PART 47 [Momen Yang Sedikit Dipaksakan]

13 1 0
                                    

Nadia tidak menyangka kalau Aryo akan melakukan hal seperti itu di tempat umum. Benar-benar hal yang jarang dilakukan dan ditunjukkan oleh Aryo. Sontak orang-orang disana heran melihat kemesraan mereka, ada yang cengengesan, ngeliat heran, ada juga yang mupeng.

Nadia menikmati momen dimana dirinya menyandarkan kepala di bahu Aryo padahal momen itu benar-benar momen yang dipaksakan oleh Aryo. Ia sudah tidak peduli lagi kalau itu paksaan atau bukan, yang penting dirinya menikmati saat-saat itu. Aryo terus mengelus rambut Nadia. Mereka cuek dengan orang-orang yang memperhatikan. Memang seperti ada yang disembunyikan oleh Aryo waktu itu, tapi buat Nadia yang penting nyaman.

"Non, rambut si non bau banget ya" canda Aryo sambil ketawa ngakak.

"Ih, badan lu juga bau" ucap Nadia kesal.

"Ya udah deh, kalo sama-sama bau nggak usah saling ngejek ya"

"Lu duluan tuh yang mulai" Nadia nyolot.

"Hehe, iya iya maaf" Aryo memninta maaf. "Entar momen romantisnya ilang lagi" lanjutnya mencoba menenangkan.

Walaupun saling ejek dengan kata-kata bau, ternyata mereka masih betah dengan posisi itu. Rupanya ejekan itu hanya bumbu penyedap dalam sebuah hubungan.

“Non Nina udah pulang belum ya non?” tanya Aryo.

“Nina lagi jalan bareng si Adit, agak maleman katanya baru pulang. Tadi dia sms gw” Nadia menjelaskan.

Aryo mengangguk.

“Entar lu nginep di rumah lagi ya Yo, ngeri gw sendirian”

“Biasanya juga sendirian. Lagian kan ada non Nina” sergah Aryo.

“Yee, beda kasus ini mah. Kan Nina pulangnya malem” jawab Nadia.

“Ada yang nganterin ke rumah nggak non Nina?”

“Ya bareng Adit lah”

“Syukurlah, kalo berani macem-macem sama non Nina, beneran saya bunuh tuh anak”

“Kalo ada yang macem-macem sama gw?” goda Nadia.

“Saya biarin aja”

“Lho koq dibiarin?” tanya Nadia yang mendadak cemberut.

“Lagian lebih galakan si non sih daripada saya, lelaki mana berani”

Nadia mendengus kesal, Aryo tertawa. “Jadi nggak lu nginep di rumah gw?” tanya Nadia sedikit memaksa.

“Iya, iya…” jawab Aryo.

Nadia tersenyum.

Aryo melirik-lirik ke belakang mencari seseorang. Rupanya wanita panggilan yang sering menemaninya makan sedang ada disana. Bermesraan dengan lelaki lain. "Ah kampret masih ada, lagi"gumamnya sedikit terdengar.

"Masih ada apanya Yo?" Nadia mendengar gumaman Aryo.

"Nggak non" jawab Aryo gelagapan.

Nadia tidak lantas mempermasalahkan gumaman Aryo yang didengarnya. Ia terlalu menikmati momen-momen yang sedang menghinggapinya.
Beberapa menit kemudian, wanita panggilan itu mulai meninggalkan warung pecel lele. Aryo memperhatikan dengan samping matanya. Ia menarik nafas panjang.

"Berangkat yuk non" ajak Aryo.

Nadia mengangkat kepalanya dari bahu Aryo, wajahnya sedikit menyiratkan kekecewaan. Mungkin ia ingin lebih lama menikmati waktu berdua bersama Aryo dengan menyandarkan kepalanya di bahu Aryo. Aryo membayar semua makanan yang mereka pesan. Beranjak dari sana menuju ke supermarket untuk membeli barang-barang yang akan mereka berikan kepada anak-anak panti.

Sesampainya di supermarket, mereka memborong barang lumayan banyak. Ada makanan, pakaian, mainan dan yang lainnya. Mereka lupa kalau mereka tidak membawa mobil, Nadia bingung sendiri memikirkan semua belanjaan yang akan dibawanya. Aryo pun garuk-garuk kepala. Akhirnya Aryo menelpon Ujang, beruntung Ujang belum pergi ke pasar untuk berjualan daging meneruskan usaha yang dirintis Aryo dan pamannya. Karena kesibukan Aryo, ia tidak sempat lagi untuk berjualan daging di pasar. Aryo pun merekrut orang untuk membantu Ujang di pasar.

Tak berapa lama, Ujang datang. Ia membawa serta partner kerjanya yang dulu direkrut Aryo. Mereka menghampiri Aryo dan Nadia yang sedang bediri bengong di depan parkiran supermarket.

“Banyak bener boss belanjaannya. Buat siapa?” tanya Ujang.

“Biasalah, buat anak-anak” jawab Aryo.

Ujang sudah paham anak-anak siapa yang dimaksud Aryo.

“Terus buat saya sama istri saya mana boss?” tanya Ujang kembali.

“Yee elo kan punya gaji, masa nggak cukup segitu”

“Haha, pelit bener nih si boss” ujar Ujang sambil tertawa.

Mereka tertawa.

"Eh bentar-bentar..." sela Aryo. Ia lari lagi masuk ke dalam supermarket.

ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang