Nadia masih terbaring lemas di atas tempat tidurnya, entah bohongan entah betulan dia pingsan gara-gara bertemu sama kecoa.
Aryo berlari menghampiri Nadia. “Non, bangun non, empang sebelah kebakaran” seru Aryo sambil menepuk-nepukkan tangannya di pipi Nadia. Sungguh halus pipi Nadia, sepertinya jerawat juga enggan untuk menghinggapi di pipi putihnya.
Nina yang mendengar, tertawa. Nadia yang masih terbaring sedikit tersenyum. Aryo yang melihat kejadian tersebut tersenyum geli. Ia tahu kalau Nadia mencandainya. “Non Nina, bisa ambilin kaos kaki saya diluar nggak?” pinta Aryo kepada Nina.
“Haaah, kaos kaki buat apaan kak?” tanya Nina.
“Kita coba terapi kaos kaki deh, lumayan tu kaos kaki udah seminggu belum dicuci. Kali aja non Nadia bisa bangun gara-gara menghirup harumnya kaos kaki itu” terang Aryo sambil mengedipkan sebelah matanya. Nina sudah tahu maksud kedipan mata Aryo, bahwa Nadia pingsan itu hanya pura-pura.
Tiba-tiba Nadia terbangun dari tempat tidurnya. “Iiih jahat amat sih kalian, masa gw dikasih kaos kaki yang seminggu nggak dicuci”
“Tadinya saya mau kasih ciuman sih non, cuma nggak enak akh" ucap Aryo.
Nadia dan Nina mendelik, Aryo cengengesan.
Kemudian Aryo dan Nina tertawa terbahak-bahak. “Kak Aryo koq tau kalau kak Nadia itu pura-pura pingsan?” tanya Nina setelah tawanya reda.
Aryo masih ketawa-tawa. “Tadi pas saya bilang empang kebakaran, non Nadia senyum sih, jadi saya tau kalo non Nadia tu pingsannya boongan” ujarnya. "Lagian mana ada empang kebakaran?" lanjut Aryo.
Nadia mengacak-ngacak rambutnya. “Kecoanya mana?” tanya Nadia mengalihkan topik pembicaraan.
“Tuh masih nempel di punggungnya si non” jawab Aryo sambil tertawa. Aryo nyelonong keluar dari dalam kamar mengajak Nina yang berdiri cengengesan melihat tingkah kakaknya. Nadia melompat dari atas tempat tidur ke arah Aryo dan Nian. Ia menyuruh Aryo untuk mengusir kecoanya. “Udah pergi non kecoanya”
“Koq bisa?” tanya Nadia penasaran.
“Tadi kecoanya berbisik, katanya non Nadia nggak manis lagi kalo marah, jadinya dia pergi. Kan manisnya udah ilang” jawab Aryo.
Tertawa semua.
“Eh, mumpung masih pagi, bikin sarapan yuk” ajak Aryo.
“Ayo kak, udah lama nih Nina nggak masak bareng kak Aryo” jawab Nina penuh semangat.
Nadia menganggukkan kepalanya tanda menyetujui ajakan Aryo, mereka bertiga menuju ke dapur menyiapkan bahan masakan serta memasaknya penuh sukacita. Sarapan sudah, mandi sudah, beres-beres rumah juga sudah, waktunya mereka berangkat menjalankan aktivitasnya masing-masing.
“Kak semalem nggak jadi di-kissing sama kak Aryo ya?” ucap Nina sambil membentukkan tangannya mengerucut dan mendekatkannya satu sama lain.
Nadia mendelik sambil memeperhatikan wajah Nina. “Heh, kamu ngintip ya, nggak sopan kamu” ucap Nadia.
Nina cengengesan. “Nggak ngintip kak, cuma ngeliat doang. Tapi nggak ketauan sama kakak” ucap Nina
“Sama aja” ujar Nadia sambil mencubit pelan tangan Nina.
Terlihat di luar, mbok Ipah berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Nadia dan Nina. “Non maaf, mbok terlambat, anak mbok masuk Rumah Sakit” ujar mbok Ipah. Ia sangat kagum terhadap perubahan sikap Nadia yang dulunya dianggap judes sekarang menjadi baik hati tiada tara.
“Nggak papa mbok, kita udah sarapan koq” jawab Nadia.
“Iya mbok, kita udah sarapan koq” timpal Nina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
ChickLitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...