Nadia masih saja berkacak pinggang di hadapan Aryo.
"Non ya, boleh ya non... ya... ya...ya....!" pinta Aryo
"Pokoknya nggak boleh" ujar Nadia.
Aryo menghela nafas panjang. “Yah... ya udah deh kalo gitu saya pamit pulang” jawab Aryo dengan gaya khasnya.
“Eee... eee... gitu aja ngambek. Iya deh boleh, asal dengan satu syarat” ujar Nadia.
Aryo menyimak dengan serius.
“Pagi-pagi harus udah nyiapin sarapan buat kita berdua” lanjut Nadia.
Aryo menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal. “Siap, juragaaan” ujar Aryo dengan hormat ala tentara.
Nadia dan Nina cengengesan. Aryo nyelonong ke dapur. “Eh, juragan-jurangan ku yang cantik, mau di buatin minuman nggak?” tanya Aryo sambil sejenak menghentikan langkahnya.
“Nina teh manis anget kak” jawab Nina antusias.
“Kalo gw sama deh sama Nina, tapi jangan manis-manis yah, kita kan udah manis” ujar Nadia sambil cengengesan.
Aryo menggaruk telinga belakangnya. “Ya udah kalo gitu, pada bikin sendiri yah”
Nadia bersiap melemparkan bantal sofa ke arah Aryo, tapi Aryo sudah lari duluan masuk ke dalam dapur. Nadia dan Nina cengengesan melihat tingkah lucu Aryo.
Selang beberapa menit, Aryo keluar dari dapur sambil membawa tiga gelas minuman, dua gelas teh manis hangat untuk Nadia dan Nina serta satu gelas teh susu untuk dirinya sendiri. Dia memberikan gelas berisi teh manis hangat itu kepada Nadia dan Nina yang sedang asyik nonton film di televisi layar datar yang cukup besar di ruang tengah rumah. Sedangkan Aryo nyelonong keluar sambil membawa minumannya bersama asbak rokok. Ia duduk di teras rumah yang mengkilat menikmati indahnya malam itu. Ia menyalakan rokok yang dibawanya. Sambil mengepulkan asap rokoknya, ia memandangi bulan purnama, tak disangka air matanya mengalir menyusuri lekuk pipinya. Ia segera mengusap air mata yang merembes keluar.
“Malam ini indah ya Yo” ujar Nadia sambil melingkarkan tangannya di leher Aryo.
Aryo merasakan kalau dagu Nadia menempel di kepalanya. Aryo mematikan rokoknya yang baru beberapa kali ia hisap. “Biasa aja ah" ucapnya dengan nada datar.
“Yeee elu mah nggak sensitif akh jadi cowok”
“Saya sensitif lho non, buktinya saya bisa merasakan dagu non yang nempel di kepala saya” ucap Aryo sambil tertawa. “Eh non, ntar sama non Nina dikira pacaran lho” lanjutnya.
“Biarin kita kan emang pacaran. Lagian Nina nya aja udah pergi tidur” kilah Nadia.
“Emang kita pacaran yah?”
“Tuuu kan bener, lu ini emang cowok yang gak sensitif” ujar Nadia sambil menggeser badannya ke samping Aryo dan menyandarkan kepalanya di pundak Aryo.
“Non, rambut si non udah berapa lama sih nggak dikeramas?” canda Aryo.
“Enak aja, gw barusan mandi tau. Lu tu kali yang belum mandi” balas Nadia.
Aryo mencium-cium bau badannya. “O iya ya.... saya yang bau” ujar Aryo sambil diiringi derai tawa mereka berdua.
Mereka melihat bintang jatuh di langit, Nadia memejamkan matanya dan mengepalkan kedua tangannya. Aryo memperhatikan.
“Tadi ngapain Nad, merem-meremin mata segala?” tanya Aryo.
Nadia memandangi wajah Aryo yang tertimpa cahaya bulan. “Yesss.... akhirnya lu manggil nama gw tanpa sebutan non, berarti lu bisa dong manggil gw tanpa sebutan 'non'” ucap Nadia setengah berteriak.
Aryo menepuk jidatnya sendiri, mungkin ia keceplosan memanggil Nadia tanpa awalan ‘non’ seolah itu adalah dosa besar. Dia memandang wajah Nadia lekat-lekat, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Nadia. Begitupun Nadia, ia menyongsong wajah Aryo dengan wajahnya sambil memejamkan mata.
PROOOKKK....
Aryo menepukkan tangannya ke jidat Nadia. “Nyamuk non” ucap Aryo sambil mengepal-ngepalkan tangannya.Nadia membuka mata dan menyambar minumannya yang masih panas, ia langsung meminumnya tanpa menghiraukan seberapa panas minuman itu. Seketika itu juga ia memuntahkan kembali minumannya.
Aryo tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Nadia. “Hati-hati non, masih panas” ucap Aryo dengan masih menahan tawanya.
“Telat lu" sela Nadia.
Aryo kembali tertawa terbahak-bahak.
“Seneng lu ya ngeliat orang menderita” ujar Nadia.
Aryo kembali melepaskan tawanya.
“Udah ah, gw mau tidur” ujar Nadia. Ia nyelonong ke dalam rumah dengan muka yang cemberut. Aryo masih saja cekikikan di teras rumah.
Beberapa saat kemudian, Aryo masuk ke dalam rumah. Ia duduk di sofa, menyalakan televisi, mengganti-ganti channel televisi tapi tidak ada acara yang seru. Ia terus mengganti channel, mencari-cari acara, tapi acara-acara ataupun film-filmnya dirasa sudah ditonton semua oleh Aryo dengan kata lain acara dan filmnya adalah film ulangan. Ia mematikan televisi dan merebahkan badannya di atas sofa. Lama-kelamaan ia tertidur di situ.
Di pagi buta, Aryo memandangi embun-embun yang tertimpa sinar lampu dari teras. Ditemani segelas teh susu manis hangat, sebungkus rokok dan dendang lagu Without You-nya Air Supply. Entah apa yang dipikirkannya. Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar teriakan Nadia, ia bergegas masuk menuju kamar Nadia diiringi Nina.
Aryo membuka pintu kamar, “Ada apa non?”
“Kecoa Yo, jijik banget tau" ujar Nadia.
“Non nya kelewat manis sih, jadi kecoa masuk deh ke kamar si non” ledek Aryo, Nadia teringat perkataannya semalam.
“Iiiih… jangan ngomong terus, usirin kek” ujar Nadia.
“Nggak akh, usir aja sendiri” balas Aryo sambil nyelonong keluar dari kamar Nadia.
Nina yang melihat Nadia ketakutan malah cengengesan sambil berlalu dan mengikuti Aryo dari belakang, tanpa menghiraukan Nadia yang sedang menjerit-jerit ketakutan.
“Aryoooo” teriak Nadia dari dalam kamar.
“Apaaaaa” Aryo balas berteriak kepada Nadia.
“Jahat banget sih lu Yo, tolongin gw napa”
“Bodo ah” teriak Aryo kembali.
“Gw pingsan nih” kilah Nadia.
“Hahaha, mau pingsan koq bilang-bilang, pingsan mah pingsan aja non jangan bilang-bilang napa” balas Aryo.
Hening, Aryo yang sadar akan hal itu seketika mengambil cairan pembunuh serangga sebenarnya dia juga takut dan geli dengan kecoa. Aryo masuk ke dalam kamar Nadia, khawatir kalau Nadia mengalami sesuatu di dalam kamarnya. Dia dan Nina kaget melihat Nadia yang terbaring di atas tempat tidurnya. Aryo berlari menghampiri Nadia yang terbaring lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
ChickLitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...