[13] hello, jordan!

793 166 16
                                    

Tadinya ia ingin kabur secara diam-diam agar tidak ketahuan siapapun, temasuk sahabatnya.

Namun kesialan menimpa Ana di saat yang tidak tepat. Salah satu temannya—yang sama sama bertugas ketika anak pmr mendapat panggilan—seolah tengah menjebaknya di sekolah sekarang.

"Ana, jadi pulang bareng gak?"

Kalimat itu terlontar dari mulut Jihan dengan ringan. Sementara itu di sisi lain Ana masih harus menjawab pertanyaan yang menggantung di udara tadi, yang menjadi masalah adalah Ana tidak tahu harus menjawab apa.

Ya gusti...

Tidak mungkin kan kalau Ana menjawab bahwa dirinya akan pergi menemui Febian di belakang sekolah?

Kalau begitu, Ana akan menyia-nyiakan kerjanya yang selama ini berusaha keras menyembunyikan hubungannya dengan anak bandel bernama Febian tersebut.

Bisa-bisa rumor Ana berpacaran sama berandalan STM Blakasuta menyebar luas di sekolah. Lalu Ana dijauhi oleh teman-temannya karena sudah bergaul dengan anak nakal, Ana tidak punya teman, Ana dibully, dituduh yang tidak-tidak, diteror, Ana di—oke cukup.

Kanara maupun Febian merahasiakan hubungannya di lingkungan sekolah. Kalau hubungannya terpublikasi karena keteledoran Ana, pasti Febian akan menghabisinya.

Ana mengerjap cepat begitu Jihan melambaikan tangannya di depan wajah. "Heh, malah bengong."

"Eh, oh, anu, aku masih harus beli sesuatu buat Ami di rumah. Api pulangnya malem soalnya jadi aku yang harus beli. Maaf ya, Jihan."

"Mmm, bareng aja gimana? Gue temenin aja—"

"Nggak! Ga usah! Aku gapapa pergi sendirian." Otak Ana mendadak kosong seketika, ia bingung harus bicara apa lagi agar anak ini menjauh dari sisinya. Menetapkan senyum manis di wajahnya supaya tidak terlihat mencurigakan. "Ah, lagi pula kamu harus les kan hari ini? 2 jam setelah pulang sekolah kemungkinan aku masih di pasar, lho. Yakin mau ikut?"

Please, please, please, ayo dong biarin aku pergi sekarang T____T

Jihan berpikir sejenak kemudian menghela napas panjang. Apa yang dikatakan Ana ada benarnya, lebih baik ia tidak usah ikut karena dirinya masih harus mengikuti les nanti.

Cewek itu mengangguk paham sembari menepuk pundak Ana. "Yaudah, kapan-kapan aja kita pulang barengnya. Semangat, Na. Belanja ke pasar biar latihan jadi ibu rumah tangga hahaha."

"Ke mana-mana omongan kamu tuh."

"Haha, bye bye Kanaraaa!"

Ana membalas lambaian tangan Jihan yang kini tengah berlari kecil keluar gerbang sekolah.

Bahunya merosot lemah sekaligus hembusan napasnya yang dikeluarkan perlahan. Ana lega. Tadi itu hampir saja membuatnya hilang arah karena otaknya benar-benar tidak berkoneksi.

Nah, sekarang, yang harus Ana lakukan adalah keluar dari sekolah ini secepatnya sebelum ada orang lain yang memergoki bahwa ia pergi dengan cara mengendap-endap.

Ana berusaha untuk santai ketika berjalan keluar meskipun di dalam hatinya sudah ingin bergejolak dan melompat keluar. Jantung yang degdegan bikin Ana melemas, tanpa disadari tangannya meremat ujung rok seragam yang sedang ia pakai. Ana takut.

Hal yang membuat Ana seperti ini hanyalah perkara chat dari salah satu orang, yang diketahui adalah anak Blakasuta.

Siapa lagi kalau bukan Febian?

"Semoga dia gak aneh-aneh...."

Ana bergumam. Mengungkapkan segala kekhawatiran terhadap dirinya sendiri dalam batinnya.

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang