Orang-orang menatap heran Nadia yang menarik tangan Aryo dengan kesalnya.
“Gw udah muak sama lu, dan sekali lagi gw bilang bahwa lu udah dipecat. Dan lu jangan pernah balik lagi ke rumah keluarga gw. Inget, jangan pernah….” Ucap Nadia berapi-api. Kemudian Nadia mengeluarkan uang ratusan ribu dari dompetnya dan melemparkannya ke wajah Aryo sehingga uang tersebut berserakan di lantai halaman restoran. “Itu gaji lu bulan ini sekalian ama uang pesangon dan gw ingetin sekali lagi jangan pernah muncul lagi dihadapan gw” Nadia kembali masuk dan ia bergabung dengan Kevin dan teman-temannya. Sedangkan Aryo memunguti semua uang yang telah dilemparkan Nadia kepadanya. Nina datang menghampiri Aryo.
“Kak, maafkan kak Nadia yah”
“Udah nggak pap koq Non”
“Tadi kak Nadia bicara apaan ama kakak?” tanya Nina.
“Saya dipecat non” jawab Aryo sambil mengulum senyum.
“Apa? Kakak dipecat ama kak Nadia? Nggak ada yang bisa mecat kakak selain papa dan mama. Nina juga nggak rela kalo kakak nggak kerja lagi di rumah kita”
“Ya udah lah non, daripada masalahnya jadi berlarut-larut. Mungkin inilah jalan terbaik buat saya dan buat kita semua. Kayak lagu siapa ya yang judulnya jalan terbaik?” Aryo tersenyum.
Nina menundukkan kepalanya, mungkin ia malu dengan perbuatan yang dilakukan oleh kakaknya kepada Aryo.
“Muka non Nina jelek ya kalo lagi sedih. Non Nina mau pulang sekarang?” tanya Aryo.
Nina menganggukkan kepala. Mereka menuju mobil dan langsung pergi dari restoran itu. Entah apa yang terjadi di dalam restoran tersebut, Aryo tidak mau memikirkan itu. Pikirannya sudah terlalu penat dengan masalah hari ini. Sesampainya di rumah, Aryo memasukkan mobil ke dalam garasi, dia langsung menuju ke dapur dan menyiapkan makanan untuk Nadia dan Nina serta membereskan seisi rumah karena mbok Ipah, assisten rumah tangga di rumah itu sedang izin. Kebetulan saat itu Nadia belum pulang ke rumah, jadi Aryo bisa tenang melakukan semua pekerjaannya. Walaupun ia sudah dipecat oleh Nadia, tapi ia masih merasa punya tanggungjawab terhadap keluarga tersebut apalagi saat orangtua Nadia dan Nina selalu bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnisnya.
Beres semua, Aryo bergegas untuk pulang ke rumahnya, tapi saat keluar rumah, Aryo bertemu dengan Nadia dan Kevin.
“Ternyata ada tukang daging di sini” ejek Kevin.
Nadia menampar pipi Aryo dengan sekuat tenaga. “Lu gak tahu malu apa nggak ngerti sih apa yang tadi gw omongin, gw kan udah pecat lu dan gw udah peringatin luuntuk buat balik lagi ke rumah ini tapi lu gak ngerti juga. Apa uang yang gw kasih nggak cukup buat bayar lu?”
Aryo menundukkan kepalanya.
Nadia kembali mengeluarkan uang ratusan ribunya dan dilemparkan ke wajah Aryo. “Makan tu uang, dasar orang gak tahu diri” ucap Nadia, Ia masuk ke rumahnya.
“Emang enak digituin ama cewek, tukang daging?” ujar Kevin sambil ia masuk ke dalam rumah Nadia.
Aryo memunguti uang yang berserakan di lantai rumah yang mengkilat. Ia langsung pergi dari rumah tersebut.
“Kenapa Yo?” tanya pak Parman, security di rumah tersebut.
“Biasa pak” jawab Aryo sambil tersenyum.
“Sabar ya Yo, non Nadia emang kayak gitu”
Aryo menganggukkan kepalanya. “Kalo gitu Aryo pulang dulu ya pak”
“Iya Yo, ati-ati di jalan”
Aryo pergi dari rumah tersebut untuk beres-beres dan berkemas di rumahnya sendiri. Setelah sampai rumahnya, Aryo langsung memasukkan pakaian yang akan dibawanya ke Australia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
ChickLitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...