PART 13 [Cerita Masa Lalu]

52 4 0
                                    

Nadia masih berdiri terpaku didepan pintu itu. Widi melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, Nadia mengikutinya. “Kenapa nggak bolah dibuka Wid?” tanya Nadia

“Aku udah nggak kuat ngeliat isi dalam ruangan itu, tapi kalo kamu mau masuk, masuk aja tapi aku tunggu disini” ujar Widi dengan wajah penuh kekhawatiran.

Mereka penasaran dengan apa yang ada di dalam ruangan tersebut. Nadia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan diikuti oleh Doni dan yang lainnya. Mereka tercengang melihat benda-benda yang ada di dalam ruangan tersebut. Nadia bergegas keluar dan menghampiri Widi yang masih duduk diatas sofa warna merah yang lumayan empuk.

“Jadi itu alasan lu nggak mau masuk lagi ke dalam ruangan itu Wid” tanya Nadia.

“Kamu udah ngeliat sendiri kan Nad gimana kondisi dan keadaan barang-barang di dalem ruangan itu. Dulu aku sempet nyuruh Aryo buat ngebuang semua barang itu, tapi ya dasar dia nya keras kepala, malah dia bilang mau dijadiin kenang-kenangan, bodoh” ucap Widi sambil tertawa.

“Emang kecelakaannya separah apa sih Wid?” tanya Jessica.

Widi mulai menceritakan kecelakaan yang menimpa Aryo membuat orang yang mendengarnya bergidik ngeri. “Diliat dari kondisi barang-barang didalem ruangan itu, ya kalian bisa ngebayangin sendiri gimana dahsyatnya kecelakaan Aryo. Sampai motornya hancur kayak gitu. Tubuhnya tertimpa motornya sendiri dan ia dilindas sama tiga motor lainnya sewaktu balapan, tubuh Aryo terbujur kaku, banyak yang mengira kalo Aryo itu meninggal di tempat.” ujar Widi menjelaskan. “Paramedis datang, dan saat itu jantung Aryo berhenti berdetak. Sontak kami kaget mendengar kabar tersebut. Aku gak henti-hentinya menangis, tapi keajaiban itu datang kira-kira sekitar sepuluh menit, jantung Aryo kembali berdetak dan di dalam ambulance, kita melihat wajah Aryo yang putih bersih berseri terlumuri oleh merahnya darah. Dia juga muntah-muntah darah. Kalian liat wearpack yang penuh darah itu, itu adalah muntahan darah Aryo” lanjut Widi. “Kalian liat sendiri kan gimana hancurnya motor yang dikendarai Aryo, parah bener kan. Motornya udah nggak kayak motor lagi, kalo dikiloin lumayan tuh" ujar Widi berkelakar.

Mereka tersenyum pahit, senyum dalam duka.

"Saat tiba di Rumah Sakit, Aryo langsung mendapat pertolongan, tapi kondisinya sangat kritis. Dokter aja mendiagnosa dia itu nggak akan bertahan lama untuk hidup, kami mengerti apa yang dikatakan dokter karena kami melihat kondisi Aryo yang sudah begitu parahnya, sungguh memprihatinkan. Dia mengalami patah tulang leher, gegar otak, patah tangan kanan dan kaki kanan, dengkul retak, tulang rusuk dan tulang belikat dislokasi, pokoknya saat itu kondisi Aryo benar-benar memprihatinkan. Bahkan ibuku waktu itu tak henti-hentinya menangis. Coba deh kalo ada Aryo, kalian suruh dia lari pasti dia nggak bakalan mau” ujar Widi sambil tersenyum kecut.

Di sela-sela Widi bercerita, mata Nadia berkaca-kaca sampai menitikan air mata. Begitu pula dengan Jessica. 

“Udah Wid, gw gak tahan lagi mendengar cerita itu” ucap Nadia.

“Sama Nad, aku aja nggak kuat buat nyeritain kejadian itu kembali. Tapi aku pikir kalian harus pada tahu gimana kehidupan Aryo di masa lalu. Biar kalian nggak salah kira nantinya” jawab Widi.

Berkat bujukan teman-temannya, Nadia mau mendengarkan lagi cerita kehidupan Aryo. Dan di siang yang cerah itu, Widi kembali menceritakan tentang masa lalu Aryo, datang ibunya Widi yang membawa makanan dan minuman dan ikut nimbrung mendengarkan cerita Widi. “Aryo waktu itu koma selama dua bulan, setelah sadar dia mengalami amnesia selama satu minggu” ujar ibu Widi sambil menyalami teman-teman Aryo yang berkumpul di ruang tengah rumah itu.

“Kenalin, ini ibu aku yang paling jago masak” ucap Widi.

“Jangan-jangan kak Aryo jago masak tu diajarin ibu ya?” tanya Nina penasaran.

“Iya… Aryo itu tipe orang yang selalu ingin tahu ilmu-ilmu yang belum dia kuasai. Sampai-sampai memasak pun dia pelajari, gayanya kalau dia lagi masak tu konyol banget, udah kayak koki beneran, tengil bener deh.”

Mereka tertawa mendengar candaan dari ibunya Widi, melupakan sejenak kejadian tragis yang menimpa sahabat karibnya di masa lalu.

“Aryo itu udah ibu anggap sebagai anak sendiri. Tapi ya itulah, dia itu anaknya paling bandel diantara Widi dan almarhum kakaknya Widi, keras kepala. Ampun deh kalo ngeliat kelakuannya dia” ujar ibunya Widi sambil melemparkan senyum keibuannya. “Lanjutin aja obrolannya, ibu lagi ada kerjaan di warung” lanjut ibu Widi sambil beranjak dari rumah itu.

Mereka menganggukkan kepala. Setelah ibunya Widi pergi, hening semua. Mereka membayangkan pahit dan kerasnya kehidupan Aryo. Entah apa yang akan terjadi bila kejadian itu menimpa mereka. Mereka pikir Aryo ikut balapan itu untuk mengusir kesedihan dan kesepian yang ia rasakan. Entahlah, hanya Aryo dan Tuhan yang tahu alasan Aryo melakukan itu semua.

ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang