D e t i k t i g a p u l u h t i g a

285 23 0
                                    

Seorang laki-laki mengamati rumah yang berada di depannya. Dia heran mengapa sang pemilik rumah tidak ada dan terlihat kosong rumah itu karena tidak biasanya. Biasanya sang pemilik rumah setiap sore hari akan berada di balkon kamarnya dan laki-laki itu akan kerap mengganggu sang pemilik rumah.

Noah menghela nafasnya lelah. Dia masih berfikir kemana perginya dari Tamara. Biasanya gadis itu akan selalu dia buat kesal. Tapi, tidak ingin berfikir lagi Noah masuk ke dalam kamarnya kembali.

Dan pikiran Noah sekarang malah kembali memikirkan teman dari gadis yang rumahnya di depannya. Pertemuan terakhir mereka adalah waktu Noah mengantarkan Sastra ke rumahnya dan bertemu dengan pacar dari Sastra dan pasti setiap pertemuan mereka tidak berujung dengan baik.

Sebenarnya Noah sendiri tidak tahu dengan apa yang terjadi dalam hubungan Sastra dan pacarnya yang teramat sensi itu. Sastra sendiri sepertinya selalu diperlakukan tidak baik olehnya. Noah akui sepertinya dia merasa tertarik dengan Sastra. Gadis itu seperti masih sangat polos. Tapi, Noah tidak akan brengsek dengan merebut Sastra dari pacarnya itu. Dan dapat dilihat juga jika Sastra begitu mencintai Gama.

Apa boleh buat, sepertinya Noah harus melupakan rasa tertariknya dengan Sastra. Dan mungkin mulai mencari orang lain yang dapat mengisi hatinya.

***

Beberapa hari kemudian...

Sastra hari ini sudah di perbolehkan untuk pulang. Pasalnya sudah seminggu dia di rawat di rumah sakit ini. Damian juga menepati janjinya untuk selalu berada di sisinya dan bersama dengannya. Tetapi, Sastra sendiri merasa heran kemana perginya Gama selama seminggu ini? Dia bahkan tidak menunjukkan wajahnya satu kali pun di depan Sastra.

Gadis itu hanya berharap setidaknya Gama memberi kabar dengannya. Atau jika tidak Gama dapat menanyakan kabarnya melalui ponselnya. Tetapi, Lagi-lagi itu hanyalah hayalan semata bahwa Gama pasti tidak akan melakukan hal itu.

Sastra juga sudah mencoba menghubungi Gama, tetapi ponsel dari laki-laki itu jarang sekali aktif dan sekali aktif pun, pasti Gama tidak akan menjawab pesan yang telah dia kirim.

Sastra masih terdiam di ranjangnya. Selama seminggu ini juga papa dan mamanya tidak ada yang datang untuk menjenguk dirinya. Apakah Almira keadaannya belum membaik sehingga mereka tidak mau datang hanya sekadar melihat keadaan Sastra. Sastra juga pernah bertanya kepada Damian mengenai keadaan Almira. Tetapi, laki-laki itu juga tidak tahu karena tidak pernah sekali mendatangi ruangan Almira.

"Kak apakah aku boleh kembali ke rumah. Aku takut... Papa dan Mama pasti tidak memperbolehkannya," ucap Sastra menatap Damian yang sekarang sedang membereskan baju dan segala perlengkapannya. Sedangkan, Tamara gadis itu kembali ke sekolahan dan Tari sudah pulang terlebih dahulu. Mereka tadi juga mengajak Sastra untuk kembali pulang bersamanya. Namun, Damian sangat meyakinkan mereka bahwa Sastra akan pulang ke rumahnya sendiri.

"Tenang aja. Yakin sama Kakak pasti Papa sama Mama gak akan marah "

"Aku gak mau Kak. Sebelum Papa atau Mama mengatakan sendiri kalau Sastra boleh pulang ke rumah mereka lagi."

"Jangan gitu... Papa dan Mama juga lagi sibuk ini mereka mengurus administrasi dari Almira. Gadis itu juga hari ini sudah boleh pulang," jelas Damian.

"Almira? Apakah keadaannya sudah baik Kak?"

"Setahu Kakak kemarin.... Almira dinyatakan lumpuh pada kakinya," ujar Damian menatap Sastra yang sekarang terkejut dan menutup mulutnya saat mengetahui keadaan dari Almira.

Sastra langsung terdiam di tempatnya. Apakah ini benar kesalahannya? Seharusnya Sastra dulu mencegah Almira untuk pergi kan? Pasti, kondisi Almira tidak akan seburuk ini.

"Jangan pikirin hal yang aneh. Dan ini bukan kesalahanmu. Ayo pulang sekarang. Kakak udah rela loh bolos demi kamu ini," sahut Damian saat melihat Sastra yang pasti memikirkan Almira dengan dahinya yang mengkerut itu.

Akhirnya, Sastra menganggukkan kepalanya menyetujui Damian. Sastra hanya dapat berharap semoga papa dan mamanya mau menerimanya kembali.

***

Damian menghentikan mobilnya di halaman rumah. Saat ini Damian sudah sampai di rumah bersama dengan Sastra. Saat turun mereka langsung disambut oleh Mirna dan Ujang. Mirna yang melihat Sastra langsung memeluk gadis itu menyalurkan rasa sayang, sedangkan Ujang hanya tersenyum senang saat mendapati majikannya sudah membaik dan membawakan tas yang baru saja dikeluarkan oleh Damian.

"Ayo masuk," ajak Damian saat melihat Sastra melepaskan pelukannya dari Mirna.

"Ayo Non masuk. Bibi sudah siapkan makanan kesukaan Non Sastra," sahut Mirna antusias.

Sastra masih ragu untuk masuk. Dia merasa takut jika dirinya akan di pukul kembali oleh papanya seperti dulu.

"Papa sama Mama belum pulang. Mereka masih di rumah sakit. Ayo istirahat dulu katanya nanti sore mau ke makan Ayah sama Ibu kamu kan?" ucap Damian mengingatkan. Mereka memang berencana untuk mendatangi makam kedua orang tua Sastra.

Sastra akhirnya mengangguk dan masuk ke dalam rumah. Tetapi, saat akan beranjak dari tempatnya. Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah dan  berhenti di belakang mobil Damian tadi. Sastra meremas tangannya sendiri saat tahu jika yang baru saja datang adalah papa, mama, dan Almira.

Dapat Sastra lihat, mamanya menyiapkan kursi roda sedangkan papanya menggendong Almira dan mendudukkannya di kursi roda. Terlintas rasa iri saat melihat Almira begitu di sayang oleh Revan dan Nita. Namun, Sastra langsung menghilangkan perasaan itu karena dirinya juga menyadari kalau dia bukan siapa-siapa di tengah keluarga ini. Masih diberi kesempatan untuk tinggal disini saja Sastra sangat bersyukur.

"Oh Damian kamu sudah sampai duluan," sapa Revan. Damian sendiri hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Pandangan Revan langsung melihat ke arah Sastra yang menunduk. Sedikit merasa kesal dirinya harus berpura-pura baik di depan orang yang telah merenggut kebahagiaan putrinya sendiri. Tetapi, ini semua dia lakukan juga untuk Almira. Dan semoga saja Almira, putrinya bisa mendapatkan kebahagiaannya.

Revan sendiri juga sudah memberi tahu Nita, untuk memperlakukan Sastra dengan baik dan memperbolehkan Sastra untuk tinggal kembali di rumah. Mulanya, Nita juga tidak menyetujui hal itu, tapi dengan hati-hati Revan sudah menjelang apa yang telah dia sepakati dengan Gama waktu di kantin rumah sakit. Dan Revan juga tahu jika saja dirinya tidak menyetujui Sastra untuk tinggal ternyata Damian juga memilih ikut Sastra. Putranya itu entah sedang terkena apa, mau tidak mau kemarin malam Revan bertemu dengan Damian dan menyatakan kalau Sastra boleh kembali pulang ke rumah. Awalnya, Damian senang dan langsung meminta Revan untuk mengunjungi Sastra. Namun, Revan membohongi kalau tidak bisa dengan dalih dia juga sedang menyiapkan barang dan perlengkapan Almira untuk pulang besok juga. Revan mengatakan kepada Damian bahwa besok saja dia bertemu dengan Sastra saat di rumah. Padahal, pasalnya sebenarnya Revan tidak ingin menemui Sastra sama sekali.

"Sastra gimana keadaan kamu Nak? Maaf Papa belum bisa menjenguk kamu dan Mama juga. Kamu tahu kan, saudara kamu juga lagi sakit? Jadi, ya kami harus menjaganya. Lagi pula, seminggu ini Damian juga menjagamu kan? Apakah Damian berlaku baik padamu Nak?"

***

Detik Sastra (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang