D e t i k t u j u h

503 44 26
                                    

Noah meringis karena sentuhan tangan Tamara yang tidak ada lembut-lembutnya sama sekali saat membersihkan sudut bibirnya yang lagi-lagi dipukul oleh laki-laki gila yang tidak dikenalinya tadi.

"Bisa pelan-pelan gak sih,jadi cewek kok gak ada lembut-lembutnya banget...awh---"

Dengan sengaja Tamara menekan sedikit luka dari Noah.

"Udah dibantuin malah ngomel mulu bisa diam gak!"

"Kalo kayak gini caranya gue malah tambah sakit gak sembuh Tam!"

"Udah nih lo obatin sendiri dan sana cepet pulang," sahut Tamara.

"Lo gak denger tadi yang dibilang temen lo suruh obatin gue,ha?"

Tamara hanya diam saja kemudian gadis itu menyenderkan badannya ke kursi sembari memikirkan tentang Sastra yang sekarang sedang bersama Gama,Tamara hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi apapun dengan sahabatnya itu.

"Woi diajak bicara malah diem bae."

"Apaan sih Noah,udah sana lo pulang," balas Tamara dengan raut wajah yang kesal.

"Hei gue mau tanya tadi laki-laki itu saha? Gue udah jadi korban dia kedua kalinya nih wajah ganteng gue jadi korbannya," gerutu Noah.

"Hilih wijih ginting," ejek Tamara dengan membuat-buat suaranya seperti orang jijik.

"Gue beneran tanya nih dia tadi siapa kok kasar banget sama temen lo?"

"Pacarnya---"

"Ha? Pacar ? Lo  bilang dia gak punya pacar."

"Heh bisa dengerin gue dulu gak jangan asal bacot dulu," sahut Tamara dengan memutar bola matanya malas.

"Jadi dia tuh pacarnya si Sastra,tapi ya laki-laki itu brengsek banget jadi cowok! Gue aja nih udah gedek ama dia tapi ya gatau deh Sastra ini cinta banget sama cowoknya itu."

"Kok gitu? Emang kenapa sama cowoknya---"

Ucapan Noah terhenti saat Tamara dengan sengaja menarik tanganya untuk bangkit dari kursi rumah gadis itu.

"Denger ya Noah? Jangan kepo jadi orang,itu juga bukan urusan lo udah sana gue mau masuk ke rumah mau telpon Sastra sekarang lagi dibawa kemana sama cowok stres itu."

Belum mengucapkan sepatah kata pun Noah sudah ditinggalkan oleh Tamara.

"Aneh tuh orang," ucap Noah dan berlalu pergi dari rumah Tamara.

***

Sastra mematikan ponselnya setelah berbicara kepada sang penelpon yang tidak lain adalah Tamara,ternyata setelah pulang dari rumah Tamara tadi gadis itu menelpon dirinya berkali-kali.

Melihat kembali ponselnya ternyata tidak ada kabar dari Gama.Sastra menghela nafasnya lelah,Gama sangat tidak mudah dimengerti terkadang menyayangi dan terkadang juga dia yang menyakiti.

Tidak mau berpikir lagi Sastra meletakkan ponselnya di nakas dan akan segera tidur agar hari ini cepat berlalu dan berganti esok.

Pintu kamar Sastra terketuk dari luar,siapakah malam-malam seperti ini yang mendatangi kamarnya? Jika orang tua Sastra,sungguh Sastra tidak ingin membuka pintu itu.Bukan karena dia ingin menjadi anak durhaka,tetapi dirinya beneran lelah jika harus berdebat dengan mereka.

Pintu masih terketuk dari luar dan Sastra mau tidak mau harus membukanya.Saat membuka pintu Sastra hanya terdiam melihat siapa yang mendatangi kamarnya.

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang