungguh sudah sangat terbakar saat mendengar Gama yang begitu perhatian mengenai makanan apa yang buat alergi untuk Sastra.

"Wah begitu ya? Perhatian bangett... Ngomonh-ngomong pacar lo ini tahu gak makanan yang buat lo alergi atau makanan yang lo suka deh," sahut Noah santai.

Almira yang mendengar itu merasa tersudut. Cowok ini sungguh sangat mengesalkan. Bagaimana bisa Sastra bertemu dengan cowok ini.

"Tentu dong... Kita udah pacaran selama empat bulan jadi kita udah saling mengenal satu sama lain," balas Almira tak mau kalah.

"Bagus deh... Tapi, setelah ini kayaknya lo harus nasihatin cowok lo buat gak ikut campur dengan urusan orang ya? Em... Mungkin biar lebih urusin lo aja gitu."

"Noah," tegur Sastra sembari memegang tangan cowok itu. Sastra merasa tidak enak dengan Gama saat Noah mengatakan hal itu.

Noah sendiri hanya terdiam. Dia dapat melihat jika Sastra masih menyimpan perasaan dengan mantan pacarnya ini. Bahkan, cowok yang sering memukulinya ini juga masih terlihat memiliki rasa dengan Sastra. Lantas mengapa mereka harus memutuskan hubungan? Ada apa yang membuat mereka berakhir juga?

Apakah Noah harus memiliki hubungan dengan Sastra yang masih terbayang dengan masa lalunya? Tetapi, bukankah Sastra tadi juga berkata jika dirinya akan berusaha. Jadi, bolehkah jika Noah egois untuk tetap mempertahankan Sastra disaat hati gadis itu masih dimiliki oleh masa lalunya. Atau Noah harus mundur saja dan mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan mereka harus memutuskan hubungan. Padahal dengan memutuskan hubungan itu membuat mereka saling melukai satu sama lain. Ataukah ini juga ada campur tangan dari gadis yang ada di depannya ini?

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang