Di ruangan itu mendadak hening. Hanya isak tangis karyawan wanita yang semakin terdengar.
“Apa-apaan kalian ini, laporan sederhana seperti ini saja tidak ada yang bisa mengerjakan” Aryo memecah keheningan. Dia berlalu dari hadapan mereka, membuka pintu sambil mengacungkan jempolnya dan nyengir lebar kepada karyawan-karyawan yang ada diluar tanpa diketahui karyawan yang ada di ruangannya.
Acungan jempol itu direspon dengan cengiran juga oleh para karyawan. Ternyata ini yang namanya ‘Penyambutan Karyawan Baru’. Aryo memanggil Risa, Nadia, Putri dan Wawan yang bertugas di bagian IT untuk masuk ke ruangannya. Masuklah ke empat karyawan itu. Mereka berdiri di belakang karyawan baru.
“Kalian ini sebagai senior harusnya memberikan arahan kepada mereka yang baru-baru” Aryo sedikit membentak.
Risa, Nadia, Putri dan Wawan biasa saja karena mereka tahu kalau Aryo tidak benar-benar marah, malah di dalam hati tertawa-tawa. Memang benar-benar pandai ber-acting anak satu ini. Walaupun ber-acting, mimik mukanya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia sedang ber-acting.
“Kita udah kasih arahan kepada mereka pak” jawab Nadia dengan nada yang sedikit bergetar. Acting juga dia, hebat.
Aryo kembali mengarahkan pandangannya kepada karyawan baru. “Saya tidak mau tahu dan saya tidak peduli kalian lulusan dari universitas mana. Mau bagus kek, mau jelek kek, yang saya butuhin itu keahlian. Masa laporan sederhana kayak gini aja nggak ada yang bener” ucap Aryo dengan nada marah hasil acting-nya.
Risa, Nadia, Putri dan Wawan tertawa-tawa dalam hati. Dua karyawan wanita masih terisak. Yang lain menenangkan. Mereka saling berpegangan tangan.
“Keluar kalian semua” bentak Aryo.
Sembilan karyawan itu meninggalkan ruangan Aryo. Dua karyawan wanita baru masih terisak, kasihan. Tiga lainnya pucat pasi. Senior-senior mereka memperhatikan. Sebenarnya sih ingin tertawa melihat muka-muka karyawan baru yang dimarahi habis-habisan oleh Aryo, hanya ditahan saja oleh mereka. Mungkin karyawan-karyawan baru ini berharap tidak akan dimarahi oleh pimpinan tertinggi mereka karena dirasa mereka masih baru. Apalagi setelah dimarahi, senior mereka terkesan cuek dengan kejadian yang baru saja mereka alami. Tumbuhlah pikiran-pikiran negatif dibenak mereka tentang perusahaan ini. Atasan killer-lah, partner kerja yang tidak peduli-lah, pokoknya campur aduk semua, ditambah lagi senior-senior yang sama sekali tidak mau bekerja sama. Bahkan mereka menyatakan menyesal telah masuk perusahaan ini di saat mengobrol dengan sesama karyawan baru tentunya.
Kata orang, perusahaan ini adalah perusahaan yang menyenangkan, orang-orangnya enak, bisa bekerja dengan santai tanpa ada tekanan. Tetapi tidak menurut mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
Literatura FemininaAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...