"Udah Nad, tenang aja. Si boss cuma kehilangan darah aja, sekarang kondisinya sudah agak mulai membaik" ujar bu Indah setelah memeriksa kondisi Aryo.
Nadia menganggukkan kepalanya.
Memang, muka Aryo kini tidak sepucat tadi.
Mereka masih menunggu perkembangan dari kondisi Aryo. Ada juga karyawan yang bergantian menengok Aryo di klinik. Mereka sama-sama khawatir.
==========================================================
Belum ada perkembangan dari kondisi Aryo. Mereka masih setia menunggu bossnya siuman. Lumayan lama juga mereka menunggu Aryo bangun, sudah hampir dua jam. Kantong darah dan infus pun sudah habis setengahnya. Nadia terus berdoa untuk Aryo, berharap Aryo segera sadar dari pingsannya. Jadi, dia bisa meminta maaf langsung atas perlakuannya kepada Aryo. Kini sudah tiga jam mereka menunggu, tapi Aryo tak kunjung sadar. Nadia kembali khawatir, hanya saja ia tidak menunjukkan ekspresi khawatir itu terhadap sahabat-sahabatnya.
"Nad, udah istirahat nih. Lu mau makan bareng kita apa kita bawain makanan buat lu ke sini?" tanya Rini.
"Kalian duluan aja, gw mau nungguin Aryo. Entar kalo Aryo udah sadar, gw ke kantin deh" jawab Nadia.
"OK deh kalo gitu, entar abis makan kita ke sini lagi. Elu mau dibawain makanan nggak?" Rini kembali bertanya.
"Nggak usah, thanks ya"
Mereka mengangguk dan beranjak dari klinik menuju ke kantin, sambil mengobrol. "Kasian juga yah si boss, berantem sampe segitunya" ujar Putri.
"Iya, baru tau gw, kalo si boss ngamuk segitu ngerinya. Sampe security yang ditendangnya belum bangun-bangun juga"
Risa mengangguk. "Berarti itu yang diomongin Nadia ke kita, jangan sampe ngebuat si boss marah. Ternyata kayak gitu kalo si boss marah" ujarnya.
Mereka melanjutkan obrolannya hingga sampai di kantin. Putri memesankan makanan untuk mereka, sedangkan Rini dan Risa mencari tempat duduk yang sudah mulai penuh oleh karyawan-karyawan yang lain. Baru saja duduk, Rini dan Risa sudah diserbu oleh karyawan lain yang tadi tidak sempat menengok Aryo.
"Heh, sisain kursi buat si Putri!" ujar Rini.
"Hehe, sorry" ucap temannya. Ia menarik satu kursi lagi. "Jadi gimana keadaan si boss?" tanya temannya.
Risa dan Rini menggelengkan kepala. "Belum bangun dia, cuma kata bu Indah kondisinya udah mulai membaik" jawab Putri yang langsung duduk diantara teman-temannya.
"Lama juga pingsannya ya? Bener-bener nyesel gw tadi ninggalin si boss gitu aja di ruang itu"
Yang lain membenarkan.
Makanan datang. Risa, Putri dan Rini menyantap makanan itu. Makan selesai, mereka kembali ke klinik untuk menemani Nadia yang masih setia menunggu Aryo. Tak lupa mereka membawakan roti untuk Nadia."Belum sadar juga Nad?" tanya Putri.
Nadia menggeleng, wajahnya menyiratkan kekhawatiran.
"Udah nggak usah khawatir Nad, si boss kuat koq. Nih makan dulu" ucap Rini menenangkan, ia menyodorkan roti kepada Nadia.
Nadia tersenyum. "Thanks ya" ucapnya sambil memakan roti yang dibawakan Rini.
Beberapa menit kemudian Aryo mulai menggerakkan badannya. Orang-orang yang memperhatikan langsung mendekatinya. Nadia meletakkan roti yang baru setengah dimakannya. Ia memegang tangan Aryo dengan erat. Mata Aryo terbuka sepenuhnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Hai...." sapa Aryo sambil melambaikan tangan kirinya.
Yang lain tersenyum.
Bu Indah mulai memeriksa kembali kondisi Aryo. "Hah, syukur-lah boss. Kondisi si boss udah mulai membaik!" ucapnya.
"Makasih banyak bu" balas Aryo.
Bu Indah menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Nadia masih memegang tangan Aryo. "Yo, maafin gw. Gw kira tadi lu becanda" ucap Nadia lirih.
Aryo tersenyum. "Maafin saya juga non, udah ngejailin semua"
Semua lega melihat Aryo yang sudah bisa kembali bercanda. Mereka mengobrol disana. Tak berapa lama, security yang tadi berkelahi dengan Aryo mendekat. Mungkin ingin meminta maaf kepada Aryo. Rini dan Risa menyingkir, memberi ruang kepada security itu. Aryo menatap tajam security itu, sepertinya dendamnya masih menggumpal.
BUUUKKK......
Wajah Aryo dipukul security itu, yang lain terkejut. Ia mulai mencecar wajah Aryo dengan sekuat tenaga. Sepertinya security itu benar-benar tidak tahu kalau Aryo adalah GM di perusahaan tersebut. Nadia menahan security itu yang mulai beringas. Tapi tanpa disangka-sangka, security itu menampar Nadia. Hingga Nadia terjatuh, ia menangis kesakitan. Rini berlari keluar, mencari bantuan. Sedangkan Putri dan Risa menarik Nadia menjauh dari security yang menghajar Aryo.BUUUKKK.....
Aryo balas memukul security itu dengan besi tempat menggantungkan cairan infus. Security itu terjengkang ke belakang. Aryo bangun dari tempat tidur dan berlari menghampiri security itu."Bangke lu ya, berani mukul cewek" bentak Aryo sambil terus memukuli security itu.
Mereka adu jotos disana, tak peduli dengan nyawa masing-masing. Orang-orang disana semakin ngeri melihat keduanya menjadi beringas dan tak terkendali. Benda-benda disana saling beterbangan, menghantam tubuh mereka berdua secara bergantian. Hingga akhirnya security itu terjatuh. Aryo menghantam security itu dengan wadah besi yang ada disana. Ia menjepit leher security itu dengan lututnya dan mulai mencecarnya dengan beberapa pukulan. Dua karyawan laki-laki menghampiri dan menahan Aryo yang sedang memukuli security itu dengan beringas. Benar-benar kalap Aryo ini. Karyawan laki-laki itu menarik Aryo.
"Lepasin gw...." bentak Aryo.
"Udah boss...."
Walaupun ditahan oleh dua orang, ternyata tenaga Aryo ketika emosi begitu besar. Ia masih bisa mendekati security itu yang sudah tergeletak tak berdaya. Aryo mendaratkan kakinya di leher security itu.
KREEEKK.....
Sepertinya leher security itu patah. Aryo mulai tenang dan mulai menjauh, melihat security yang tergeletak tak berdaya di lantai klinik. Ia memegang dadanya sambil meringis kesakitan.Aryo mendekati Nadia yang sedang ditenangkan oleh sahabat-sahabatnya. "Si non, nggak papa?" tanya Aryo terbata-bata.
Nadia menggeleng. Aryo menundukkan badannya, macam orang Jepang sedang memberi hormat. Tangannya bertumpu pada kedua lututnya. Ia meringis kesakitan, nafasnya tersengal.
"Yo....!"
"Boss....!"
Aryo diam. Dia ingin mengatur nafasnya, tapi tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
Chick-LitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...