Nadia masih membenamkan wajahnya di badan Rini sambil menangis histeris meratapi kepergian Aryo, banyak orang yang berusaha untuk menenangkan Nadia, tapi tidak berhasil. Nadia masih saja menangis histeris, sungguh besar rasa cintanya kepada Aryo.
Petugas paramedis datang membawa alat ECG, Electrocardiogram untuk memantau aktifitas jantung Aryo dan ternyata hanya garis lurus yang terlihat di display-nya, paramedis sudah angkat tangan dengan kondisi Aryo. Nadia menghampiri jasad Aryo yang terbujur kaku, ia memukul-mukul dada Aryo, berharap Aryo akan terbangun dengan pukulan itu. Sambil menangis, Nadia menjelaskan kepada petugas paramedis kalau Aryo pernah mengalami hal serupa. Ajaibnya setelah lima belas menit menunggu, terlihat aktivitas jantung Aryo walau masih dalam keadaan kritis. Aryo langsung terbangun seperti orang kaget, ia menanyakan keadaan Putri. Orang-orang yang melihat kejadian tersebut terkejut, karena memang baru pertama kali melihat kejadian seperti itu. Nadia langsung merangkul tubuh Aryo yang lemas, ia mengatakan kalau Putri baik-baik saja. Tetapi alat ECG kembali menunjukkan garis lurus. Petugas paramedis langsung membawa Aryo ke dalam mobil ambulance yang telah terparkir di pelataran parkir kantor tersebut.
Aryo dibawa ke Rumah Sakit, Nadia menemaninya di dalam mobil ambulance, dan lagi-lagi suatu keajaiban datang, jantung Aryo kembali beraktifitas. Nadia dan karyawan-karyawan yang lain masih mengkhawatirkan keadaan Aryo. Hampir semua karyawan kantor tersebut mengikuti Aryo dan Nadia menuju Rumah Sakit. Begitu juga dengan Putri yang hanya diberi oksigen tambahan oleh petugas paramedis karena kondisi badannya yang masih tergolong sehat walafiat mengikuti mereka ke Rumah Sakit.
---------
Terlihat Nadia, Nina, Jessica bersama tunangannya, Widi dan Doni serta teman-teman Aryo dan keluarga yang lain sedang menunggu Aryo di koridor Rumah Sakit. Dokter keluar dari ruangan tempat Aryo dirawat.
“Gimana keadaan Aryo dok?” tanya Nadia dengan nada cemas sambil menangis.
“Keadaan mas Aryo sangat baik, dia hanya kekurangan oksigen aja mbak” jawab dokter. “Kalo mbaknya mau nengok, silakan” lanjut dokter tersebut.
“Makasih dok"
“Berhubung saya ada tugas lain, saya permisi dulu”
“Mari dok” jawab mereka serentak.
Mereka masuk ke dalam ruangan tempat Aryo dirawat, tetapi mereka kaget melihat Aryo yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil nongkrongin televisi. Dia sedang nonton film Jepang yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta Indonesia, karena dia memang dikenal sebagai orang pengagum Negara Jepang. Aryo menoleh ke arah orang-orang yang akan menjenguknya, ia melambaikan tangannya. “Hai” ucap Aryo sambil memberikan senyumnya. “Don, minta rokok dong. Tadi diambil si dokter, payah” pinta Aryo.
“Dasar lu” Doni memberikan rokoknya kepada Aryo. Dia menyuruh salah seorang temannya untuk berjaga di depan pintu masuk ruangan tersebut. Aryo memang dikenal sebagai salah seorang perokok, karena memang almarhum pamannya juga perokok berat apalagi ayahnya, merokok sudah seperti cerobong kereta api.
“Yo, suster Yo” ucap salah seorang teman Aryo.
Aryo langsung mematikan rokoknya, tapi ia tetap terlihat tenang meskipun hatinya dak-dik-duk.
“Mas, ini obat yang harus mas konsumsi. Kata dokter, secara keseluruhan kondisi mas baik-baik aja, cuma perlu istirahat beberapa hari” ucap suster tersebut, sambil menjelaskan obat yang harus dikonsumsi dan kondisi terakhir tubuh Aryo.
“Makasih sus, ngomong-ngomong namanya siapa sus?” tanya Aryo, sambil memperhatikan wajah suster tersebut yang kelihatan mirip mantan pacar yang pernah meninggalkannya saat ia terbaring di Rumah Sakit.
