Waktu berjalan begitu cepatnya, tapi tidak bagi karyawan baru. Mereka masih merasakan penyesalan masuk ke perusahaan yang dipimpin Aryo, yang katanya slengean, yang katanya humoris, yang katanya baik hati, yang katanya dan katanya. Mereka telah dicekoki omongan orang. Bahkan di kantin, mereka masih saja murung. Aryo melihat tingkah polah mereka, terlihat satu orang yang menyimpan amarah dan dendam. Tapi Aryo tenang-tenang saja, dia tidak ada niatan untuk memarahi karyawan baru itu. Marah-marah itu hasil dari acting-nya.
Jam istirahat usai. Mereka kembali menjalankan aktivitasnya masing-masing. Ada yang mengerjakan tugasnya yang tadi tertinggal karena diselang waktu istirahat. Ada juga orang-orang IT yang bergentayangan, sepertinya sedang memperbaiki masalah-masalah dunia per-teknologian dan per-komputeran dikantor itu.
Karyawan-karyawan baru masih terlihat tidak menerima perlakuan Aryo kepada mereka. Mana senior mereka cuek-cuek pula. Lengkaplah sudah penderitaan mereka di kantor ini. Mereka dipaksa oleh seniornya untuk mengerjakan laporan yang akan menjadi tanggung jawab mereka nantinya. Benar-benar tidak punya perasaan senior-senior ini. Tapi tenang, itu hanya bagian dari acara 'Penyambutan Karyawan Baru'
Sementara itu, Aryo masih sibuk mengecek laporan-laporan yang diserahkan kepadanya. Memang sudah menjadi kebiasaannya, sebelum menandatangani laporan yang diterimanya, ia pasti mengecek dulu laporan yang diterimanya dengan teliti. Selesai mengecek laporan, ia menyandarkan badannya di kursi. Memutar kursinya dan memandang jalanan ramai dari balik kaca ruangannya. Ia benar-benar terkejut melihat anak-anak sekolah berseragam SMA saling berkejar-kejaran di jalan depan kantor. Mereka tawuran. Ia melihat banyak anak-anak SMA yang bergerombol dua kubu dan siap mengadu emosi di jalanan tepat depan kantor. Ada yang membawa batu, kayu, gear motor yang diikat dengan ikat pinggang dan senjata tajam lainnya.
Aryo segera berlari dari ruangannya dengan terburu-buru dan pastinya dengan kaki yang sedikit pincang. Karyawan yang lain heran dengan Aryo yang berlari terburu-buru. Mereka malah masuk ke ruangan Aryo dan terkejut melihat pemandangan di luar.
"Jangan-jangan pak boss mau ikut tawuran lagi" canda Putri.
"Elu ini ada-ada aja Put" ucap Nadia sedikit tertawa.
Mereka masih memperhatikan. Apa yang akan dilakukan Aryo.
Sesampainya di bawah, Aryo langsung berlari menghampiri security-security yang sedang berjaga disana. "Pak, bantuin saya" teriaknya sambil berlari.
"Kenapa pak boss?" tanya pak Freddy, Kepala Security.
Setelah menyadari keadaan yang mereka hadapi, hampir semua security ikut berhamburan membantu Aryo untuk menutup gerbang yang lumayan besar. Mereka beramai-ramai berlari, sekitar sepuluh orang yang ikut berhamburan. Dan benar saja, ada satu anak SMA yang mencoba masuk ke halaman kantor tersebut. Tanpa pikir panjang, Aryo menendang anak tersebut hingga anak itu terjungkal keluar dari halaman kantor. Daripada anak-anak ini masuk ke halaman kantor dan merusak fasilitas yang ada disana, mending ditendang saja anak itu.
Aryo yang dibantu pak Freddy dan security-security yang lain menutup gerbang. Tapi tanpa disangka, Aryo yang sedang menutup gerbang terkena pukulan balok kayu tepat dikepalanya. Sepertinya yang memukul adalah teman dari anak yang ditendang oleh Aryo. Mereka benar-benar menjadi beringas. Kepala Aryo berdarah. Ia berjalan sempoyongan sambil memegang kepalanya. Lumayan deras juga darah yang mengalir. Tak lama setelah itu, ia terjatuh. Tergeletak di atas paving block halaman kantor, pingsan sepertinya. Darah segar masih terus mengalir.
Security-security benar-benar terkejut melihat Aryo yang tergeletak tak berdaya dengan aliran darah dari kepalanya. Sebagian ada yang mencoba menyadarkan dan sebagian lagi masih berusaha menghalau anak-anak beringas itu. Karyawan-karyawan yang memperhatikan dari lantai dua berhamburan keluar melihat boss besarnya yang tergeletak tak berdaya.
Tak lama berselang, personil polisi pun datang untuk membubarkan tawuran tersebut. Anak-anak SMA itu kocar-kacir berlarian tak tentu arah menghindari kejaran polisi. Terlihat beberapa anak berhasil diamankan polisi.
Sementara itu kepala Aryo masih mengeluarkan darah, tubuhnya diangkat oleh dua orang security. Tak butuh orang banyak untuk mengangkat tubuh Aryo, karena ia kurus. Bahkan bisa disebut kering kerontang. Padahal satu orang security saja pasti kuat untuk mengangkat tubuh Aryo. Mereka mengangkat Aryo ke klinik di kantor itu. Beruntung dokternya sedang ada di klinik, jadi tak perlu waktu lama untuk mengobati kepala Aryo. Luka sobeknya ternyata cukup dalam, pantas darah segar yang mengalir begitu banyak. Nadia menangis melihat Aryo yang tergeletak di atas tempat tidur khusus pasien. Ia ditenangkan oleh Rini yang juga mengucurkan air matanya. Begitu juga karyawan wanita lainnya, mereka terisak melihat boss besarnya.
Kepala Aryo diperban...,
Sudah satu jam Aryo pingsan. Nadia berada disamping Aryo sambil memegang tangannya. Ia masih terisak. Selain Nadia dan Aryo ada juga Rini, Putri, Risa dan dokter yang bernama bu Indah menunggu Aryo sadar.Setengah jam kemudian, perlahan-lahan mata Aryo terbuka. Ia memegang kepalanya, masih pusing mungkin. Orang-orang disana mendekati Aryo yang sudah mulai sadar."Kenapa non nangis?" pertanyaan bodoh yang diajukan Aryo.
Nadia terdiam memandang Aryo. Aryo heran, ia memandang sekelilingnya. Minta penjelasan sepertinya. Rini mengerti dengan gelagat Aryo, ia menunjuk kepalanya sendiri. Aryo mengerti. Ia pun mencoba memegang kepalanya. Sakit dan pusing yang dirasakannya.
"Pak boss istirahat dulu. Lukanya lumayan dalem" bu Indah menjelaskan.
Aryo mengangguk. "Aduuuh" dia sedikit berteriak.
Orang-orang disana terkejut. Apalagi Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
ChickLitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...