e x t r a p a r t I V

615 19 0
                                    

Almira dan Nita sekarang tinggal di sebuah kontrakan. Setelah lima tahun ini Almira juga sudah bisa berjalan. Almira mulai menjalani kehidupannya seperti dia bersama dengan ayah dan ibunya dulu. Almira merasa sangat menyesal dengan semua yang terjadi dalam kehidupannya. Andai saja dia bisa memutar waktu dia tidak ingin membuat Sastra menjadi hancur. Padahal, ayah dan ibu Sastra, mereka begitu sangat baik dan mencintai dirinya.

Revan mengalami kebangkrutan karena kejahatan yang dia lakukan diketahui oleh semua rekan kerjanya dan membuat mereka sekarang menjadi jatuh miskin. Nita sendiri sekarang hanya dapat berjualan roti buatannya dan Almira bekerja di sebuah toko bunga.

"Ma aku berangkat dulu ya," pamit Almira kepada Nita. Sedangkan, Nita hanya menganggukkan kepalanya. Akhir-akhir ini Nita merasakan sakit kepala dan badannya sangat lemas.

"Mama kenapa? Apa sakit lagi? Kita ke Dokter ya?" ucap Almira menatap Nita cemas.

"Enggak usah. Mama gakpapa. Kita kan gak ada uang lebih baik uang ditabung dan buat bayar kontrakan," balas Nita lirih.

"Mama tapi gakpapa kan kalau aku tinggal?" tanya Almira.

"Iya gakpapa. Tapi, kalau kamu kerja nanti dan ketemu sama Sastra ajak dia kesini ya? Mama mau minta maaf sama dia."

Pasti. Setiap Almira berangkat pergi ke toko bunga pasti Nita selalu mengatakan hal ini. Almira mejadi membenci dirinya yang membuatnya menjadi pengacau segalanya.

"Iya pasti. Nanti Almira cari Sastra juga. Almira juga ingin minta maaf sama Sastra."

Setelah itu Almira langsung berangkat ke toko bunga. Dan setelah sampai Almira segera membersihkan toko itu.

Beberapa menit kemudian, datang seorang pelanggan dan Almira langsung menyambut sang pembeli.

"Selamat datang di Vica Flowers ada yang bisa saya bantu?" ucap Almira ramah kepada sang pembeli yang sedang memilih bunga mawar putih.

"Saya ingin sebuket mawar putih," ucapnya.

Almira tersentak saat mendengar suara itu. Itu adalah suara dari Gama. Lelaki yang dulu dan mungkin hingga sekarang masih berada di hatinya. Gama sendiri masih terfokus dengan jajaran bunga di depannya dan tidak melihat jika Almira sekarang berada di depannya.

"Ah... Saya mau bunganya yang segar dan tahan lama apakah bisa---"

Ucapan Gama terpotong saat melihat siapa yang berada di depannya ini. Almira. Gadis itu sudah bisa berjalan sekarang. Setelah lima tahun baru kali ini Gama melihat Almira kembali, atau memang dia tidak ingin menemui gadis ini kembali?

"Gama," ucap Almira lirih.

Gama masih bergeming ditempatnya. Dan setelah itu Gama lebih memilih segera pergi dari toko itu dan akan mencari toko bunga yang lain.

"Gama tunggu, aku mau ngomong sama kamu sebentar saja."

Gama melepas pegangan tangan dari Almira. Meskipun begitu Almira juga orang yang berada dikejadian naas Sastra dan dia tidak mencegah Sastra diperlakukan bejat oleh orang suruhan papanya.

"Ada apa?"

"Gama apa kamu tahu dimana Sastra sekarang?"

"Untuk apa lo cari dia? Mau bikin dia hancur lagi?" Almira yang mendengar itu langsung mengeleng-gelengkan kepalanya cepat.

"Tidak Gam. Aku ingin bertemu dengannya dan meminta maaf kepadanya. Mamaku juga sekarang sakit dan dia setiap hari selalu mengharapkan jika aku bisa bertemu dengan Sastra dan membawanya untuk bertemu dengan Mama."

"Sebelum lo seperti ini seharusnya lo mikir waktu itu. Disaat Sastra sangat ketakutan karena orang suruhan Papa lo. Tapi, lo malah diam aja kan!"

"Iya Gam. Aku salah dan aku sangat menyadari kebodohanku. Aku udah buta waktu itu dengan kemarahanku sendiri. Kamu lebih milih Sastra dari pada aku begitu juga dengan Kak Mian yang lebih milih Sastra. Hal itu buat aku jadi buta dan ingin melampiaskan pada Sastra."

Gama hanya menatap Almira dalam diam. Sesungguhnya, dia enggan berbicara dengan Almira. Tetapi, melihat Almira sekarang sepertinya gadis ini memang benar-benar ingin meminta maaf kepada Sastra.

"Baik akan gue kasih tahu Sastra nanti."

"Jadi kamu sudah tahu dimana Sastra sekarang?" tanya Almira senang.

"Hampir. Hari ini gue mau ke Singapura dia ada disana. Tapi, gue gak bisa izinin lo ketemu sama Sastra sebelum dia menyetujuinya. Jadi, sekarang mending lo bikin surat buat Sastra dan nanti bakal gue sampein ke dia."

Almira langsung tersenyum senang dan dia segera menulis surat itu. Setidaknya, Sastra harus melihat permintaan maafnya dan juga mamanya.

***

Sastra mengerjapkan matanya dan dia melihat kesekelilingnya dan mendapati jika dirinya sekarang berada di ruangan putih yang entah dimana. Sastra memegang kepalanya yang sakit. Dia langsung mencoba bangkit dari duduknya.

"Eh hati-hati Sastra," ucap Noah.

"Noah... Eh apa tadi itu beneran Gama yang kecelakaan? Atau aku cuma mimpi aja?"

Noah terdiam saat mendengar ucapan dari Sastra yang terlihat khawatir. Mungkin inilah alasan mengapa selama ini dia ditolak oleh gadis ini karena dia masih mencintai orang yang sama.

"Benar tadi dia Gama."

"Apa! Terus sekarang dia bagaimana keadaannya?"

"Dia lagi ditangani Dokter sekarang. Dan dia butuh donor darah, tapi sekarang lo tenang dulu. Kakak kamu udah donorin darahnya untuk Gama. Untung saja darah mereka cocok."

"Aku mau lihat Gama."

"Jangan dulu. Lebih baik kamu istirahat dulu Sas. Lagipula Dokter juga masih di dalam menangani Gama."

Akhirnya mau tidak mau Sastra lebih menurut saja. Sastra mengusap air matanya yang turun dia sangat khawatir dengan Gama. Mengapa laki-laki itu bisa sampai disini. Apakah dia sudah menemukan dirinya dan ingin menemuinya?

"Hei kenapa nangis? Tenang aja pasti Gama sembuh kok. Secara kan dia kuat apalagi kalau ketemu aku kayaknya bawaannya dia pingin mukul aku terus," ucap Noah untuk membuat Sastra agar tidak merasa cemas.

"Noah aku tidak tahu lagi. Sepertinya memang hatiku hanya bisa diisi olehnya. Perasaan ini sungguh membuatku sakit aku khawatir dengannya Noah. Dan aku masih... Mencintainya."

"Kalau gitu kamu harus kembali dengannya Sas. Balik pada cintamu."

"Tapi aku takut kalau saja Gama masih bersama dengan Almira dan dia juga udah gak cinta lagi sama aku secara kita sudah berpisah selama lima tahun."

"Hapus pikiranmu itu Sas. Yang aku tahu Gama sangat mencintaimu bahkan dia rela melakukan apapun untukmu. Kamu tahu Gama berpacaran dengan Almira dan memutuskan hubungannya denganmu itu bukan karena dia udah gak cinta. Tapi, dia lakuin itu buat kamu bisa diterima oleh keluargamu lagi. Dia berpikir kamu sangat mencintai Papa dan Mamamu sehingga Gama mau melakukan itu dengan dia harus berpacaran dengan Almira."

"Apa! Apakah itu benar? Kenapa kamu baru ngomong ini sama aku Noah?"

"Maaf aku baru berani bicara ini. Karna aku pikir kamu akan bisa lupain Gama tetapi ternyata tidak. Cinta kalian tetap utuh meskipun jarak memisahkan. Bahkan rintangan apapun dalam hubungan kalian. Dan kali ini aku benar-benar takjub. Sastra kembalilah dengan Gama. Dia masih sangat mencintaimu."

***

TBC ( ・3・)

TINGGAL SATU PART LAGI 😆

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang