D e t i k t i g a p u l u h l i m a

313 23 0
                                    

Pagi ini Gama sudah menghentikan mobilnya di depan rumah minimalis. Gama turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah tersebut. Perasaan Gama sebenarnya sudah tidak enak karena harus datang sepagi ini ke rumah Sastra. Ya... Dia akan menjemput seseorang disana.

"Nak Gama kamu sudah datang. Mari masuk kita semua lagi sarapan," ucap Nita saat melihat sosok Gama.

Sedangkan Almira dan Sastra yang sedang sibuk makan pun langsung mengalihkan pandangannya dari piring dan menatap ke arah Gama. Sastra sendiri langsung menyunggingkan senyumnya saat melihat Gama.

Sastra berfikir apakah Gama datang kemari untuk menjemput dirinya? Dan laki-laki ini akan meminta maaf karena sudah lama tidak menjumpai dirinya. Perasaan Sastra langsung membuncah hanya dengan pikirannya yang tentu belum jelas itu.

"Selamat pagi Om dan Tante," ucap Gama sopan sembari mendekati mereka di meja makan.

"Pagi Gama, mari kita sarapan bersama. Tante Nita sudah masak banyak khusus untuk kamu pagi ini," sahut Revan sembari terkekeh.

Sastra langsung menatap ke arah kedua orang tuanya dia merasa senang saat kedua orang tuanya menyukai Gama. Apakah mereka juga sudah menyetujui hubungannya dengan Gama dan tidak akan mencampuri hubungannya dengan Gama?

"Terima kasih Om dan Tante," balas Gama yang masih menyunggingkan senyumnya. Sastra langsung menarik kursi disampingnya untuk memberi tempat kepada Gama saat akan melangkah mendekati mereka. Tetapi, Gama malah mengambil kursi di sebelah Almira. Mereka saling berhadapan sekarang. Bukankah tadi Gama sudah melihat jika Sastra sudah menarikkan kursi untuknya. Sastra hanya dapat tersenyum sedikit dan tetap berpikir positif.

"Gama kamu mau sayur ini?" tanya Almira kepada Gama dan laki-laki itu hanya mengganggukkan kepala seadanya.

"Gama kamu kemana saja kemarin?" tanya Sastra untuk menutupi rasa tidak sukanya saat Almira begitu cekatan mengambilkan makanan untuk kekasihnya.

"Hmm... Gue ada di rumah sakit nunggu Almira."

Sastra yang mendengar itu langsung merasakan ulu hatinya yang seperti teremat. Maksudnya apa? Kenapa Gama malah menunggu Almira? Dan tidak menemuinya sama sekali.

"Ah... Berarti di rumah sakit yang sama. Tapi, kenapa kamu gak mau jenguk aku meskipun sekali aja?" tanya Sastra lagi dengan mencoba tenang.

"Sastra kamu ini jangan ngajak bicara terus... Kita ini kan sedang sarapan. Ayo lanjutin makanan kamu itu," tegur Revan saat melihat Sastra yang banyak bicara kepada Gama. Dan apakah laki-laki ini belum memutuskan hubungannya dengan Sastra? Melihat jika Sastra masih seolah biasa saja saat menatap Gama.

Sastra yang mendengar ucapan dari papanya pun memilih diam dan melanjutkan makanannya.

Selang beberapa menit kemudian mereka semua sudah menyelesaikan makanannya. Dan Damian juga baru saja turun dari kamarnya. Pagi ini dia terlambat bangun sehingga harus membuatnya tidak ikut sarapan.

Damian mematung di undakan tangga saat melihat Gama. Mau apa laki-laki itu kesini?

"Oh iya sini Almira, Papa bantu buat naik mobil Gama ya," ucap Revan penuh perhatian kepada Almira dan diangguki kepala oleh Almira.

"Papa kenapa Almira naik mobil Gama. Bukankah Gama kesini mau jemput aku?" tanya Sastra langsung.

"Bukan... Gama kesini mau jemput Almira lah, kemarin mereka berdua sudah meresmikan hubungannya saat di rumah sakit. Gimana Sastra? Mereka cocokkan sama-sama pintar," sahut Nita sembari menatap Almira dan Gama dengan senyum yang menyungging.