“Indri, mas”
“Oooo, pantes ya, cantik. Sesuai sama namanya. Pulang jam berapa sus?” tanya Aryo kembali.
“Hmmm, mulai lagi dia” gumam Widi terdengar.
“Bentar lagi pulang mas” ucapnya ramah.
“Mau dianterin gak?” canda Aryo.
“Saya ada yang jemput mas”
“Pacarnya ya?”
Suster tersebut menganggukan kepalanya.
“Ya udah kalo gitu, pacarnya nganterin sampe ke rumah suster, kalo saya nganterin sampe ke hati suster gimana?” gombal Aryo.
“Ah, mas ini bisa aja” ucap suster tersebut sambil keluar dari ruangan tersebut yang tampaknya sudah tidak mau digombalin lagi oleh Aryo.
Nadia, Nina, Doni dan yang lainnya hanya senyum-senyum mendengar gombalan Aryo karena memang mereka sudah tahu bagaimana kelakuan Aryo, kalau tidak kuat menahan gombalan Aryo, sudah pasti cewek-cewek yang digombalin Aryo pada jatuh di pelukannya.
--------
Dua hari berlalu setelah kejadian tersebut, pak Robby baru bisa menjenguk Aryo karena kesibukannya, ia memberitahukan kepada Aryo bahwa ia akan menyuntikkan dana untuk memulai membangun kembali perusahaan yang telah lama ia rintis. Tapi Aryo tidak ingin pindah dari bangunan yang telah terbakar tersebut, dan ia menyarankan untuk membangun kembali bangunan tersebut. Sementara itu kegiatan perkantoran dipindah untuk sementara waktu ke tempat lain sampai bangunan tersebut selesai. Uang itu tidak berarti apa-apa tetapi kenangan tidak akan pernah terlupakan dan terhapuskan. Akhirnya pak Robby menyetujui semua saran Aryo, karena ia juga berpikir demikian. Pertemuan tersebut diakhiri dengan perpisahan, pak Robby harus kembali ke Australia untuk melanjutkan hidupnya di ‘Negara Kanguru’ tersebut.
Dua bulan berjalan, Aryo terus berusaha untuk merintis kembali perusahaan yang ia pimpin, beruntung ia pernah memerintahkan kepada semua bawahannya untuk menyimpan file-file dan folder-folder softcopy di dalam harddisk atau flashdisk-nya masing-masing dan ternyata jurus tersebut memang sangat ampuh, disaat perusahaan mengalami kejadian yang tak terduga, mereka bisa memakai file-file yang ada di harddisk atau flashdisk-nya tersebut untuk dijadikan salinan file-file yang hilang. Walaupun banyak file-file hardcopy yang ikut hilang, tetapi reputasi perusahaan yang dipimpin Aryo tidak ikut turun, malah banyak klien-klien yang terus berdatangan seperti air bah, otomatis pendapatan dan kesejahteraan karyawan ikut terangkat.
Rini masuk ke ruangan Aryo sambil menyodorkan map berisi file-file laporan kinerja karyawan. "Wah nggak nyangka yah boss, perusahaan kita bisa bangkit secepat ini" ujar Rini kagum.
"Yah itulah Rin, kalo kita bisa menjaga kepercayaan dari para klien, reputasi kita nggak bakalan turun" ujar Aryo menjelaskan.
Rini menganggukkan kepalanya sambil keluar dari ruangan Aryo.
Tak berapa lama, Nadia masuk ke ruangan Aryo. Ia duduk berhadapan dengan Aryo. Nadia memberanikan diri untuk berbicara dengan Aryo. "Yo, gw mau jujur tentang perasaan gw ke elu, gw cinta sama lu, gw bener-bener sayang. Apa rasa yang lu rasain ke gw, sama juga?" tanya Nadia penuh harapan. Dia memegang tangan Aryo sambil menggoyang-goyangkan meminta jawaban, Aryo mengerutkan dahinya.
Aryo menghela nafas panjang, mengumpulkan keberaniannya. "Sebenernya saya..." HP Aryo berdering, ia mengangkatnya, bercakap-cakap dan berlari keluar dengan kaki yang sedikit pincang.
Nadia menghela nafas panjang....
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
ChickLitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...