PART 63 [Luber Juga]

15 1 0
                                    

Di dalam ruangan itu, Putri dan Nadia berbincang masalah seputar kehidupan mereka. Tapi yang namanya cewek, pasti ujung-ujungnya malah nge-gosip. Dasar cewek.

Nadia bahkan dicecar berbagai pertanyaan oleh Putri yang memegang julukan ‘Mulut Ember’ alias si tukang ngomong. Mau itu pertanyaan pribadi atau bukan, sudah tidak ada batasannya lagi bagi mereka. Karena memang mereka adalah teman dekat, jadi mereka lebih terbuka.

=======================================================================

“Nad, lu koq bisa alergi sama udang sih?” tanya Putri.

“Pertanyaan bodoh yang nggak perlu gw jawab…” jawab Nadia.

Putri mendengus kesal. Tapi memang benar sih, pertanyaan dari Putri ini adalah pertanyaan yang sedikit konyol.
Mereka melanjutkan obrolannya yang seru tanpa menghiraukan kamar sebelah, tapi kamarnya memang agak tertutup. Jadi mereka tidak khawatir dengan penghuni sebelah yang bakalan merasa terganggu dengan obrolan mereka.

“Kejadian ini udah dua kali gw alami, Put…” ujar Nadia.

“Dua kali?”

“Iya, dulu gw kayak gini waktu SMA dan malaikat penolong gw itu sama juga, Aryo”

“Lu dulu muntah darah juga?” tanya Putri.

“Iya, tapi waktu itu gw tau kalo gw muntah darah itu dari adek gw"

“Koq bisa?”

Nadia mulai menceritakan kembali kenangannya sewaktu masih zaman-zamannya SMA. Ia menceritakan sampai yang detailnya bahkan tak ada yang terlewat sedikitpun, matanya berkaca-kaca.

“Jadi pak boss itu orang yang sangat berarti di hidup lu ya, Nad?”

“Berarti banget Put, gw gak tau gimana nasib gw kalo seandainya waktu itu nggak ada Aryo”

Putri mengangguk. Ia pun merasakan hal yang sama, bagaimana nasibnya kalo seandainya waktu itu Aryo tidak datang menyelamatkannya dalam musibah kebakaran yang menimpanya. Baginya, Aryo itu sudah lebih dari atasanny, ia menganggapnya sebagai kakaknya sendiri yang selalu melindungi dirinya bahkan sampai rela mempertaruhkan nyawanya.

"Nad, sorry. Mungkin ini pertanyaan yang agak sedikit pribadi. Gw harap, lu mau ngejawab pertanyaan gw"

"Ah, pertanyaan pribadi pertanyaan pribadi. Gw rasa, pertanyaan yang selalu lu ajuin ke gw itu pertanyaan yang menyangkut kehidupan pribadi gw" ucap Nadia gemas.

Putri nyengir. “Gw liat tadi lu nangis di ruang rapat, kenapa?” tanyanya penasaran.

“Ah, salah liat lu Put" kilah Nadia.

“Lu nggak bakalan bisa ngebohongin gw Nad” balas Putri.

Nadia terdiam.

“Ceritain dong Nad, biar sedikit lega perasaan lu. Kita ini kan sahabat” tambah Putri.

Nadia masih terdiam, ia memainkan remote tv yang ada di genggamannya.

Putri menunggu sahabatnya ini untuk bercerita. "Tapi kalo elu nggak mau cerita juga nggak papa deh. Mungkin, ini pertanyaan yang terlalu pribadi buat elu. Gw ngerti koq"

Nadia memandang Putri. “Tapi janji ya, jangan bilang sama orang lain, kecuali Rini sama Risa. Gw tau, pasti mereka bakalan nanyain pertanyaan yang sama ke gw” ujar Nadia.

"Haha, tadinya kita bertiga emang mau nanyain masalah itu ke elu. Tapi elu-nya keburu kesini. Nggak jadi deh nanyain masalah itu"

"Awas lu, janji ya"

"Iya, gw janji" ucap Putri sungguh-sungguh.

Mereka mengaitkan jari kelingkingnya, meniru gaya berjanji Aryo. Sembari menghela nafas panjang, Nadia mulai menceritakan bagaimana asal-usul Aryo, kehidupan Aryo waktu kecil dan segalanya yang berkaitan dengan Aryo. "Gw salut sama kehidupan dia Put, gw nggak mau kehilangan dia...," ujar Nadia sambil menghela nafas panjang dan memandang ke luar jendela samping kanannya, mengakhiri kisah.

Putri ikutan menghela nafas, kemudian memegang tangan Nadia, erat.
Beberapa menit kemudian, Aryo dan Wawan masuk ke ruangan tempat Nadia dirawat. Aryo kembali duduk di samping Nadia sambil menonton televisi yang acaranya sudah diganti oleh Nadia. Biasa, kalau siang-siang begini, Nadia paling suka nonton sinetron FTV. Film Televisi yang ending-nya sudah ketahuan, pasti ujung-ujungnya si aktor dan aktris pemeran utama saling jatuh cinta. Dan pastinya, sinetron di Indonesia ini tidak jauh dengan yang namanya cerita cinta dan orang baik yang terus disiksa oleh orang jahat. Dan lebih anehnya lagi, episodenya pun tidak pernah sedikit, bahkan sampai ratusan episode yang ditayangkan, rating-nya pun terus naik. Tapi untuk acara-acara pendidikan sangat sedikit sekali, memang sangat memprihatinkan sekali tontonan sekarang ini.

“Pak boss, berhubung udah agak sore, kita balik kantor dulu ya” ucap Putri.

“Iya Put, ati-ati di jalan” ujar Aryo.

“Lha, ntar pak boss baliknya gimana?” tanya Wawan dengan gaya melambainya, dasar banci.

“Haha, gampang Wan, lagian masih banyak juga bus yang sliweran di jalanan” jawab Aryo.

Putri dan Wawan tersenyum.

“Kita ke kantor dulu ya boss” ujar Putri.

Aryo menganggukkan kepalanya.

“Nad, cepet sembuh”

Nadia menganggukkan kepalanya. "Thanks ya"

Beranjaklah Putri dan Wawan dari ruangan itu untuk kembali ke kantor.
Setelah Putri dan Wawan pergi dari ruangan itu, Aryo beranjak dari samping Nadia dan mendekati jendela lalu membukanya. Ia mengambil bungkusan rokoknya dari dalam saku celana. Terlihat rokoknya tersisa empat batang, berarti hari ini ia hampir menghabiskan satu bungkus rokok. Aryo mulai menyulut rokoknya, Nadia yang memperhatikan hanya geleng-geleng kepala. Asap rokok terus mengepul dari mulut Aryo, lama-kelamaan pikirannya menerawang kembali ke masa lalu, tapi lamunan itu harus buyar karena bunyi HP-nya yang terus berdering di dalam saku bajunya. Matanya melotot ketika melihat nama yang tertera di display ponselnya.

ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang