PART 39 [Semua Akan Baik-baik Saja]

17 2 0
                                    

Nadia masih terisak dipelukan Aryo. Ia benar-benar tidak percaya dengan kenyataan ini. Sungguh sakit hatinya ketika membayangkan orang yang dicintai dan disayanginya benar-benar mengidap penyakit yang perlahan-lahan bisa menggerogoti tubuh. Aryo mengelus rambut Nadia yang tergerai panjang. Seketika itu pula dia tertawa.

"Kenapa lu ketawa?" tanya Nadia yang masih terisak. Ia melepaskan pelukannya.

"Si non kenapa nangis?" Aryo balik bertanya.

Nadia mengerutkan dahinya. "Bukannya lu ngidap penyakit?" Nadia penasaran.

Aryo semakin terbahak. "Emang saya ngomong gitu?" ujarnya sambil masih cengengesan.

"Terus ekspresi muka lu tadi?" Nadia penasaran.

Aryo masih tertawa. "Si non, udah berapa lama sih kenal saya?"

"Jadi lu ngerjain gw?"

Aryo tertawa keras.

"Kampret lu ya, bikin gw sampe nangis gini" Nadia menyusut air matanya. Ia memukul-mukul badan Aryo dengan kesalnya.

Aryo menahan pukulan Nadia dengan bantal sofa. "Iya non ampuuun....ampuuuun"

Nadia masih memukul-mukul badan Aryo, hingga akhirnya ia capek sendiri. Nadia duduk terdiam memperhatikan wajah Aryo. Mendadak hening.....

"Terus anak-anak teriak darah itu kenapa?" Nadia memecah keheningan.

“Haha, waktu saya lagi ngerekam anak-anak, saya nginjek buntut kucing. Kena cakar deh kaki, terkejut, terus idung kejedot tembok, berdarah. Emang sial hari itu” Aryo menjelaskan.

Seketika itu Nadia tertawa. Senang dia, ternyata yang terjadi bukan hal-hal yang barusan ia khawatirkan. Hatinya mendadak bahagia mendengar penjelasan itu.

Setelah beberapa menit mengobrol, Nadia beranjak meninggalkan Aryo yang duduk mencangkung sendirian di sofa ruang keluarga. Aryo menyandarkan badannya, matanya sudah mulai teler. Benar-benar lelah dia.

Aryo mengerutkan dahinya. "Suara apa tu.....?" gumam Aryo.

ʜᴀʀᴀᴘᴀɴ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ꜱᴇɴᴊᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang