PART 54 [Sebutir Air Mata]

15 1 0
                                    

Aryo masih senyum-senyum sendiri mendengar perkataan dari mantan majikannya ini. Entah apa yang sedang dipikirkannya, apa hatinya sudah mulai terbuka dengan wanita cantik yang selalu berada disampingnya. Hingga dia senyum-senyum sendiri. “Non Nina kayaknya lagi girang banget” ujar Aryo mengalihkan topik pembicaraan.

Nina diam tidak menjawab, ia hanya senyum-senyum. Entah apa yang membuatnya bahagia. Kakaknya memperhatikan, terpancing dengan omongan Aryo sepertinya.

Aryo memicingkan pandangannya ke arah Nina. “Non Nina abis di kissing ya?” tanyanya penasaran.

Seketika itu juga pipi Nina menjadi merah, ia menutupi pipinya.

“Kamu abis di kissing si Adit ?” tanya Nadia.

Nina tersenyum sambil mengusap-ngusap pipinya. “Koq kak Aryo tau sih?” Nina tersipu malu, ia tidak berani memandang Aryo ataupun Nadia.

“Non non, saya juga pernah ngalamin kali. Eh, keceplosan deh” ujar Aryo sambil menutup mulutnya.

Nadia dan Nina tertawa-tawa mendengar pernyataan dari Aryo. “Sama siapa kak?” tanya Nina.

“Ada deh” jawab Aryo.

“Pasti kak Nadia pernah ngalamin juga ya?” tanya Nina sambil menyenggol pelan badan Nadia.

Nadia hanya senyum-senyum.

“Sama yang di sebelah udah pernah belum?” goda Nina.

Nadia melotot, Aryo tersenyum. Entah pernah atau belum, Aryo mencium pipi Nadia. Akhirnya mereka pun ngobrol-ngobrol sampai sekitar pukul satu dini hari. Obrolan itu diakhiri oleh Nadia yang terlihat sangat kepayahan melawan rasa kantuknya.

"Ngantuk bener nih!" ujar Nadia sambil masih menguap. Ia mengerjap-ngerjapkan mata sambil menggeliatkan badan.

Aryo benar-benar melotot ketika melihat Nadia menggeliatkan badan, otak mesumnya kembai menjalar. Beruntung Nadia tidak melihat Aryo yang sedang melotot ketika dirinya menggeliatkan badan. Kalau kejadian itu dilihat oleh Nadia, pasti pipi Aryo penuh dengan cap lima jari. Sedangkan Nina, ia masih saja bahagia dengan pengalaman pertamanya dicium oleh seorang lelaki. Hatinya berbunga-bunga.

Nadia beranjak dari sana. "Duluan ya, daaah...." dia masuk ke dalam rumah.

"Kak, Nina duluan ya" ujar Nina sambil beranjak dari teras menyusul Nadia yang sudah masuk duluan ke dalam rumah.

"Iya non hati-hati dijalan"

Nina berhenti sejenak. Aryo menolehkan mukanya ke arah Nina.

"Eh, maksudnya semoga mimpi indah, non!" ucap Aryo nyengir.

Nina tersenyum maklum, lalu masuk ke dalam rumah.
Kini hanya tinggal Aryo yang duduk sendirian disana. Matanya belum ingin mengatup. Akhirnya ia beranjak menghampiri pak Giri yang sedang asyik menonton tv.

"Belum tidur kamu Yo?" tanya pak Giri.

"Tau nih pak. Susah bener mau ngatupin mata" jawab Aryo.

"Haha, ada masalah kali. Jadi kepikiran" tebak pak Giri.

Aryo terdiam sejenak. Berpikir. Apa memang benar ada masalah yang sedang ia hadapi? "Nggak ada masalah apa-apa koq pak!"

"Haha, ya udahlah. Mendingan kita nonton bareng"

"Hah, nonton bareng?" tanya Aryo tersenyum sambil menggerak-gerakkan kedua alisnya.

Pak Giri geleng-geleng kepala. "Yo... Yo.... otak kamu itu isinya cuma pikiran mesum aja"

Aryo terkekeh.
Mereka menonton pertandingan sepak bola yang disiarkan langsung oleh stasiun tv swasta. Aryo benar-benar senang melihat club kesayangannya sedang bermain. Dan ternyata club favorit Aryo dan pak Giri itu sama, jadi mereka sama-sama bersorak riang ketika club-nya berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan. Mereka tidak peduli kalau hari sudah larut malam. Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan telak untuk club kesayangan mereka. Benar-benar bahagia mereka.

Kokok ayam mulai terdengar memecah keheningan di malam itu. Hawa dingin makin menusuk tulang.

"Buset dah. Udah jam setengah tiga aja" ujar Aryo kaget. Ia memperhatikan jam dinding di pos jaga itu.

"Ngantuk aja kalah ya Yo, kalo ngeliat club kesayangan lagi bertanding. Haha, bahkan bisa lupa waktu segala"

"Haha, iya bener pak. Kayaknya kalo nanti bini minta, bakalan dianggurin tuh pak. Gara-gara asyik nonton club kesayangan lagi bertanding" jawab Aryo cengengesan. Parah anak satu ini, pikirannya terus menjurus ke hal-hal yang begituan.

"Kamu ini" ujar pak Giri tertawa.

Akhirnya tawa mereka bersahut-sahutan dengan kokok ayam.

"Pak, Aryo ke dalem dulu ya" izin Aryo.

"Iya Yo, cepet tidur. Entar kesiangan masuk kantor lho" pak Giri mengingatkan.

"Siap pak!" ia menghormat ala tentara.

Aryo beranjak masuk ke dalam rumah. Ia langsung masuk ke kamarnya, tapi sayang, matanya belum juga bisa mengatup. Ia butuh sesuatu untuk mengantarkannya ke alam mimpi. Beberapa menit kemudian, ia keluar dari kamarnya, menyalakan tv dan merebahkan badannya di sofa. Ia berulang kali mengganti-ganti channel tv, tidak ada acara yang seru, mungkin pikirannya sedang suntuk. Aryo beranjak dari sofa, naik ke lantai atas dan menghampiri pintu kamar Nadia. Ia menarik handle pintu, tidak dikunci. Ia pun masuk ke dalam kamar. Terlihat Nadia tertidur tanpa selimut, Aryo menarik selimut dan memakaikannya ke tubuh Nadia, lalu ia keluar dari kamar itu sambil menutup pintunya. Hal yang sama dilakukkannya terhadap Nina. Tapi ia agak terpaku lama di kamar Nina. Bukannya apa-apa, pakaian yang dipakai Nina tersingkap kemana-mana, alhasil Aryo menonton dulu pemandangan itu. Ia hanya bisa mengelus dada ketika melihat tubuh mulus Nina yang terekspos begitu saja tanpa disadari oleh pemiliknya. Ia mulai tersadar, akhirnya keluar dari kamar Nina dan turun ke lantai bawah. Walaupun status Aryo sudah bukan sopir pribadi untuk keluarga Nadia dan Nina, ia tetap perhatian dengan mereka berdua tanpa membeda-bedakan keduanya. Ia merasa masih punya tanggung jawab terhadap keluarga itu.

Aryo merebahkan badannya di sofa, sambil menonton tv. Lama-kelamaan matanya mengatup, televisi lupa dimatikan. Tak berapa lama Nadia keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum, ia terkejut melihat Aryo yang tertidur pulas di atas sofa. Tv dimatikan, Nadia masuk ke kamar Aryo dan mengambil selimut. Ia menghampiri Aryo yang sedang tertidur dan memakaikan selimut itu ke tubuh Aryo. Nadia mengusap kening Aryo dan mengecupnya.

“Thanks Yo” gumamnya lirih

Sebutir air mata Nadia jatuh dan membasahi wajah Aryo, ia buru-buru mengusap air mata di wajah Aryo dan kembali ke kamarnya. Entah apa yang sedang terlintas di pikiran Nadia. Sehingga air matanya bisa tiba-tiba keluar saat memandang orang yang pernah dijahatinya beberapa tahun lalu itu.

ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang