[22] hello, jordan!

685 131 10
                                    

Menyenangkan sekali jika kelas mendapat jam kosong di salah satu pelajaran yang membosankan.

Namun entah mengapa rasa bosan yang Ana rasakan sekarang semakin menjadi-jadi, karena kelas yang biasanya ricuh ini seketika menjadi kelas yang damai tenang dan tentram.

Suasananya masih asing.

Yang bikin mood Ana turun adalah ketika tahu semua anak yang tawuran benar-benar diskors selama seminggu, itu bagi yang hanya ikut-ikutan. Sedangkan murid-murid yang menjadi penyebab tawuran itu terlaksana, murid-murid yang banyak melawan dan telah membuat lawannya terluka parah akan diskors selama dua minggu.

Jordan, anak itu, termasuk ke kelompok yang diskors dua minggu karena ada seseorang yang mengadu bahwa dirinya banyak memiliki luka karena ulah Jordan. Ana mendengar gosip semacam itu sepanjang koridor sekolah ketika berjalan menuju kelas.

Dan ana sendiri yakin bahwa orang yang mengadukan itu adalah Febian, pacarnya yang merupakan anak Blakasuta. Ana ingat betul bagaimana keadaan Febian usai dipukuli oleh Jordan habis-habisan. Hidungnya, pelipisnya, tulang pipinya mengeluarkan darah, serta bagiannya yang lain mendapat luka juga bekas kebiru-biruan.

Tapi sungguh, sakit hati yang Jordan rasakan tidak sebanding dengan luka yang Febian peroleh, yang jelas-jelas masih bisa disembuhkan memakai obat.

"Kelas mendadak sepi karena pada diskors. Hahhhh… nikmatnya surga dunia."

Cowok itu berada di belakang, di pojok ruang kelas dengan posisi lesehan di lantai. Ucapannya tadi berhasil menarik perhatian murid satu kelas yang sedang sibuk mencatat, Sean memang tidak tahu malu.

"GUYS! INI YANG DI PAPAN TULIS UDAH BELUM?!"

Awalnya Sean hanya diam mencoba tak acuh dengan perkataan Jihan. Tapi detik selanjutnya ia langsung beranjak dan berlari ke arah tempat duduknya dengan air muka panik.

"WAANJIR GUE BELUM!"

"Cepetan! Gue mau bersihin papan tulisnya karna kita dapet tugas baru dan tadi Bu Odri lupa nyalin di papan tulis." Jihan memutar bola matanya malas, menaruh asal buku yang super tebal tersebut di atas meja guru. "Ck, jadi gue lagi gue lagi yang disuruh nyalin."

"Kasih aja bukunya ke gue, kan gue tinggal nyalin ke buku kagak usah repot nunggu lo selesai nulis di papan tulis."

"Dih? Enak di lo doang bego. Bukunya cuman satu jadi gue harus nyatet di papan tulis biar semuanya bisa nyatet juga."

Sean tertawa meledek. Tangannya sibuk menulis sesuatu di bukunya secepat kilat, tak peduli jika tulisannya acak-acakan.

"Makanya, Ji. Tulisan tuh yang jelek kayak gue, jadi gak disuruh nulis-nulis sama guru."

"Tulisan borokokok gitu dibanggain. Eling sia, tolol."

"Iiiihh tengil."

Ana yang notabenenya satu bangku dengan cowok introvert bermulut besar itu hanya bisa meringis sambil sesekali melirik ponsel yang ada di genggamannya.

Sean tadinya memang introvert, tetapi setelah bergaul dengan anak kelas sebelah juga berpacaran dengan oknum bernama Ningning, Sean jadi murid yang cerewet juga sedikit annoying.

Yah, begitulah. Setidaknya ada Sean dan Jihan si happy virus yang membuat keheningan kelas ini lumayan pudar.

Cewek tersebut kembali memandangi ponselnya yang masih menampakkan ruang obrolannya dengan si adik kelas. Centang satu warna abu-abu. Pesannya kemarin juga hari ini belum dibalas apalagi dibaca, Ana cukup khawatir dengan kondisi anak itu.

Hello, Jordan! || Yang Jungwon [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang