[10] hello, jordan!

967 189 17
                                    

"Hasil kerja kelompok kemaren mana?"

"Kan udah dishare ke grup goblok, elu yang ngeshare!"

"Oh iya." Kata itu yang pertama kali keluar dari mulutnya saat Gala mulai mengingat hal tersebut. "Yaudeh kalo gitu, buru Yuka."

Yang dipanggil menurut, maju ke depan kelas bersama Gala untuk melakukan presentasi mewakili kelompoknya.

Bukan sebuah kemauan, melainkan perintah dari Jordan karena cowok itu yang lebih bisa mengatur anggota kelompoknya tanpa diadakan adu argumen terlebih dahulu. Jelas tidak seperti Saka dan Gala yang selalu menjadi backsound dari kegiatan kerja kelompok mereka beberapa hari lalu.

Pagi mereka diawali dengan rasa malas. Kamis dini hari Jordan dan teman-teman sekelompoknya melakukan presentasi hasil kerja kelompok minggu sebelumnya. Jordan bagian menyusun materi, Saka si pencari sumber, dan Alisya yang mendesain powerpoint tersebut, sedangkan Gala juga Yuka bagian mempresentasikannya di depan kelas.

Terpaksa memilih Gala meskipun cowok itu tampil dengan ogah-ogahan.

Jordan betul-betul memperhatikan sang presentator demi memastikan bahwa materi yang telah ia rangkum tidak ada kurang maupun lebihnya. Harus pas. Ia sudah berkali melakukan revisi, namun tetap Jordan simak karena khawatir bila ada sesuatu yang terlewat.

Memang sedetail itu.

"Kamu ada waktu gak?"

Bola matanya berputar malas. Jordan sontak menoleh ke arah sumber suara, di mana Alisya tengah duduk di sebelahnya dan membuka percakapan secara sepihak tanpa acara basa-basi.

Ia menghela napas panjang sambil membatin kalau seharusnya tidak ia biarkan bangku di samping kanannya itu kosong.

Alisya menempati tempat duduk Gala. Masih memperhatikan Jordan guna menunggu suatu jawaban keluar dari mulut cowok tersebut.

"Waktu?"

Ia mengangguk sekaligus tersenyum padanya. "Iya waktu, aku mau ngajak kamu main gitu. Dulu kan kita sering—"

"Itu dulu, Sya. Gue gak punya waktu kalau buat main. Ini sekarang, bukan dulu, semua berubah."

Bibirnya mungkin tersenyum, tetapi hatinya mengumpat begitu Jordan menyela kalimatnya lebih dulu. Alisya sudah yakin ia akan ditolak untuk kesekian kalinya.

Lain cerita jika Alisya sendiri sudah menetapkan bahwa di kamusnya tidak ada kata 'berhenti' sebelum dirinya mencapai sesuatu yang diinginkan.

"Kamu yang berubah."

"Ya i know? I realized that i changed, Sya. Keadaan merubah diri gue yang sekarang." Jordan memejamkan matanya cukup lama, kemudian membuka kelopak matanya yang langsung memberikan tatapan dalam pada Alisya. "Lo tau masalah yang gue punya, kan?"

Gadis berambut panjang dengan bandana berwarna biru langit bermotif polkadot tersebut sedikit mengerucutkan bibirnya, ia tahu topik ini akan berlanjut ke mana.

"Aku tau, Jordan."

Jarinya dijentikkan. "Kalau aja Ayah gak selalu bawa-bawa kondisi fisik gue, Ardan gak benci gue, dan Bunda gak meninggal-gue mungkin gak bakal begini. Pikiran gue masih ke mana-mana, gue belum nemu jalan keluar gimana caranya bebas dari masa ini."

Dinginnya perkataan Jordan membuat sang lawan bicara terperangkap dalam titik hitamnya. Jordan kembali bicara dengan cepat begitu menyadari ia masih harus memperhatikan presentasi si anggota kelompok.

Hahh, percakapan ini mengganggu dirinya.

"Gue harus bikin Ayah yakin kalo gue gak selemah itu, gue harus bisa bikin Ardan gak benci gue lagi, dan gue juga harus percaya kalo gue bisa hidup tanpa Bunda. Life can't be requested, Sya. Ini semua bukan gue yang mau."

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang