Aryo masih saja menyantap kue yang tadi ia ambil, bahkan ia kembali memotong kue ulang tahunnya dan memakannya. Ia sudah lupa dengan pertanyaan Roy tadi.
"Woy Yo, malah enak-enakan makan lu. Jawaban lu mana?" Roy minta penegasan.
"Jawaban apa?" Aryo heran.
"Jawaban pertanyaan tadi lah?" tegas Roy.
"Pertanyaan yang mana yah? Sorry gw lupa" Aryo nyengir.
"Yee, masih muda udah pikun. Diantara kita emang gak ada yang special buat hidup lu?" Roy mengulang kembali pertanyaannya.
Aryo mengangkat bahunya. ”Semuanya special sih bagi gw, bingung jadinya. Yaa, mending gw makan sendiri aja” jawab Aryo sambil memakan kuenya.
Tersenyum semua
Terlihat Roy dan kekasihnya, Indra dengan Citra, Agus dengan Winda dan teman-teman yang lain membawa pasangan mereka masing-masing. Nina lupa untuk mengajak Adit menghadiri pesta kecil-kecilan ini. Aryo yang tidak pernah menyatakan perasaannya kepada wanita-wanita yang jelas-jelas tertarik kepadanya, dan Nadia yang masih mengharapkan pernyataan rasa cinta dari Aryo. Mungkin Aryo memang tipe lelaki yang kurang atau bahkan tidak sensitif dengan perasaan wanita yang menyukainya.Acara itu berakhir jam tiga pagi, semua yang berkumpul dipersilakan untuk menginap oleh Nadia dan Nina. Mereka semua menginap disana.
Mereka tertidur pulas.
Nadia dan Aryo masih melek. Mereka duduk di sofa ruang keluarga.“Yo, gw mau nanya” Nadia memperhatikan wajah Aryo.
Aryo mengalihkan pandangannya ke arah Nadia.
“Gw dulu buka flashdisk yang ada di lemari kamar loe, ada video anak-anak panti teriak-teriak darah, itu kenapa sih Yo?”
“Yang mana non?” Aryo balik bertanya.
Nadia beranjak ke kamarnya dan mengambil laptop serta flashdisknya. Ia menancapkan flashdisk ke laptop lalu memutar video rekaman anak-anak panti. Ia menunjukkan rekaman itu kepada Aryo. Aryo memandang Nadia, begitupun dengan Nadia. Mereka saling berpandangan. Hati Nadia menjadi tidak karuan, ia takut kalau orang yang dicintainya ini mengidap suatu penyakit.
"Jawab Yo" Nadia meminta penegasan.
Aryo menundukkan kepalanya. Ia menghela nafas panjang dan mengangkat kepalanya, memandang Nadia dengan tatapan yang menyiratkan kekecewaan. Aryo menggelengkan kepalanya tapi tidak menjawab. Hati Nadia benar-benar gundah gulana, ternyata benar apa yang dipirkannya selama ini. Aryo mengidap penyakit. Air mata mulai merembes dari mata Nadia. Ia memeluk Aryo dan menangis tersedu-sedu disana. Benar-benar malam yang tak pernah diinginkan mendatangi hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
ChickLitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...