[42] hello, jordan!

563 118 17
                                    

Dua pasang indera penglihatannya sibuk menjelajahi ruangan yang tengah ia masuki. Semua sisi terlihat jelas kumuhnya, dikecualikan pada ruangan-ruangan tertentu yang sering kali dipakai.

Ana cukup heran ketika Liam memberhentikan motornya di depan rumah kecil yang sudah tampak membosankan bagi Ana ini. Berbagai kenangan buruk terlukis setiap kali mendatangi tempat yang biasa disebut markas. Selama pacaran dengan Febian ia memang suka disuruh datang ke sini, sekedar tuk jadi pajangan saja atau babu dadakan.

Ana bergidik. Dari dulu ternyata ia memang benar-benar tidak bisa melawan seseorang, dan menerima diperlakukan bodoh seperti itu. Komplotannya mengerikan sampai Ana tak berani berbuat apapun. Seakan dipisahkan dua dunia yang berbeda namun Ana dapat menembus ruang batas tersebut tiap kali bertemu Febian.

"Kita ngapain ke sini?" tanya Ana setelah beberapa menit membungkam mulut.

"Istirahat dulu." Liam membalas seraya membuka pintu yang Ana ketahui itu adalah satu-satunya kamar yang keadaannya selalu terkunci—karena disanalah geng mereka menyimpan barang-barang berharga. Ia tersenyum, mengisyaratkan Ana untuk lebih dulu ke dalam. "Tiduran gih, sana."

Sudah malam hari, Ana lelah seharian ini menuruti perkataan Liam terus menerus, namun Ana tahu ia tidak boleh lengah dan terus waspada. Kepalanya hanya mengangguk mengiyakan perkataan Liam lalu masuk ke kamar itu.

"Tunggu ya, nanti gue balik lagi." Mengacak poni Ana sekejap kemudian menutup pintu kamar tersebut sebelum pergi.

Ana menghembuskan napas berat dibuatnya, ia sudah muak bertahan dengan segala perlakuan dari Liam. Tapi apa boleh buat? Pertunjukkannya bahkan hampir saja tuntas jadi ia tidak boleh menyerah untuk terus tampil baik.

Cewek itu meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku, sambil terus berjalan mengitari ruang kamar nan diisi oleh tempat tidur dan meja juga lemari—Ana sudah tahu mereka pasti menyembunyikan barang-barang haramnya di sini.

Ujung bibirnya naik sumringah seketika. Akan sangat menyenangkan jika Liam tertangkap di tempat ini dan para polisi menggeledah dari sudut hingga ke sudut lainnya. Waktu yang sangat pas!

Ana sungguh bersemangat kali ini, sayangnya membosankan karena ponselnya masih ada di saku jaket milik Liam. Kalau tidak, pasti ia sudah melapor pada Jordan sejak awal-awal.

Suara kunci di antara suasana hening sesaat membuat Ana membeku di tempat. Liam tengah mengunci pintu-pintu yang ada, termasuk pintu masuk. Dadanya berdebar kencang, namun ini bukanlah waktu yang tepat untuk diam menjadi orang bodoh.

Cklek!

"Hehe, udah nungguin ya?"

Ana tersenyum kaku melihat Liam yang tiba-tiba menyelinap masuk dengan menyeringai.

Ya Tuhan. Seringaian itu, akan Ana buat dia tidak bisa mengukirnya lagi di wajahnya.

**

Alisya
| DI MANA!!?!?

You
[📍 Location] |
Sya, coba liat. Markasnya di sini maksud lo? |

Alisya
| IYA BTUL
| wah gila jam berapa ini
| mau jam 10 malem!!?!
| sejak kapan mereka di sana??

You
15 menit lalu |
Kak Ana sama sekali gak ngehubungin gue hari ini |

Alisya
| pasti hp nya ada di kak liam yang kayak eek itu
| oiya, tadi siang kan aku bilang aku sempet ke kantor polisi buat nemuin kak feb
| aku udah bilang kok ke polisi yang bertugas di sana, dan mereka bakal dateng ke rumah itu malem ini jugAAA
| kamu tinggal ke sana aja buat ngecek. yang bertugas udh pada di jalan kok HEHEHE

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang