D e t i k t i g a p u l u h t u j u h

288 21 0
                                    

Sudah dua bulan berlalu dan Sastra begitu juga Gama menjalani kehidupan mereka masing-masing. Hubungan Gama dengan Almira juga hanya berjalan sesuai formalitas bagi Gama. Begitu juga dengan Sastra yang akhir-akhir ini sering bersama dengan Noah. Bukan karena keinginan Sastra, tetapi disaat dia sedang bermain bersama dengan Tamara. Tiba-tiba saja pasti Noah akan datang dan pada akhirnya mereka bertiga menghabiskan waktu bersama.

Selama dua bulan ini juga Sastra berusaha untuk menguatkan hatinya. Karena setiap di rumah pasti Sastra akan dapat menjumpai Gama disaat laki-laki itu sedang bersama dengan Almira. Sudah dua bulan Sastra melihat itu, tetapi rasa sesak di dadanya masih terasa. Dan rasanya Sastra masih belum bisa menghapus rasa cinta yang dia miliki untuk Gama.

Sastra sendiri juga terkejut saat kemarin, tiba-tiba saja Noah menyatakan perasaannya kepadanya. Sastra tidak pernah berfikir jika Noah memiliki perasaan kepadanya. Karena selama ini dia hanya menganggap Noah sebagai seorang teman dan tidak lebih. Tetapi, Tamara atau bahkan Damian kakaknya seolah selalu mendekatkan keduanya. Sastra sendiri tidak ingin melukai Noah jika dirinya harus menerima Noah disaat pikiran dan hatinya masih diisi oleh Gama.

"Udahlah Sas. Kalo kata aku nih, terima aja si Noah. Dia cinta sama lo banget tahu. Buat lo juga bisa cepet move on dari Gama itu dan kalau kalian pacaran bawa aja tuh Noah ke rumah juga siapa tahu nanti ketemu sama Gama juga dan dia jadi tahu kalo lo memang udah melupakan dirinya," usul Tamara. Saat ini keduanya berasa di dalam kamar Tamara.

Semester akhir sudah selesai dan mereka juga sudah selesai menyelesaikan ujian akhir sekolah. Dan sudah dinyatakan jika mereka naik ke kelas 12 .

"Aku gak bisa Tam. Itu sama saja aku jadi bohongi Noah. Kamu tahu kan Noah itu orangnya baik dan selama ini dia memperlakukan aku dengan penuh perhatian. Aku gak mau kalau buat hatinya sakit nantinya," balas Sastra.

"Ya mau gimana lagi Sas. Kalau lo gak mau coba hubungan baru pasti pikiran lo akan stuck dengan Gama terus menerus."

Sastra hanya diam. Dia sebenarnya juga menyetujui hal itu. Sastra sendiri juga lelah harus makan hati setiap melihat kedekatan Gama dengan Almira.

"Yaudah deh gak usah dipikirin banget. Nanti juga pasti nemu jalannya sendiri," sahut Tamara.

"Tamara kamu ada hubungan sama Kak Mian ya?". tanya Sastra langsung.

Diberi pertanyaan seperti itu membuat Tamara langsung gelagapan. Memang akhir-akhir ini dia jadi sering dekat dengan Damian karena ingin merencanakan untuk membuat Sastra dan Noah menjadi dekat. Dan kedekatannya saat bersama dengan Damian juga membuat Tamara menjadi merasakan hal yang berbeda. Namun, gadis itu selalu menyangkalnya.

"Enggak kok kata siapa, aku sama Damian itu musuh ya!" elak Tamara dan sekarang gadis itu seolah sibuk dengan ipad nya.

"Tapi aku lihat di kamar Kak Mian ada foto kamu."

"Apa!!!"

***

Almira mendorong kursi rodanya ke arah dapur, gadis itu ingin mengambil sebotol minuman dingin. Sudah selama dua bulan ini dia selalu melakukan cek up mengenai keadaan kakinya dan sampai sekarang belum ada perubahan. Almira sungguh takut jika dia akan lumpuh seumur hidup dan Dokter yang menanganinya itu membohongi dirinya dengan mengatakan bahwa dia pasti bisa sembuh dan dapat berjalan lagi.

Hubungannya sendiri dengan Gama masih hampa-hampa saja. Bahkan Almira seolah yang mendominasi dalam hubungan itu dan Gama hanya menurutinya saja. Tetapi, Almira tidak akan menyerah untuk mendapatkan cinta dari laki-laki yang sudah dia sukai sejak lama.

Bahkan saat kemarin dia selesai olimpiade pun Gama hanya mengucapkan selamat atas keberhasilannya dan setelahnya laki-laki itu pulang tanpa mengajak dirinya untuk sekadar keluar bersama menghabiskan waktu bersama.

"Kak Mian. Kakak udah pulang?" tanya Almira senang saat melihat kakaknya. Almira juga merasakan hubungannya dengan Damian terasa renggang juga.

"Hm."

"Aku ada salah ya Kak. Selama ini aku merasa Kakak menjauhi aku," ucap Almira menatap Damian yang sekarang sedang menuangkan minuman di gelasnya sendiri.

Damian langsung menatap ke arah Almira. "Almira kalau lo mau dengerin gue. Lebih baik lo udahin semua ini. Berhenti manfaatin Papa dan Mama dengan keinginan lo yang gak banget itu."

"Aku manfaatin apa sih Kak? Kalau aku minta sama Papa dan Mama itu kan wajar karena dari kecil aju gak tumbuh bersama mereka."

"Tapi, gak dengan lo merebut Gama dari Sastra. Apa lo melihat jika Sastra begitu terluka. Tapi, gue bersyukur karena Sastra udah mau gak mikirin kalian berdua."

"Kak Gama itu sekarang udah gak cinta sama Sastra jadi wajar aja kalau aku pacaran sama dia kan? Gama pasti sekarang udah cinta sama aku," elak Almira.

"Cinta? Lo yakin itu cinta? Atau cuma rasa terpaksa karena keadaan atau mungkin juga rasa kasihan sama lo."

"Cukup Kak. Kakak udah lukain perasaan aku. Aku ini adik Kakak dan kita sedarah. Tapi, mengapa Kakak lebih memihak dengan Sastra yang bukan adik Kakak."

"Apa kalau kita sayang dengan seseorang harus sedarah. Almira gue kasih tahu sama lo sebelum lo menyesal. Udahin semua ini gue juga sayang sama lo sebagai adik gue, tapi gue gak bisa mendukung dengan lo yang sedang manfaatin keadaan ini."

Setelah mengatakan itu Damian meninggalkan Almira yang masih bergeming di tempatnya dengan tatapan yang tajam. Almira langsung membanting gelas yang berada di tangannya hingga pecah. Lagi-lagi Sastra. Sebenarnya sihir apa yang ada dalam diri gadis itu.

Bertepatan dengan gelas yang pecah tadi Sastra baru saja akan menaiki tangga. Melihat Sastra, Almira memiliki rencana. Dia harus buat Sastra diusir dari rumah ini karena sudah merebut orang -orang yang seharusnya berada di dekatnya.

"Sastra," panggil Almira sembari menatap Sastra dari jendela yang ada di dapur dan gadis itu sedang menghentikan langkahnya dari undakan tangga.

"Tolong bantuin aku Sas," ucap Almira lagi dan Almira berseru senang saat Sastra mendekati dirinya. Almira melihat Sastra di depannya gadis itu terlihat baik-baik saja. Bahkan saat Gama sekarang bukan menjadi miliknya, Sastra masih bisa tersenyum di depan Almira. Almira mulai membenci senyum itu. Seharusnya Sastra itu tidak bisa tersenyum.

"Kenapa Ra?"

"Tolongin aku tadi aku mau minum tapi gak sengaja jatuhin gelas ke lantai."

"Ya ampun, kenapa kamu gak minta sama Bi Mirna sih. Sebentar biar aku ambil belingnya dulu biar gak keinjak."

"Eh jangan Sas aku takut kamu terluka. Biarin aja."

"Gakpapa kok. Kamu diam aja disitu."

Almira menunduk melihat Sastra yang sedang memunguti gelas beling di lantai. Almira masih bingung ingin merencanakan apa dan membuat Sastra akan terusir dari rumah ini.

Almira dapat mendengar suara Revan dan Nita dia langsung memiliki sebuah rencana yang ada dalam kepalanya.

"Awhh!!!" teriak Almira kencang. Dia sengaja menggoreskan beling yang tadi masih berada di tangannya dan darah langsung menetes dari sana.

"Ada apa Almira?" tanya Sastra khawatir.

"Ada apa ini?" ucap Revan yang baru saja tiba di dapur diikuti dengan Nita dibelakangnya.

"Kamu apakan anak aku Sastra!"

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang