Disaat usia Aryo menginjak sembilan tahun, dia ditinggalkan oleh satu-satunya keluarganya yang tersisa. Paman Aryo meninggal karena komplikasi jantung dan paru-paru. Selama berhari-hari ia menutup kehidupannya dari dunia luar, banyak teman-teman Aryo yang membujuk Aryo bahkan guru dari sekolahnya sendiri datang untuk menghibur dan menghilangkan kesedihan Aryo. Tapi ya itulah Aryo, sosok orang yang keras kepala, dia tak pernah mau menemui teman-teman dan gurunya yang datang berkunjung. Kondisinya sungguh memprihatinkan, keluarga Widi pun hanya bisa pasrah dengan kondisi Aryo. Lambat laun Aryo mulai sadar kalau kehidupannya terus begini dia tdak akan pernah mengalami kemajuan sedikitpun. Ia mulai meniti dan menata kembali kehidupannya yang telah hancur lebur ditelan kesedihan yang mungkin terasa berat untuk dialami seorang Aryo kecil.
“Kalo ada pamannya pasti ada bibinya dong Wid?” tanya Roy.
“Pernikahan mereka gak berlangsung lama. Hanya dua tahun, aku nggak tau juga alasan bibinya Aryo meninggalkan suaminya itu” ujar Widi sambil masih mengalirkan air matanya. “Dan keluarga kami merasa bertanggung jawab atas kehidupan Aryo setelah itu” lanjut Widi.
“Sorry Wid, aku nyela dulu ceritamu” sela Jessica.
“Iya kenapa Jes?”
“Aku mau tanya, kenapa pas Aryo menang balapan kemaren kamu malah menamparnya dan kamu bilang kamu kecewa sama Aryo?” tanya Jessica penasaran tentang sikap Widi kemarin.
“Kalian tau nggak pembalap yang dijuluki si Dewa Balap?” Widi balik bertanya.
“Tau, selain almarhun kakak kamu, dia juga idolaku. Dia itu misterius, tapi sayangnya dia tenggelam begitu aja setelah kecelakaan parah yang menimpanya di sirkuit” ujar Doni sambil menundukkan kepalanya.
“Asal kalian tau aja, alasan aku menampar Aryo tu yaitu, si Dewa Balap tu orang yang kalian cari” ucap Widi menjelaskan.
Doni dan teman-temannya yang tahu dengan si ‘Dewa Balap’ terhenyak mendengar pernyataan Widi.
“Jadi maksud lu si Dewa Balap itu Aryo?” tanya Agus, dengan nada terkejutnya.
“Iya, aku nggak mau lagi kehilangan keluargaku gara-gara balapan” jawab Widi. “Waktu Aryo kecelakaan, aku udah nggak bisa ngebayangin lagi bakalan kayak gimana akhirnya. Sebenarnya dia udah dilarang ikut balapan sama ibu dan ayah, mereka takut kehilangan laki-laki yang mungkin bisa menggantikan posisi kakakku, tapi ya kalian tau sendiri lah kalo Aryo itu orangnya keras kepala” lanjut Widi dengan pandangan yang jauh menelusuri masa lalunya.
“O iya Wid, waktu itu kamu pasti ada kan di stand mekanik dan teamnya Aryo?” tanya Agus.
“Iya, kenapa emang?”
“Kamu tau nggak kenapa Aryo bisa kecelakaan sampai sedahsyat itu?” Agus bertanya kembali.
“Kalo aku ceritain sih bakalan panjang, tapi aku ringkas aja yah ceritanya. Menurut cerita dari rekan-rekan Aryo sih, ada seorang mekanik dari team Aryo yang nggak suka sama Aryo karena dia kalah telak dari Aryo saat pemilihan kandidat pembalap sebagai penerus almarhum kakakku, jadi motor yang dipakai balapan sama Aryo tu diutak-atik sama mekanik tersebut. Aku nggak tau apa yang diutak-atiknya dan memang benar, mekanik itu mengakui semua perbuatannya” ujar Widi menjelaskan. “Yah mungkin yang pernah nonton balapan di tahun itu bakalan tau lah gimana proses terjadinya kecelakaan itu. Ya itulah Aryo, dan mungkin masih banyak cerita kehidupan Aryo yang nggak kalian ketahui” lanjut Widi.
“O iya yank, kita kan ngumpul di sini buat ngebahas keberadaan Aryo nih. Kamu tau nggak Aryo di mana?” tanya Doni.
“Ya, aku kan udah bilang, Aryo itu orangnya misterius jadi aku juga nggak tau di mana keberadaan dia” kilah Widi.
“Nina nggak sanggup kak, buat kehilangan kak Aryo”
“Udah Nin, kita berdoa aja semoga Aryo kembali berkumpul bersama kita” ujar Widi.
Mereka semua menundukkan kepalanya pertanda sangat menyesal dan sangat kehilangan seorang Aryo. Apalagi Nadia yang memang merasa bersalah atas apa yang dilakukannya selama ini kepada Aryo dan ia pun merasa bertanggung jawab dengan kasus menghilangnya Aryo. Widi tidak mau menceritakan tentang keberadaan Aryo karena memang ia sudah berjanji kepada Aryo untuk tidak memberitahukan keberadaan Aryo.
“Nin, sorry kakak mau tanya” ucap Nadia
“Iya kenapa kak?”
“Bukan maksud kakak ngeremehin Aryo, tapi kakak mau tau apa saja sih jasanya Aryo kepada kita?”
Mendengar pernyataan Nadia, Widi tersenyum sedangkan yang lain menggelengkan kepalanya.
“Kakak tau nggak siapa yang nyelametin kakak kemaren pas kakak mau ketabrak mobil, kak Aryo kan?”
Nadia menganggukan kepalanya
“Terus, yang ngegendong kakak pas kakak nggak kuat saat mendaki gunung di Garut, kak Aryo kan?” lanjut Nina. “Kakak tau nggak pas kakak masuk Rumah Sakit kakak tu koma, siapa yang ngedonorin darah buat kakak?” tanya Nina.
“Setau kakak sih Kevin, Nin” jawab Nadia.
Doni dan teman-temannya tertawa mendengar jawaban dari Nadia.
“Nad-Nad, ternyata lu itu udah bener-bener dibodohin ama si Kevin” ucap Jessica.
“Maksud lu Jes?” ujar Nadia.
“Lu tau nggak yang ngedonorin darah buat lu itu bukan si Kevin tapi Aryo, sampe-sampe Aryo juga masuk Rumah Sakit gara-gara dia pengen nyelametin lu” ujar Jessica.
“Iya tu Nad, jadi mau nggak mau seneng gak seneng di dalem diri lu tu ngalir darahnya Aryou” ucap Doni
“Iya kak, saat itu hanya darah kak Aryo yang cocok dengan kakak, malahan si Kevin sendiri nggak pernah nengok kakak sewaktu kakak terbaring di Rumah Sakit”
“Dan perlu lu tau juga Nad, sewaktu Aryo terbaring di Rumah Sakit bareng ama lu, di saat kita nengok dia yang dia tanyain pertama tu keadaan lu. Baru dia nanyain keadaan kita” Citra menimpali.
"Tolol lu Nad, kalo elu nggak pernah ngakuin jasa-jasa yang pernah Aryo lakuin sama elu. Tapi apa yang loe kasih sama Aryo? Cuma omongan dan perbuatan yang bikin sakit hati doang" ujar Agus dengan nada yang meninggi, yang membuat pengunjung restoran menoleh ke arah mereka.
Mata Nadia berkaca-kaca. Sungguh bodoh perbuatan yang dilakukannya selama ini terhadap Aryo, tanpa sadar air mata jatuh membasahi pipi putihnya yang membuatnya tertunduk tidak berdaya dihadapan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
ChickLitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...