[01] hello, jordan!

2.2K 371 53
                                    

Pagi ini tepatnya di hari senin, mereka semua berkumpul lalu berbaris di lapangan dan melakukan upacara bendera sebagai kewajiban para murid tuk mengikutinya.

Termasuk Jordan, cowok itu kini berdiri di barisan paling belakang karena dirinya adalah salah satu cowok yang tinggi di kelasnya. Ya, sembari menahan rasa perih serta panas di perutnya yang semakin lama semakin membuat Jordan lemas.

Semalam dirinya hanya mengonsumsi rokok sisa 2 hari yang lalu. Candu memang rasanya, tetapi sebenarnya itu bukan Jordan yang mau, hanya saja keadaan memaksa dirinya untuk mencoba dan melakukannya setiap kali ia butuh.

Sebut saja Jordan bodoh. Di usianya yang masih terbilang bocah itu ia sudah mencoba lintingan berbungkus kertas tersebut, padahal sudah tahu dirinya sering kali terbatuk-batuk karena merasa tidak kuat setelah mengonsumsi sebatang rokok, namun tetap saja cowok itu keras kepala dan menghirupnya secara terus menerus.

Jordan yang sekarang bukanlah Jordan yang selalu mengulas senyum pada semua orang nan ditemuinya, ia adalah si cowok bebal dengan wajah tanpa ekspresi yang telah ditetapkan sebagai karakter dirinya saat ini. Jordan tetap anak yang ramah, peduli, dan humoris. Hanya saja semua itu jarang ia tunjukkan pada orang-orang di sekitarnya.

Semenjak sosok malaikat dalam hidupnya itu pergi untuk selama-lamanya.

"Dan? Jordan? Lo kenapa anjir?"

Lamunannya buyar seketika seusai pundaknya ditepuk oleh si tengil, membuat Jordan melempar pandangan ke arahnya dengan cepat.

"Hormat cok! Hormat! Dimarahin Pak Rama mampus lu!" ujarnya berbisik namun penuh penekanan di setiap kata-katanya. Cowok bername-tag Sakala Dipta Guwiratna itu buru-buru menyempurnakan sikapnya saat hormat kepada bendera pusaka, diikuti oleh Jordan di sebelahnya.

Ia menghela napas panjang, teman sekelas yang lebih tinggi darinya itu mengode Jordan untuk melakukan apa yang sedang dilakukannya kali ini agar tidak kena hukuman lagi. Tak sekali dua kali, justru berkali-kali Saka memergoki kawannya tengah bengong seperti ini.

Jordan bukanlah orang yang suka melamun, tetapi entah mengapa belakangan ini melamun dengan otak dan ekspresi kosong menjadi hobinya yang dilakukan tanpa mengenal waktu serta tempat.

Tangan kanannya dipakai hormat, sementara itu tangan kirinya memegangi perut sambil terus meringis karena rasa sakit itu semakin menjalar. Wajah putihnya semakin pucat. Peluh sebesar biji jagung terus mengalir dari dahi dan juga punggungnya. Suhu tubuh Jordan menurun. Perih lambungnya seakan-akan menyuruh Jordan untuk tumbang saat ini juga.

Jordan tidak kuat.

"Saka, tolong bilangin ketua kelas, gue mau skip upacara dulu." Jordan menampilkan wajah datarnya pada Saka meskipun ia sedang merintih kesakitan. Jordan tidak ingin dipandang lemah. "Gue ke belakang."

"Eh? Woy! Jordan!"

Baru saja ingin bicara, Jordan sudah pergi meninggalkan Saka yang masih terdiam di tempat dengan tangan yang digunakan untuk hormat-padahal seharusnya sudah selesai hormat dari tadi.

Pandangannya mengarah ke punggung cowok berinisial J itu dengan tatapan heran. Saka masih bingung dengan sikap Jordan yang berubah sejak Bundanya meninggal satu bulan lalu.

"Asu."

Saka mengaduh seraya melirik tajam salah satu teman sekelas yang telah menginjak kakinya itu. "Ngopo si kamu?"

"Hormatnya udah selesai bego! Turunin tangan lo, bau ketek."

"Ck, wes karepmu lah!" Kalau sedang tidak upacara, si cowok berkulit tan itu habis Saka tendang kemaluannya. Rasanya jadi malu sendiri. Saka mendekatkan hidungnya ke bagian lipatan tersebut kemudian dahinya berkerut. "Gak bau padahal."

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang