PART 14 [Sekotak Kenangan]

55 4 0
                                    

Setelah sekian lama menunggu, Aryo tak kunjung kembali, teman-temannya merindukan dia. Apalagi Nadia yang merasa sangat bersalah atas kepergian Aryo. 

Hidup Nadia berubah drastis, dia sudah putus hubungan dengan Kevin, sering belajar memasak bersama Nina dan sekarang ia terlihat terbuka dengan teman-temannya setelah sekian lama tidak bergaul dengan teman-temannya, tetapi ia juga terlihat selalu murung. Nadia mencoba tegar untuk menghadapi masalahnya, tetapi apa daya ia begitu berat untuk kehilangan orang yang selalu menjaga dan membantunya walaupun secara tidak langsung ia tidak menyadari semua itu. 

Nadia mencoba memberanikan diri untuk memasuki kamar Aryo yang ada di rumahnya. Dia melihat seisi kamar Aryo, di ruangan itu hanya terlihat tempat tidur yang lumayan besar, lemari baju, meja kecil dan baju SMA Aryo yang menggantung dan penuh dengan bercak darah. Ia membuka lemari yang ada di dalam kamarnya Aryo, dan melihat kotak yang tertutup rapat dan kelihatan masih baru, ia mengambil kotak tersebut, tetapi betapa terkejutnya ia setelah melihat tulisan di kotak tersebut 'ulang tahun non Nadia'. Ia membuka kotak itu, didalam kotak terdapat kalung, cincin, boneka, baju dan hal-hal yang menggambarkan lumba-lumba. Aryo tahu benar apa yang paling disukai oleh 2 majikannya tersebut. Ia teringat kembali dengan perayaan ulang tahunnya yang ke 19 dimana ia mengejek Aryo habis-habisan di depan teman-temannya. Air mata kembali jatuh menyusuri pipi putih Nadia.

“Udah lah kak, kalo kakak terus-terusan kayak gini, kakak bisa sakit”

“Eh, kamu Nin. Kakak nggak papa koq, kakak cuma heran aja, kenapa Aryo tu masih aja baik sama kakak, padahal kakak udah ngejahatin dia Nin" ujar Nadia mengusap air matanya sambil memperlihatkan isi kotak yang baru saja ia buka kepada Nina.

Nina tersenyum. “Itulah kak, hebatnya kak Aryo. Walau tanpa kakak sadari, dia itu tetap ada dan pasti tahu apa kemauan kita. Kakak masih inget ulang tahun kakak yang ke 19, kakak telah mempermalukan Kak Aryo di depan banyak orang. Setelah kejadian itu Nina langsung menghampiri kak Aryo dan dia cuma bilang 'namanya hidup non'. Tanpa kakak sadarin, Kak Aryo tu tau apa yang paling disukain kakak, beda dengan si Kevin, dia malah ngasih boneka monyet” lanjut Nina sambil tersenyum.

“Udah Nin, jangan ngomongin si brengsek itu lagi, kakak udah ilfil denger nama dia." ucap Nadia, yang sepertinya sudah tidak mau berhubungan lagi dengan mantan pacarnya, Kevin. Walau hanya untuk mendengarkan namanya saja. "Eh Nin, Aryo itu sering berantem yah, sampe-sampe bajunya penuh bercak darah gitu” tanya Nadia, sambil menunjuk baju putih yang menggantung di tembok kamar Aryo.

“Kakak ini lucu deh, itu bukan bekas berantem kak”

“Terus?”

“Kakak inget nggak pas kita makan di restoran deket sekolah. Kakak nggak tau kan kalo makanan yang kakak makan itu mengandung bahan yang kakak nggak suka dan menyebabkan alergi?”

Nadia menganggukan kepalanya. 

“Saat itu kakak sesak nafas, Nina panik banget dan Nina minta bantuan orang-orang yang ada disana, tetapi mereka malah kebingungan sendiri. Bahkan si brengsek itu juga cuma ngeliatin kakak. Akhirnya Nina manggil kak Aryo yang berada di luar. Kak Aryo langsung berlari menghampiri kakak, ia memapah kakak tetapi kakak nggak kuat lagi buat berdiri, akhirnya kak Aryo menggendong kakak dipangkuannya”

“Kalo itu kakak inget, tapi abis itu kakak nggak inget apa-apa lagi” ujar Nadia.

“Ya nggak bakalan inget lah, waktu itu kakak pingsan sih, kak Aryo menggendong kakak keluar sambil masuk ke dalam mobil, cuma kita bertiga di dalam mobil itu, kak Aryo langsung tancap gas tetapi sekitar tiga KM perjalanan, mobil kita kena macet parah bahkan mobil kita nggak bisa gerak sama sekali. Akhirnya kak Aryo turun dari mobil dan menggendong kakak, dia nanya ke Nina kuat nggak kalo jalan sekitar dua kilo? Ya Nina jawab aja kalo Nina masih kuat”

“Jadi Aryo menggendong kakak sejauh itu?” tanya Nadia.

“Iya, di tengah perjalanan, kakak muntah darah dan yang ada di baju kak Aryo tu darah kakak. Orang-orang di jalanan pada merhatiin, tapi kak Aryo nggak peduli dengan semua itu. Sesampainya di Rumah Sakit, kakak langsung ditangani dokter. Dan baru saat itu, Nina ngeliat wajah panik kak Aryo”

Nadia bersandar di bahu adiknya tersebut, ia mengucurkan air mata. 

“Nin, kira-kira Aryo mau nggak ya maafin kakak?” tanya Nadia.

“Tenang aja kak, kak Aryo itu orangnya pemaaf koq” 

“Terus, kalo kakak pake kalung ama cincin ini gimana ya Nin?”

“Pake aja sih kak, itu kan di kotaknya udah jelas-jelas ada nama kakak”

“Kakak nemuin flashdisk, kayaknya punya Aryo. Kita buka sama-sama yuk, kali aja ada petunjuk tentang keberadaan Aryo di dalem flashdisk ini” ujar Nadia. 

“Ya udah kak kita buka aja” 

Mereka keluar dari kamar Aryo, Nadia membawa laptopnya dan langsung menghidupkan laptop tersebut. Mereka penasaran apa yang ada di dalam flashdisk tersebut, akhirnya flashdisk itu ditancapkan ke laptop. Isinya hanya video documenter, ada juga video ulang tahun mereka. Mereka penasaran dengan satu video yang merekam anak-anak panti asuhan, disana terlihat dan terdengar kalau salah satu anak ada yang mengatakan hidung Aryo berdarah, tiba-tiba terlihat visualisasinya seperti kamera yang jatuh dan terdengar anak-anak memanggil nama bu Dewi. Tetapi setelah anak-anak berteriak, visualisasinya menjadi hitam dan sunyi. Mereka sangat penasaran apa yang terjadi dengan Aryo di saat dia mengambil gambar tersebut. 

“Kak, koq videonya kayak tivi yang rusak yah, kira-kira apa yang terjadi dengan kak Aryo ya kak?”

“Kakak juga nggak tau Nin, mungkin Aryo kesandung kali dan jatoh. Udahlah nggak usah mikir yang aneh-aneh” jawab Nadia.

Mereka disana saling menghibur.

ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang