[03] hello, jordan!

1.5K 292 63
                                    

Ana berlari dari perpustakaan sambil memegang erat dua buah buku dan sebungkus roti di tangannya, sementara itu tas gendong berwarna ungunya dibiarkan menggantung di kedua pundak.

Selesai jam pelajaran terakhir, Ana bergegas pergi ke perpustakaan sekolah demi novel kesukaannya. Novel itu dipinjam oleh seseorang beberapa hari yang lalu, tetapi hari ini sudah dikembalikan lagi. Ia sangat bersemangat untuk memeluk buku tersebut dan membacanya di rumah nanti.

Cewek itu tengah melangkahkan kaki menuju seseorang yang lagi menyender di gerbang sekolah. Ia kira dia sudah pulang, ternyata sosok berhoodie biru itu masih berkeliaran di sekolah di waktu yang menjelang sore ini.

"Jordaaan!"

Yang dipanggil sontak menoleh ke arah Ana dengan gestur cepat, kupluk hoodienya ia turunkan dan menampakkan tampang mulusnya yang diberi ulasan senyum tipis.

Jordan tersenyum, hanya karena dia, Ana adalah alasannya untuk kembali membuat sudut bibirnya naik ke atas.

Sejujurnya itu sebuah hal yang sangat mudah dilakukan, kamu pasti bisa melakukannya kapan saja maupun disengaja ataupun tidak disengaja. Tetapi cukup sulit bagi Jordan untuk melakukannya karena memang tidak ada sama sekali hal yang mendorong dirinya untuk membentuk garis lengkungan itu.

Tidak ada. Semua tampak hampa di matanya setelah sang malaikat tak bersayap yang selalu menyayanginya sepenuh hati meninggalkannya dan mustahil tuk kembali. Warna-warni dalam hidupnya berubah menjadi monokrom, penerang dalam hidupnya hilang, semua di dalam hidup Jordan seakan-akan menjadi kosong dan suram.

Namun kini, seseorang telah mengembalikan setitik cahaya di ruang hatinya yang gelap gulita. Membuat Jordan tersadar jika masih ada alasan untuknya tersenyum dan kembali menjalani alur ceritanya dengan bahagia. Ya, bahagia di tengah-tengah titik redup dalam hidupnya.

"Hahh, aku kira kamu udah pulang. Maaf gak sempet ke kelas kamu tadi, kamu pasti laper kan? Aku ada roti buat-"

"Buat lo aja, Kak. Di makan nanti kalo udah nyampe rumah." Jordan menurunkan tangan Ana yang menyerahkan roti tepat di depan wajahnya. Melihat kakak kelasnya yang lebih pendek darinya itu mampu bikin ia terkekeh kecil, menampilkan jelas dimple manis pada kedua sisi wajahnya. "Gue gak laper. Gue udah boleh makan kok sama Ayah, nilai test gue kemaren bagus soalnya."

Kenyataannya Ana benar-benar tidak tahu apa yang sedang dialami Jordan, dan cewek itupun tidak berani bertanya karena umur pertemanannya dengan Jordan baru saja berlangsung selama 12 hari.

Jordan tidak akan mudah memberi kepercayaan untuk membagikan kisah kelamnya pada orang lain yang baru ia kenal.

Ana langsung menurunkan roti itu sambil manggut-manggut. Menarik napas kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Yaudah, sekarang kamu kenapa masih di gerbang sekolah gini? Gak mau pulang emangnya?"

"Gue nungguin lo," ujarnya jujur. Jordan melirik Ana yang ternyata tengah memandanginya sedarinya, hal itu bikin si hoodie biru berdehem kecil seraya menyibak rambut dan memalingkan wajahnya ke arah lain. "Jordan nunggu Kak Ana keluar sekolah makanya Jordan ada di gerbang sini."

Kening gadis yang ditutupi poni itu berkerut karena merasa heran.

"Astaga kamu tuh.. kenapa kamu gak langsung pulang aja? Aku baru keluar sekolah sejam setelah kamu beres perlajaran terakhir loh, kamu nunggu lama dong jadinya?"

"Biarin, Kak. Gue ini yang mau."

Jordan tersenyum samar, mengakui betapa cerewetnya seorang cewek yang ada di sampingnya ini. Persis seperti Bundanya yang selalu mengoceh tiap kali Jordan melakukan sesuatu yang tidak penting tapi tetap dilakukan olehnya.

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang