[05] hello, jordan!

1.2K 227 12
                                    

Ana menyodorkan helm tersebut kepemiliknya, kemudian merapikan helaian-helaian rambut yang tak beraturan akibat memakai helm kebesaran tadi.

"Kamu mau mampir dulu gak ke dalem? Mmm, ada Ami sama Api aku sebenernya."

Cowok itu membalasnya dengan gelengan kepala, jari-jari tangannya bergerak telaten membantu Ana untuk menata rambutnya agar rapi kembali seperti semula. Jordan mengulas tersenyum. "Gak usah, Kak. Gue langsung balik aja."

Jordan baru saja mengantarkan Ana pulang ke rumah menggunakan motor putih kesayangannya. Ia sudah hafal jalan menuju lokasi tempat tinggal Ana meski hingga kini ia hanya pernah memberikan tumpangan pada seniornya itu sebanyak 2 kali.

Cuman kebetulan saja. Pada saat jam belajar usai di sekolah, Jordan langsung menuju perpustakaan untuk iseng melihat-lihat tumpukan buku yang ada. Tidak ada satupun buku yang membuat Jordan tertarik untuk membaca. Dan berakhir Jordan menyenderkan punggungnya pada rak buku kemudian memejamkan mata demi mendapat ketenangan di dalam sana.

Bahkan perpustakaan sekolah sepertinya lebih nyaman dibanding rumahnya sendiri.

Kelakuannya itu diperhatikan oleh Ana secara tidak sengaja. Ana yang ingin mengembalikan buku novel yang kemarin ia pinjam malah salah fokus sama pemandangan di pojokan perpustakaan. Seorang anak cowok berwajah datar yang tengah terlelap, bermodal rak buku sebagai senderannya untuk tidur.

Ana membangunkan Jordan? Tentu saja. Dan entah bagaimana caranya Ana bisa memperoleh Jordan yang tengah serius membaca buku saat itu, tepat waktu Ana mengajaknya untuk belajar bersama di perpustakaan sebelum berpulang ke rumah.

Rasa semangat belajar Jordan tak tahu mengapa kembali lagi setelah sekian lama hilang.

Ada seseorang yang menyemangatinya, ada seseorang yang mendukungnya, ada seseorang yang menemaninya. Semua itu seolah-olah menggerakkan sesuatu di dalam dirinya agar tidak terus-terusan terlihat seperti mayat yang memaksa untuk hidup.

Rasanya Jordan benar-benar tidak ingin kehilangan sosok tersebut di dalam hayatnya.

"Yaudah kalo gitu, hati-hati bawa motor semisal kamu lagi di jalan gede, jangan ngebut. Terus nanti sempetin buat baca-baca buku di rumah, belajar yang pinter jangan sampe nilai kamu anjlok lagi kayak kemaren, kan udah aku ajarin barusan di perpus."

"Iya kakak bawel." Tangan Jordan mengacak-acak gemas rambut panjang Ana yang sudah tertata rapi.

"Rambut aku berantakan lagi!"

"Gapapa, lucu."

Ana mendelik. "Lucu darimananya ya rambut aku awut-awutan gini kayak gembel."

"Gembel cantik gak sih?"

"Kamu tuh!" Ana tertawa sembari mencubit lengan Jordan, bikin si adik kelas itu membuat wajah kesakitan yang tampak sangat tidak natural. Ia tahu Jordan tengah mengejek tenaganya yang tak seberapa. "Udah deh sana pulang sana, biar bisa cepet istirahat di rumah, jangan lupa makan roti coklat yang aku kasih! Awas aja kalo kamu ngerokok lagi."

"Iya, Kak Ana. Jordan nurut."

Suara itu terdengar menenangkan, hati Ana menghangat selepas mendengarnya, iapun mengukir senyum di wajahnya begitu melihat Jordan memposisikan motornya agar lebih mudah untuk melaju nanti.

Jordan tersenyum lebar dari balik helm. "Gue pulang dulu."

Ia mengangguk mempersilahkan, tangan dilambaikan ketika Jordan mulai menyalakan mesin motornya.

"Dahh! Makasih banyak, Dek Jordan!"

Motor tersebut tak lagi berada di hadapannya, Jordan merespon perkataan Ana tadi dengan jempol tangan kanan yang dinaikkan ke atas. Perawakan cowok yang tengah mengendarai motor di bawah langit sore menjadi pemandangan bagi Ana saat ini.

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang