Aryo masih asyik mengobrol dengan Nadia, hingga tiba-tiba melintas seorang office boy dihadapan mereka.
“Eh mang, tolong bikinin saya teh susu anget yah. Tapi jangan terlalu manis, saya kan udah manis” pinta Aryo.
Nadia tahu maksud ucapan Aryo.
Office boy yang bernama mang Udjo terkekeh. “Siap pak boss…” ucapnya dengan hormat tentaranya, ia juga sudah tercemar dengan panggilan ‘Pak Boss’.
Kini giliran Aryo yang terkekeh.
“Mang, kasih yang paling manis aja, biar diruangannya banyak kecoa” ucap Nadia sambil menjulurkan lidahnya ke arah Aryo.
“Yee, saya kan nggak kayak si non, takut ama kecoa” balas Aryo.
“Gw bukan takut tau, gw cuma geli doang” bela Nadia sambil merapikan kertas yang berserakan di atas meja.
Tiba-tiba Aryo melompat dan meneriakkan kecoa. Nadia melompat dari kursinya dan berteriak-teriak, Aryo tertawa keras. Nadia mengambil map dan bersiap memukulkannya ke Aryo, tapi terlambat, Aryo keburu kabur. “Mang anterin ke ruangan saya ya” teriak Aryo sambil berlari menuju ruangannya.
Mang Udjo dan karyawan-karyawan yang lain cengengesan melihat kejahilan Aryo. Lumayan, ada hiburan setelah seharian disibukkan dengan tumpukan kerjaan.
Tak berapa lama masuk ke dalam ruangan, Aryo keluar lagi. “Ris, tolong panggilin Nadia ke ruangan saya ya" perintah Aryo kepada Risa yang salah seorang karyawan di bagian keuangan, dan meja kerjanya dekat dengan ruangan Aryo.
“Kenapa nggak si boss aja yang nyamperin dia langsung?” ujar Risa sambil tersenyum memandang Aryo.
“Gila lu Ris, lu mau gw digebok pake map yang segitu tebelnya” ucap Aryo sambil menempelkan kedua tangan di kedua pipinya, dan masuk kembali ke dalam ruangannya.
Risa tertawa. “Nad, lu dipanggil si boss tuh” teriak Risa dari mejanya, Aryo yang mendengarnya geleng-geleng kepala.
Nadia menoleh. “Gw?” teriak Nadia sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Ya iyalah, emang ada lagi nama Nadia di ruangan ini?” ujar Risa.
Nadia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Risa. “Ada apa Ris?”
“Mana gw tau. Eh, tadinya sih si boss mau nyamperin lu, cuma katanya takut digampar” ujar Risa sambil tertawa. “Makanya Nad, jadi cewek jangan galak-galak, jadi ragu kan si boss mau nyatain rasa cintanya ke elu” lanjutnya sambil menggerakkan kedua alisnya berkali-kali.
“Sotoy lu” sergah Nadia sambil mencubit pelan tangan Risa.
“Yee, dikasih tau ngeyel. Udah buruan masuk gih, si boss marahin gw entar” ucap Risa.
“Iya…” ujar Nadia sambil berlalu dari meja kerja Risa dan masuk ke dalam ruangan Aryo dibarengi dengan mang Udjo yang mengantarkan pesanan boss besarnya.
Terlihat Aryo sedang duduk dan membuka file-file laporan perusahaan di komputernya. Mang Udjo meletakkan gelas pesanan Aryo di atas meja, sedangkan Nadia duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Aryo.
“Ciee… ciee… mau pacaran ya pak boss?” canda mang Udjo sambil mengedip-ngedipkan matanya. Ia tahu kedekatan antara Aryo dan Nadia.
“Yaaah, gimana mau pacaran kalo mang Udjonya masih disini” balas Aryo sambil tertawa.
Mang Udjo menepuk jidatnya sendiri. “Hehe, maaf deh kalo gitu, mamang keluar dulu”
“Iisshh, mang Udjo ini, kita bukan mau pacaran tapi saya mau ngajak berantem, karena tadi dia udah ngejailin saya” ujar Nadia geram sambil menunjuk Aryo dengan jari telunjuknya.
Aryo tertawa, begitupun dengan Mang Udjo.
“Misi pak boss, mbak Nadia” ujar mang Udjo.
Aryo dan Nadia menganggukkan kepalanya serempak. Setelah mang Udjo keluar, Nadia dan Aryo saling bertatapan. Hati Nadia menjadi dag-dig-dug. Aryo menuliskan sesuatu di selembar kertas yang telah ia persiapkan terlebih dahulu, mungkin ia menuliskan sebuah surat cinta atau... ah, entahlah. Ia menyerahkannya kepada Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
Literatura FemininaAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...