Sastra yang mendengar itu langsung terkejut. Bagaimana bisa Gama meresmikan hubungannya dengan Almira padahal dia masih memiliki status hubungan dengan dirinya? Sebenarnya apa yang terjadi. Mata Sastra sudah mulai berkaca-kaca. Dia pikir hidupnya setelah ini akan mulai baik-baik saja, tetapi tetap sama saja bahkan mungkin bisa lebih buruk.

"Ma kok gitu sih? Bukannya Sastra pacar Gama. Kok bisa mereka berdua meresmikan hubungan?!" ucap Damian tidak terima.

"Yaa... Udah terjadi kemarin waktu Almira sakit. Gama datang dan dia yang meminta sendiri untuk Almira menjadi kekasihnya dan Almira menyetujuinya karena dia juga selama iki sudah suka dengan Gama."

Itu karena dipaksa. Batin Gama.

"Maaf ya Sastra. Aku mau menerima Gama karena kalian sudah tidak punya hubungan lagi. Jadi, ya aku mohon kamu setuju dengan ini," kata Almira menatap Sastra lekat.

"Aku gak terima! Gama belum memutuskan hubungannya dengan aku," sahut Sastra keras.

"Baiklah kalau seperti itu lebih baik Gama memutuskan hubungannya dengan kamu sekarang juga, ayo Gama silakan kamu ngomong sama Sastra," ucap Revan menatap Gama seolah tesirat ancaman.

"Gak Gama. Kamu apaansih? Kenapa gak bilang dan tiba-tiba kamu bisa menjalin hubungan dengan Almira? Kenapa?" tanya Sastra sembari menatap Gama yang masih terdiam. Dirinya sungguh terluka dengan apa yang Gama lakukan kepadanya.

"Sastra..." ucap Gama, laki-laki itu harus bisa bilang untuk memutuskan hubungan di antara mereka. Kalau tidak pasti Revan atau Nita akan berbuat hal yang tidak baik untuk Sastra. Belum lagi Sandi papanya akan selalu meneror dirinya dengan ancaman.

"Heh brengsek lo Gama! Kalau mau jalin hubungan sama Almira ya lo harus putusin hubungan lo dulu sama Sastra. Bukan malah diam-diam trus datang ke rumah dan dengan bangganya bilang kalau kalian sudah meresmikan hubungan di depan orang yang masih terikat hubungan dengan lo! Itu sama saja pengecut," ujar Damian sembari manatap Gama tajam, laki-laki itu langsung menghampiri Sastra yang sekarang sudah menangis. Damian juga sudah mengetahui jika semua ini pasti terjadi, tetapi Damian merasa yakin akhir-akhir ini jika Gama tidak akan jadi melakukannya mengingat jika sejak seminggu kemarin Gama tidak mendatangi Sastra.

"Ayo Gama jangan diam aja," ucap Almira sekarang.

"Sastra gue mau hubungan gue sama lo berhenti sampai sini," ucap Gama menatap Sastra lekat.

"Tapi karena apa? Apa alasannya. Kasih aku alasan yang jelas dan aku akan menyetujuinya," balas Sastra.

"Karena... Karena gue---"

"Karena apa Gam? Aku mohon kamu jangan kayak gini. Kamu tahu sendiri kan aku sayang sama kamu. Aku cinta dan aku selalu pertahanin kamu disaat orang-orang selalu menyuruhku untuk tidak mempertahankanmu disisiku. Tapi, aku selalu tutup telinga dengan setiap orang tentang hubungan kita. Karena aku yakin jika suatu saat hubungan kita pasti akan membaik, jadi kamu pasti bohong kan Gam. Ayo kamu bilang sama Almira kalau kamu masih pacar aku dan kita belum pernah memutuskan hubungan kita," ucap Sastra dengan penuh emosi.

"Gue... Gue gak bisa. Hubungan ini harus berhenti sampai sini Sastra."

"Dengerin gue baik-baik. Gue... Udah gak cinta sama lo lagi. Jadi, gue mohon lupain gue sekarang dan cari kebahagiaan lo sendiri. Dan gue sekarang juga sudah punya Almira jadi lo juga harus bisa dapat yang lebih baik lagi dari gue."

Maafin gue. My Sastra.

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang