“Udah Nad, semuanya udah terjadi koq, jangan salahin diri kamu. Hidup itu berjalan terus Nad, yakinlah semuanya akan menjadi lebih baik” ucap Widi mengingatkan.
“Thanks Wid”
“Kak Widi, kakak koq bisa setegar ini menghadapi peliknya kehidupan?” tanya Nina.
Widi tersenyum. “Nin, kalo masalah itu dihadapi pasti ada solusinya, tetapi kalo kita lari dan menghindar dari masalah itu apa yang terjadi?” tanya Widi.
“Masalahnya ngejar-ngejar kita dan masalah itu malah jadi besar bahkan bisa menumpuk” jawab Nina.
“Ya itulah rahasia kakak yang bisa buat kakak tegar menghadapi kehidupan ini” ucap Widi.
“Kita cari solusinya sama-sama untuk menemukan Aryo, gimana setuju?” ucap Doni.
Semuanya menganggukan kepalanya.
“Iya gw gak bisa kehilangan Aryo, dia itu udah banyak berjasa dalam hidup gw” ujar Roy. “Tanpa dia, gw gak bakalan bisa ngerasain hangatnya rasa persaudaraan seperti ini” lanjutnya.
Tersenyum semua.
Keesokan harinya mereka masuk sekolah seperti hari-hari biasanya, dan mereka berharap kalau Aryo akan datang dan berkumpul lagi bersama mereka. Tapi harapan hanya tinggal harapan, yang ditunggu tak kunjung datang. Mereka terpaksa menanyakan keberadaan Aryo ke pihak sekolah, tapi apa daya pihak sekolah pun merahasiakan kepergian dan keberadaan Aryo, karena pihak sekolah telah berjanji kepada Aryo bahwa tidak akan memberitahukan kemana perginya Aryo. Tapi hari itu tidak seperti hari biasanya, Nadia yang biasanya berkumpul bersama Kevin dan gangnya, sekarang pindah haluan menjadi berkumpul bersama Doni dan kawan-kawan.
“Tumben lu Nad, mau kumpul ama kita-kita” ledek Winda pacarnya Agus.
“Sorry, mungkin selama ini gw udah nyakitin hati kalian semua” jawab Nadia.
“Bukannya mungkin, udah pasti" ucap Agus kesal.
Nadia menundukkan kepalanya.
“Gus, jangan gitu dong” ujar Jessica.
“Iya Gus, lu itu ngomong asal ceplos aja” ucap Roy.
“Tapi emang bener kan?” ucap Agus nyolot.
Di hari itu Nadia seakan-akan dihakimi oleh Agus atas perbuatan yang dilakukannya selama ini kepada mereka. Tetapi Nadia tidak membantah tidak juga membela diri, dia hanya berdiam diri menundukkan kepalanya.
“Udah, mungkin Nadia udah mengakui dan mengetahui apa kesalahan yang dilakukannya selama ini, kita seharusnya menerima itikad baik dia dong” ujar Doni.
Agus sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Akhirnya Agus dan Nadia pun berdamai.
“Kemana lagi kita harus mencari Aryo?” tanya Nadia.
Mereka yang mendengar perkataan Nadia merasa terkejut, mereka seakan tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
“Kita coba ke panti asuhan Kasih Bunda aja kak!” timpal Nina yang tiba-tiba datang.
“Koq, ke panti asuhan sih Nin?” tanya Nadia.
“Ini nih, makanya kakak itu jangan pernah melihat orang dari satu sisi aja” jawab Nina.
“Maksudnya?” tanya Nadia tidak mengerti.
Semua memandang Nina.
“Yaaa, pada nggak tau ya kalo kak Aryo itu jualan daging selain buat menghidupi dirinya sendiri, dia juga menghidupi anak-anak yang ada di panti asuhan itu” ucap Nina.
Orang-orang yang sedang berkumpul terhenyak mendengar penjelasan Nina.
“Koq kamu bisa tau Nin?” tanya Doni.
“Nina itu dari dulu penasaran banget sama kehidupan kak Aryo. Setiap pulang sekolah dia pasti banyak membeli makanan, Nina terus cari tahu, ternyata makanan itu buat anak-anak yatim piatu di panti asuhan tersebut. Sampai suatu saat Nina ketahuan sama kak Aryo, kirain Nina, kak Aryo bakalan marahin Nina, eh ternyata dia malah ngenalin Nina sama orang-orang yang ada di panti asuhan itu” ujar Nina. “Sampai akhirnya Nina bertemu sama bu Dewi yang mengelola dan menyiapkan segala kebutuhan di panti asuhan tersebut. Nina sama bu Dewi ngobrol banyak, dan ternyata di panti asuhan tersebut tidak ada donatur tetap dan hanya kak Aryo yang rutin memenuhi semua kebutuhan anak-anak disana” lanjut Nina.
“Ya Allah, sungguh mulia hati Aryo” gumam Nadia terdengar.
“Yaa… baru tau ya kak” ucap Nina yang mendengar gumaman kakaknya tersebut.
“Ya udah kalo gitu tunggu apalagi, kita langsung aja ke sana mumpung kita lagi free” ujar Doni.
Akhirnya mereka berangkat menuju panti asuhan tersebut, jaraknya cukup jauh dari sekolah tetapi mereka bersemangat dengan apa yang akan mereka cari. Di sepanjang jalan, Nina terus memerlihatkan tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh Aryo kepada kakaknya. Termasuk dia memperlihatkan rumahnya Aryo. Rumah yang sederhana, tetapi sangat bersih dan terawat.
Sesampainya di panti asuhan, mereka langsung disambut bu Dewi dan anak-anak penghuni panti yang memang sudah akrab dengan Nina. Kebetulan disana ada Widi yang sedang asyik bermain bersama penghuni panti asuhan itu. Nina dan yang lainnya membawa makanan dan pakaian layak pakai untuk disumbangkan kepada anak-anak penghuni panti. Mereka disambut dengan baik di panti tersebut. Bu Dewi dan orang-orang panti sudah sepakat untuk tidak memberitahukan keberadaan Aryo.
Apa yang mereka cari tidak ada di tempat itu, Widi mengajak mereka ke rumahnya Aryo. Mereka setuju untuk mampir ke rumah Aryo. Sesampainya di rumah Aryo. Nadia langsung mengetuk pintu rumah tersebut, tapi tidak ada yang menjawab dan membukakan pintu.
“Kalian mau tunggu di sini atau mau ikut? aku mau ngambil kunci cadangan rumah Aryo, kita nggak tau kan kalo seandainya terjadi apa-apa di dalem” kilah Widi.
“Emang rumah kamu nggak jauh Wid, dari sini?” tanya Jessica.
Widi menolehkan kepalanya dan menunjuk ke arah rumahnya yang berada persis di samping rumahnya Aryo.
“Kita tunggu di sini aja Wid” ujar Citra.
Widi menganggukan kepalanya. Widi dan ibunya membuka usaha warung kelontong di rumahnya sekadar untuk membantu ayahnya yang pegawai PNS. Tak lama kemudian, Widi membawa kunci dan membuka pintu rumah tersebut, tetapi tak ada seorang pun yang berada di dalam rumah tersebut. Mereka melihat-lihat seisi rumah Aryo. Setiap ruangan mereka cari, tetapi Aryo tidak ada. Sampai Nadia berdiri di depan pintu ruangan yang agak besar dan bermaksud untuk membukanya, tetapi Widi langsung memperingatkan Nadia.
“Jangan dibuka Nad” ujar Widi.
semua terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓
Chick-LitAryo tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya semacam orang yang menerima ajakan dari seseorang, lalu memandang langit-langit ruangan itu sambil terus tersenyum. "Yank, aku pulang duluan" ujar Aryo mantap. Matanya mengatup, tangannya terkulai lemas...