Sastra tersenyum hangat saat melihat Gama mendatanginya sekarang. Apakah kekasihnya ini merasa khawatir dengannya? Sastra sungguh berharap akan hal itu, setidaknya dia masih memiliki orang yang peduli mengenai keadaannya.
"Gimana keadaan lo sekarang? Kenapa lo bisa sakit apa lo kelelahan gara-gara kemarin kita habis jalan?" tanya Gama sembari memegang tangan Sastra setelah tadi dia diberi ruang oleh Tari yang lebih memilih menjauh dari dekat ranjang Sastra dan memilih duduk di sofa.
"Enggak kok," balas Sastra mencoba menenangkan Gama.
Gama mengernyitkam dahinya saat melihat wajah Sastra yang penuh dengan lebam-lebam.
"Ini kenapa kok lo bisa luka gini sih wajahnya?"
"Katanya Sastra jatuh Gam, tapi emang lo percaya kalau luka ini didapat sama dia karena jatuh dari tangga?" sahut Tamara cepat.
"Beneran kok Tam. Aku gak bohong," balas Sastra menatap Tamara sedang Tamara hanya menghembuskan nafasnya lelah karena merasa Sastra sedang menutupi sesuatu dari dirinya. Tamara jadi berfikir apa Sastra mendapat luka itu dari papanya sendiri? Tamara lebih memilih diam disaat dia ingin menanyakan itu, dia tidak ingin membuat Sastra akan merasa sedih jika diingatkan dengan papanya kembali. Tamara akan mencari tahu sendiri nanti.
Sedang Gama juga masih berpikiran yang sama dengan Tamara karena luka itu hampir memenuhi wajah Sastra, mana mungkin hanya karena jatuh? Gama mengepalkan tangannya saat hal yang ada dalam pikirannya benar terjadi, jika memang benar itu maka Gama tidak akan tinggal diam.
"Gam lo tadi kemana? Bukannya lo tadi bolos sekolah, gue kira lo tadi langsung kesini," ucap Tamara sembari menatap Gama degan penuh tanya.
"Almira menghilang tadi dan gue coba cari dia dulu," balas Gama jujur sedang Sastra yang mendengar itu langsung tersentak dan melepaskan tangannya yang dipegang oleh Gama. Gama sendiri hanya memperhatikan Sastra yang tiba-tiba saja melepaskan genggamannya.
"Lah malah cari cewek lain sedang pacarnya lagi sakit, sedeng lo Gam?!" ucap Tamara tak terima saat Gama lebih memilih mencari Almira.
"Almira juga saudara dari Sastra kan, gue bantu dia juga agar Sastra gak kepikiran."
"Tapi aku lebih pilih Almira pergi Gam," ucap Sastra lirih.
"Maksud lo? Sastra... Almira itu saudara lo tapi ngapain lo bilang kayak gitu," ucap Gama menatap Sastra yang sekarang gadis itu menatap dirinya dengan kecewa. Apakah yang dia lakukan salah?
"Gama lebih baik kamu pulang aja. Pasti kamu capek setelah lama cari Almira kan?" gumam Sastra tanpa menatap wajah Gama.
"Lo itu gak tahu terima kasih Sas, gue kesini juga karena gue khawatir dan gue mau bilang kalau Almira sekarang---"
"Udahlah Gama kamu pulang aja aku mau istirahat," balas Sastra cepat dan sekarang dia membelakangi Gama. Bisa-bisanya Gama masih membicarakan tentang Almira dihadapan Sastra, sungguh dia tidak menyangka dengan itu.
"Sas lo---"
Ucapan dari Gama terpotong saat tangannya ditarik oleh Tamara dan gadis itu membawa Gama keluar dari ruangan Sastra.
"Lo itu bisa gak sih gak jadi cowok brengsek? Setidaknya lo kalau ngomong tuh pakai filter Gam. Gue bener-bener gak nyangka sama lo ini, lo tarik-ulur perasaan Sastra! Gak ada hati tau gak lo, udah lebih baik lo pergi aja."
"Gue kesini mau lihat keadaan Sastra," balas Gama.
"Sekarang lo udah lihat kan? Jadi lo bisa pergi."
"Tolong bilangin sama Sastra kalau Almira tadi kecelakaan dan sekarang dia berada di rumah sakit yang sama dengannya."
"Apa? Almira kecelakaan bagaimana bisa?" ucap Tamara terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Sastra (completed)
General FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA VOTE DAN KOMEN SETELAHNYA Sastra Arumi tidak mengetahui mengapa kedua orang tuanya yang dulu begitu menyanyangi dan mencintainya tiba-tiba saja berubah saat seseorang datang di tengah-tengah kehidupan mereka. Tidak cukup kasi...